KABUPATEN Badung merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian khas dan tersebar di berbagai desa. Pertumbuhan seni dan budaya di Kabupaten tentunya juga didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Badung.
Berbagai bentuk perhatian diberikan tidak saja berupa sarana pengajaran seni, namun juga perhatian lebih ditujukan kepada seniman penggeraknya, yang telah memberikan andil dalam pemajuan seni budaya di daerah.
Hal tersebut tentunya termuat pada undang-undang no.5 tahun 2017 tentang pemajuan seni di daerah. Pasal 5 Undnag Undang Pemajuan Kebudayaan menyebutkan tentang Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi: a. tradisi lisan; b. manuskrip; c. adat istiadat; d. ritus; e. pengetahuan tradisional; f. teknologi tradisional; g. seni; h. bahasa; 1. permainan rakyat; dan J. olahraga· tradisional.
Upaya pemajuan kesenian di Kabupaten Badung dilakukan dengan memberikan ruang kreatif pada senimannya untuk menunjukan karyanya. Seniman hebat dan berbakat tidak akan diketahui kalau tidak didukung dengan karya dan apresiasi penikmatnya juga oleh pemerintahnya sebagai pengayom. “Wadah” itu menjadi penting untuk menunjukan eksistensi kekaryaannya.
Sebagai ajang untuk memberikan ruang kreatif itu, pemerintah Kabupaten Badung membuat sebuah kegiatan Festival Budaya Kabupaten Badung. Bila kita menoleh kebelakang, kegiatan ini merupakan transformasi dari kegiatan sebelumnya yang dulu dilaksanakan berkaitan dengan peringatan hari Puputan Badung.
Pemerintah menetapkan tanggal 20 September sebagai Hari Puputan Badun. Adapun Hari Puputan Badung tersebut ditetapkan sebagai peringatan terhadap peristiwa heroik perlawanan rakyat Badung Bali terhadap armada pasukan Belanda yang dikenal dengan nama Perang Puputan.
Dahulu peringatannya dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti; Lomba Gerak Jalan Puputan Badung, Lomba Baleganjur Se-Bali (kelompok pelajar dan umum), Lomba Gong Kebyar antar Kecamatan Se-Kabupaten Badung, dan lomba-lomba lainnya.
Saya masih ingat ketika dulu duduk di sekolah menengah pertama, di tahun 1997 mulai mengikuti lomba Baleganjur antar pelajar dan Gong Kebyar Anak-anak dan Gerak Jalan Puputan Badung yang starnya dari Monumen Margarana dan finish di Lapangan Lumintang.
Dalam kegiatan lomba seni tersebut, mereka yang mendapatkan juara, akan mewakili Kabupaten Badung dalam event PKB (Pesta Kesenian Bali). Selanjutnya setiap tahun pun kegiatan ini digelar. Lomba Baleganjur khususnya, merupakan acara yang paling bergengsi dikalangan sekaa yang ada di Bali. Acara ini sangat ditunggu-tunggu. Sebuah ajang untuk menunjukan skill “taringnya” di bidang seni gamelan (juga alat intrumennya).
Setelah Kabupaten Badung resmi pindah ke Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung di Sempidi, kegiatan tersebut diberi nama baru dan kemudian dikenal dengan “Festival Budaya Kabupaten Badung” yang digelar serangkaian perayaan HUT Ibu kota Kabupaten Badung, Mangupura.
Festival budaya Kabupaten Badung merupakan sebuah ajang pertunjukan seni budaya yang ada di Kabupaten Badung. Festival ini dilaksanakan pertama kalinya tahun 2009, yang terpusat di (Puspem) Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung.
Ada sedikit perubahan mata acara dari kegiatan Perayaan Puputan Badung dengan Festival Budaya Kabupaten Badung. Namun, esensinya untuk pemajuan seni budaya di Kabupaten Badung masih menjadi hal terpenting dan tetap menjadi “roh” kegiatannya.
Kegiatan Festival Budaya Kabupaten Badung, sebelumnya rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Namun di tahun, 2018 sempat terhenti hingga tahun 2022 dikarenakan adanya perubahan mata kegiatan dan wabah covid 19 yang melanda.
Kegiatan Festival Budaya Kabupaten Badung, dikembangkan dengan penambahan mata acara, seperti; Lomba Bapang Barong Se-Badung, Lomba Penjor, Lomba Film Dokumenter, Lomba Gong Kebyar Anak-Anak, Lomba Gong Kebyar Dewasa, Lomba Gong Kebyar Wanita antar Kecamatan Se-Kabupaten Badung.
Acara tersebut digelar juga bertujuan untuk mencari penampil terbaik untuk mejadi duta Badung pada perhelatan Pesta Kesenian Bali di tahun berikutnya.
Gambar 1. Lomba Gong Kebyar Anak-Anak |Sumber. Dokumentasi Sekaa Gong Anak-Anak Semara Winangun, Desa Kwanji, Kelurahan Sempidi, Tahun 2023
Di tahun 2023 ini, merupakan perayaan kembali Festival Budaya Kabupaten Badung yang ke 14. Namun, “wajahnya” didegelar dengan format sedikit berubah dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada penyajian lomba Gong Kebyar misalnya, dahulu pemainnya dan penggarap seninya merupakan mereka yang dipilih dari kecamatan masing-masing. Namun di tahun ini, skema kegiatan lomba, didisain berbeda.
Sekaa-sekaa yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan sekaa-sekaa yang ada dalam lingkup desa. Peserta dibatasi melalui lingkup desa/kelurahan. Tujuannya yakni menumbuh kembangkan potensi-potensi seni yang ada di desa. Sebuah upaya untuk memberikan kesempatan pada anak-anak muda di desa untuk menunjukan potensi seninya.
Begitu juga para penggarap seni yang ada di masing-masing kecamatan, diberikan ruang kreatif untuk berkarya. Penggarap seni dibatasi berasal dari 1 lingkup kecamatan tertentu.
Gambar 2. Lomba Gong Kebyar Dewasa | Sumber. Dokumentasi Sekaa Gong Pura Rempak Taman Sari, Kelurahan Kapal, Tahun 2023
Mereka yang memperoleh juara pada kegiatan lomba ini, tidak didaulat langsung mewakili kabupaten Badung untuk maju ke perhelatan Pesta Kesenian Bali yang diselenggarakan di tahun berikutnya. Terpenting, Festival Budaya tahun ini merupakan ajang untuk menunjukan keseradaan sekaa di desa masing-masing dan ruang untuk seniman muda menunjukkan kekaryaannya, tegas I Wayan Mulyadi, (salah satu panitia penyelenggara).
Semoga kedepannya makin banyak tumbuh menggeliat seniman-seniman muda yang ada di desa masing-masing, seiring dorongan dan dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Badung baik sarana maupun ruang kreatif ini. Perlu juga menjadi evaluasi kedepannya, pemerintah Kabupaten Badung membangun tempat yang lebih representative untuk hiburan (stage terbuka) untuk pertunjukan seni, yang tentunya juga didukung dengan tata lighting dan sound system yang memadai serta dikendalikan oleh pertugas yang professional.
Menjadi catatan: jangan sampai proses panjang latihan seniman kita dikacaukan sehari oleh pengelolaan pertunjukan yang kurang maksimal (sound dan lighting). Mari kita bersama saling mendukung, memperbaiki kwalitas layanan kita untuk Badung, dan seni budaya Badung yang adi luhung. [T]