PANJI-PANJI dan petaka pahlawan I Gusti Ngurah Rai akhirnya tiba di Banjar Dinas Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Minggu (19/11/2023). Banjar Ole merupakan rute terakhir perjalanan napak tilas tersebut, sebelum akhirnya menuju Taman Pujaan Bangsa Margarana. Hari itu, warga, siswa, dan mahasiswa menyambut kedatangan panji-panji dan petaka itu di ujung Subak Ole, setelah melakukan perjalanan melewati Desa Adeng. Panji-panji dan petaka itu kemudian diarak menuju Pura Dalem Basa Banjar Ole dan diiringi gamelan baleganjur.
Sesampai di jaba Pura Dalem Basa, panji-panji dan petaka pahlawan I Gusti Ngurah Rai disambut dengan upacara penghormatan. I Ketut Sudiarka—yang juga Staf Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)—bertindak sebagai Komandan Upacara; sedangkan Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP), I Gusti Ngurah Gede Yudana, sebagai Inspektur Upacara. Setelah upacara, acara selanjutnya diisi dengan peletakan karangan bunga serta tabur bunga di depan Monumen Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai beserta I Gusti Bagus Sugianyar, Mayor I Gusti Putu Wisnu, Kapten Gusti Wayan Debes, dan Wagimin.
Panji-panji dan pahlawan I Gusti Ngurah Rai kemudian diarak ke jeroan pura untuk disemayamkan, sebelum keesokan harinya (20 November) diarak ke Taman Pujaan Bangsa Margarana. Peserta napak tilas bersama warga kemudian melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Dalem Basa yang dianter oleh pemangku. (Pura Dalem Basa kerap dijadikan tempat bersemedi oleh I Gusti Ngurah Rai bersama Pasukan Ciung Wenara 77 tahun silam tepatnya 19 November 1946.) Usai persembahyangan dilanjutkan dengan serasehan.
Dalam sambutannya, Gede Yudana mengatakan, setiap berdiri di area Pura Dalem Basa ini ia selalu merasa sedih. Sebab, 77 tahun lalu di pura ini terjadi peristiwa heroik I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya yang berhasil merebut senjata di Tangsi Tabanan. “Pak Rai dan pasukannya mengenyam kehidupan terakhir di Banjar Ole. Di sini, terakhir beliau bisa bernafas karena besoknya terjadi pertempuran besar dan beliau gugur,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Karena itu, sebagai keturunan I Gusti Ngurah Rai, ia merasakan kalau Banjar Ole ini sebagai keluarga yang sulit melupakan jasa-jasa warganya. Rakyat dan warga di desa ini betul-betul menjaga Pak Rai dengan pasukannya. Warga tak pernah takut disiksa—bahkan dibantai oleh Belanda karena tak mau menyampaikan keberadaan Pak Rai.
“Untuk itu, kami selaku pengurus YKP, keluarga mahasiswa Universitas Wira Bhakti menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Ole. Mereka selalu bersemangat menjaga para pejuang. Kami ucapkan terima kasih dan sekadar memberikan bantuan sembako. Ini tak ada artinya jika dibandingkan dengan semangat masyarakat dalam menjaga para pejuang dulu,” ucapnya.
Ketua DPD LVRI Provinsi Bali, I Gusti Bagus Saputera lalu menuturkan, kegiatan napak tilas ini merupakan gerakan merangkai kembali jejak perjuangan sang pahlawan nasional. Napak tilas ini menapaki kembali perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai yang berjuang mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dari Belanda. Jejak perjalanan I Gusti Ngurah Rai bisa dirunut dari menuju ke pusat pemerintahan RI di Yogyakarta. Di sana, ia dilantik jadi Komandan Resimen Sunda Kecil dan berpangkat Letnan Kolonel.
Setelah kembali ke Pulau Bali, I Gusti Ngurah Rai menggencarkan perlawanan terhadap Belanda. Setelah menguras senjata di Tangsi Tabanan, subuh sudah tiba di Banjar Ole. Di Pura Dalem Basa ini, senjata itu dikumpulkan dan di pasupati. Dari sekitar 70 orang pasukan di Pura Dalem Basa itu bisa membawa 4 jenis senjata. Malam itu, ada demonstrasi pencak silat, bahkan Pak Rai ikut menampilkan keahlian pencak silat. Sementara tari Jangar disuguhkan penari dari Desa Tunjuk. Setelah itu, dikisahkan mereka melakukan persembahyangan memohon selamat.
Malam itu, Pak Rai menggelar apel militer. Pak Rai memberikan wejangan yang isinya, “Saudara-saudara, tugas kita mempertahankan negeri kita; pantang mundur dan tak kenal menyerah; bersatu padu kompak tak menyerah. Hancurkan pasukan Belanda, merdeka atau mati,” ucapnya berapi-api, membakar semangat nasionalisme pasukan militer Republik Indonesia.
Kegiatan kemudian diisi dengan penyerahan paket sembako kepada keluarga veteran serta beasiswa kepada anak yatim.[T] [BTN/bud]