PERNAHKAH melihat foto air terjun yang aliran airnya terlihat sangat lembut menyerupai kapas? Pastilah pernah.
Foto semacam itu memperlihat gambar air dengan alam yang sungguh sejuk. Kita akan selalu kagum pada keindahan yang diciptakan Tuhan.
Melihat foto dengan gambar aliran air selembut kapas, kita langsung terkesan, terkagum-kagum. Kesan yang langsung terasa adalah nuansa yang tenang dan damai.
Bukan hanya aliran air terjun. Kesan dan sensasi rasa yang sama juga terjadi jika kita melihat foto bentang pantai dengan debur ombak yang tampak halus dan lembut sehingga membuat kita langsung ingin berenang di dalamnya.
Siapa pun bisa membuat foto semacam foto-foto aliran air yang terlihat selembut kapas itu. Untuk menciptakan foto-foto seperti itu, fotografer yang menekuni landscape photography biasanya menggunakan teknik long exposure atau slow speed.
Before Night Comes karya Agus Sunantara
Teknik long exposure atau slow speed memang lazim diterapkan untuk mendapatkan efek air mengalir seolah-olah seperti kapas tersebut.
Aliran air yang bisa diabadikan secara slow speed itu bisa berupa air terjun, aliran air sungai maupun gerakan ombak di laut.
Untuk membuat foto slow speed air mengalir, kita membutuhkan sebuah kamera yang bisa diatur kecepatan rananya.
Keberadaan tripod untuk menyangga kamera juga merupakan perlengkapan wajib karena kita akan memotret dengan shutter speed lambat.
Harmoni Alam karya Agus Sunantara
Secara prinsip, gerakan seperti kapas yang muncul pada foto slow speed terjadi akibat motion blur atau gerakan blur air yang tertangkap oleh sensor kamera.
Supaya gerakan itu bisa muncul, diperlukan kecepatan rana atau shutter speed yang lambat.
Teknik ini sebenarnya juga diterapkan dalam pembuatan foto bulb di malam hari. Gerakan cahaya lampu terekam oleh sensor kamera karena kecepatan rana di atur rendah. Begitu juga gerakan blur sinar lampu tertangkap dengan sempurna oleh sensor kamera.
Untuk mendapatkan aliran air selembut kapas, settinglah kamera dengan ISO dan F-stop rendah untuk mendapatkan kecepatan rana yang rendah.
Kedamaian karya Agus Sunantara
Selanjutnya, pastikan objek yang difoto berupa air yang mengalir. Persiapkan tripod yang kokoh untuk menopang kamera dan posisikan kamera untuk mengambil komposisi yang bagus.
Tidak ada salahnya mencoba beberapa jepretan untuk memastikan komposisi yang paling pas.
Tahap selanjutnya, setting kamera pada ISO 100. Gunakan settingan Aperture Priority dengan settingan awal F-stop sekecil mungkin (angka F besar), misalnya F/22. Cek kecepatan rana yang diberikan kamera.
Untuk menangkap motion blur air diperlukan kecepatan rendah, paling tidak 1 detik. Ulangi beberapa jepretan untuk mendapatkan kecpatan rana yang berbeda dengan mengatur F-stop.
Prinsipnya, semakin lama kecepatan rana maka gerakan air akan terlihat semakin lembut. Namun harus diingat, jika kecepatan rana terlalu lama, maka risikonya bagian yang over eksposure akan semakin banyak.
Sesuaikan aperture dan kecepatan rana yang pas sesuai dengan kreativitas yang diinginkan.
Memecah Pantai karya Agus Sunantara
Untuk mendapatkan kecepatan rana rendah pada objek landscape, tentunya membutuhkan waktu pencahayaan yang tepat. Pada pemotretan air terjun, misalnya, waktu yang paling pas untuk memotret adalah di pagi hari ketika matahari belum terlalu tinggi.
Jika pemotretan dilakukan siang hari, maka akan susah untuk mendapatkan kecepatan rana rendah sehingga kecenderungan mendapatkan foto yang over eksposur akan sangat besar.
Mencumbu Karang karya Agus Sunantara
Jika terpaksa memotret pada waktu pencahayaan yang tidak tepat sehingga tidak bisa mendapatkan kecepatan rana yang rendah, kita menyiasati kondisi tersebut dengan menggunakan filter Neutural Density (ND).
Banyak jenis pilihan filter ND. Semakin tinggi angkanya semakin gelap. Selamat berkreativitas! [T]
- BACA esai dan tips fotografi dari penulisWAYAN SUMATIKA