BULELENG | TATKALA.CO — Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Singaraja kini memiliki dua orang guru besar. Mereka adalah Prof. Dr. Gede Suwindia, S.Ag, M.A dan Prof. Dr. Drs. Putu Parmajaya, M.Pd.
Keduanya dikukuhkan langsung oleh Dirjen Bimas Hindu serangkaian acara Wisuda ke VII STAHN Mpu Kuturan di Gedung Kesenian Gede Manik Singaraja, Jumat 24 November 2023.
Prof. Dr. Gede Suwindia, S.Ag, M.A adalah guru besar bidang Ilmu Agama dan Lintas Budaya yang merupakan lulusan S3 Universitas Gadjah Mada tahun 2013.
Suwindia yang lahir di Karangasem 29 November 1976 ini kini menjabat sebagai Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja sejak 2020.
Prof. Dr. Drs. Putu Parmajaya, M.Pd., adalah guru besar bidang Ilmu Agama Hindu. Ia merupakan dosen senior kelahiran Desa Satra, Kecamatan Kintamani Bangli pada 31 Desember 1959.
Parmajaya menuntaskan Pendidikan Doktornya di IHDN Denpasar. Saat ini Parmajaya menjabat sebagai Ketua Senat STAHN Mpu Kuturan.
Keduanya dikukuhkan langsung oleh Dirjen Bimas Hindu, Kementrian Agama RI, Prof. Dr I Nengah Duija, M.Si dan disaksikan oleh Penjabat (PJ) Bupati Buleleng dan sejumlah undangan serta handai taulan.
Gede Suwindia dalam orasi ilmuahnya berjudul “Menyemai Benih, Merawat Kerukunan: Moderasi Beragama Dalam Bingkai Budaya Bali” memaparkan bahwa era disrupsi membawa arus yang memberikan dampak dalam menjaga kerukunan.
Bahkan, konsep tri hita karana, tri kaya parisudha, susastra dan ajaran tatwam asi menjadi bekal bagi umat Hindu dalam menjaga kerukunan di Bali. Nilai-nilai inilah yang harus dijaga sehingga bisa menciptakan harmoni dalam kehidupan.
“Kerukunan itu tidak jatuh dari langit. Namun tugas kita harus menjaganya, mengkonstruksinya dengan nilai-nilai kearifan lokal. Agama dan budaya adalah sejoli yang saling melengkapi, jika hilang salah satunya, tamatlah keharmonisan di Indonesia,” jelasnya.
Sedangkan Putu Parmajaya yang tampil dengan orasi ilmiah berjudul “Taksonomi Nilai Kognitif Berbasis Tri kaya Parisudha Sebagai Alat Ukut Psikologis dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu”.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu, Nengah Duija berpesan agar guru besar yang dihasilkan harus memberikan kontribusi yang nyata bagi institusi dalam tataran akademik dan masyarakat pada umumnya.
Menurutnya, perguruan Tinggi Hindu di bawah naungan Kementrian Agama RI dalam tiga bulan terakhir sudah menghasilkan 16 guru besar. Hal inipun sudah diapresiasi oleh Menteri Agama.
Guru besar harus jadi tauladan bagi juniornya. Bukan menjadi masalah bagi juniornya. Guru besar memiliki kebebasan mimbar akademik, dia boleh berbicara dimanapun berdasarkan keahliannya. Kalau seluruh guru besar berbicara baik di tingkat lokal, nasional, sebagai rekognisi, otomatis perguruan tinggi akan berkembang,” pesannya.
Di sisi lain, acara pengukuhan Guru Besar juga dirangkaikan dengan acara wisuda ke VII baik jenjang S1 dan S2. Tercatat sebanyak 129 wisudawan yang berhasil menamatkan studinya.
Rinciannya, Prodi PGSD, 14 orang, Prodi PAH 2 orang, Prodi PGPAUD sebanyak 12 orang, Prodi SABB sebanyak 4, Prodi Ilkom Hindu sebanyak13, prodi Pariwisata Budaya sebanyak 16, Prodi Penerangan sebanyak 6 orang, Prodi Filsafat sebanyak 6 orang, Prodi Teologi sebanyak 9, Prodi Hukum Agama Hindu sebanyak 32 dan Magister (S2) Prodi Pendidikan Agama Hindu sebanyak 15 orang. [T][Ado/adv]