9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sudut Pandang Pahlawan: Adakah Hal yang Tidak Biasa?

Luh Putu SendrataribyLuh Putu Sendratari
November 10, 2023
inOpini
Sudut Pandang Pahlawan: Adakah Hal yang Tidak Biasa?

Pahlawan Indonesia | Sumber : https://silmuku.blogspot.com/2017/02/daftar-nama-pahlawan-perjuangan.html

HARI ini 10 Nopember adalah hari istimewa untuk rakyat Indonesia, karena setiap 10 Nopember diperingati sebagai Hari Pahlawan. Secara moralitas, penetapan tersebut merupakan cermin bahwa bangsa ini adalah bangsa yang sangat mengerti tata cara menghormati jasa orang – orang di masa lalu. Dalilnya adalah, tidak ada masa kini tanpa jejak masa lalu.

Penghormatan dan pengharagaan yang telah mengantarkan negara ini menjadi Repbulik yang terbebas dari ekploitasi dan tekanan negara lain yang telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan merupakan fakta yang terbantahkan. Para pejuang kemerdekaan pun mendapat tempat yang layak secara sosial – mendapat Surat Penetapan; di makamkan di tempat yang tiada biasa. Pokoknya dalam hal dibuatkan standar kepantasan bagi mereka yang telah berjasa terhadap bangsa ini. Jasa yang telah ditorehkan diukur melalui parameter KIP (Keberanian, Integritas dan Pengorbana). Ketiganya itu jelas merupakan parameter maskulin yang dilekatkan pada jenis kelamin laki-laki.

10 Nopember: Perenungan Tiada Henti tentang Kepahlawanan

Secara harfiah definisi pahlawan kiranya sudah clear. Dalam KBBI terjelaskan pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian serta pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pahlawan adalah pejuang yang gagah berani. Sampai kapanpun kiranya parameter tersebut telah diyakini kebenarannya. Seolah-olah parameter tersebut sudah dibakukan dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Padahal, setiap tiba datangnya hari pahlawan sesungguhnya terbuka lebar melakukan perenungan atas apa yang selama ini diyakini sebagai kebenaran ilmu.

Misalnya, standar kepahlawanan yang dibakukan tersebut jelas lebih tertuju pada pensifatan maskulin yang notabena melekat pada jenis kelamin laki-laki, sedangkan pensifatan feminin terpinggirkan. Tidaklah mengherankan deretan gambar pahlawan sampai hari ini didominasi oleh gambar para pahlawan laki-laki.

Kalaupun muncul gambar sosok perempuan yang sudah dikenal yakni Cut Nyak Mutia; Cut Nyak Dien; RA Kartini; adalah orang-orang yang tergolong memenuhi paramater kepahlawanan. Materi sejarah di dunia pendidikan dipenuhi dengan narasi dan gambar yang membangun konstruksi siswa bahwa pahlawan adalah identik dengan laki-laki. Ini adalah pengetahuan yanag biasa dan dibiasakan dalam pembelajaran sejarah di jenjang pendidikan sejarah, tanpa koreksi.

Pertempuran Surabaya: Kilas Balik Sejarah

Siapa Pencetusnya ?

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, yang dikenal sebagai Gubernur Soerjo atau Suryo karena saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, adalah tokoh pencetus Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 silam. Gubernur Suryo disebut sebagai sosok yang mempelopori pecahnya Pertempuran Surabaya tersebut karena pidato yang disampaikannya pada 9 November 1945 yang berisi seruan untuk melawan pasukan Sekutu kepada para arek-arek Surabaya. Pidato yang dikumandangkan telah sanggup membakar semangat arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu. Di bawah komando Bung Tomo meletusnya pertempuran Surabaya, yang diawali lewat aksi perobekan bendera sekutu di hotel Oranye selanjutnya memicu kemarahan seorang Jenderal Malaby.

.

.

.

Sumber foto: https://id.search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210ID739G0&p=pertempuran+surabaya dan https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/09/19/sejarah-hari-ini-19-september-1945-perobekan-bendera-belanda-di-hotel-yamato-surabaya

Keempat gambar tersebut adalah suguhan yang sudah terbukti memiliki kekuatan yang sanggup mengkonstruksi perspektif/sudut pandanga para siswa bahwa perilaku heroik adalah hingar bingar teriakan yang melibatkan baku hantam atau yang sejenisnya. Cara pandang semacam ini, jelas sebuah penegasan bahwa perilaku heroik adalah standar baku pahlawan.

Cara pandang inilah yang menjadi kritik pedas kaun feminis multikultural yang mencoba menyuguhkan pemikiran yang tidak biasa untuk mengukur nilai kepahlawanan yang tidak serta merta harus ditunjukkan melalui perilaku heroik. RA Kartini adalah contoh yang tidak biasa dalam menimbang kehadiran seorang pahlawan. Melalui kekuatan pena sebagai senjata, dia hadir sebagai perempuan yang tidak biasa. Ternyata, menjadi yang tidak biasa untuk masuk dalam jajaran pahlawan tidaklah mudah.

Setidaknya mindset tentang pahlawan yang hanya bersandar pada kekuatan fisik adalah batu sandungan yang bertahan sangat lama untuk memastikan parameter kepahlawanan yang selama ini berpijak pada steriotyp tentang keberanian fisik semata yang tertuju pada pensifatan laki-laki seolah-olah diabadikan dan tidak perlu dipersoalkan. Implikasi atas cara berpikir semacam ini adalah pembedaan atas apa yang penting dan tidak penting, apa yang berharga dan tidak berharga dan seterusnya.

Sama halnya dalam kita memaknai peristiwa 10 Nopember di Surabaya yang diabadikan melalui gambar klasik tersebut di atas yang telah menyusupi cara pandang anak-anak kita tentang terminologi kepahlawanan. Tanda-tanda yang dikirim oleh gambar semacam itu adalah gambar yang tidak akan sanggup membuka cakrawala berpikir anak agar bisa lebih luas memaknai sebuah peristiwa. Garda depan dari sebuah peristiwa sejarah yang memang didominasi dengan peristiwa heroik yang baku hantam memang merupakan suguhan yang menyimpan ideologi patriakhi yakni ideologi pengutamaan terhadap laki-laki.

Sementara, garda belakang dari suatu peristiwa sejarah yang notabena dimainkan oleh kaum perempuan tidak tertampilkan sebagai peristiwa utama dalam sejarah. Inilah yang oleh Sartono Kartodirdjo disebuat sebagai sejarah wong cilik (perempuan masuk di dalamnya). Contoh dari cara berpikir yang tidak biasa dapat diperoleh dari garda belakang peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya adalah saat ada sejumlah perempuan yang mengendap-ngendap tengah malam memberi pertolongan pada mereka yang terluka; mengangkuti jasad yang gugur dari peristiwa Surabaya adalah aksi yang tidak digolongkan sebagai tindakan heroik, tapi terlupakan bahwa tindakan itu membutuhkan keberanian di tengah situasi yang chaos. Sayangnya, itu tidak masuk dalam parameter kepahlawanan.

Belum lagi, perempuan kurir yang bertugas membawa pesan penting untuk para pejuang, lewat nyali yang dimiliki harus berhasil menembus blokade musuh agar bisa selamat mengemban tugas. Dalam konteks kejuangan semacam ini perempuan sudah tidak lagi memandang tubuhnya sebagai bahaya yang menguntit. Bahkan dalam suatu peruangan di era jamannya tubuh perempuan menjadi bagian dari sebuah pengorbanan. Setidaknya, itulah pengakuan yang pernah penulis dengar dari pengakuan seorang kurir, saat berbincang di kaki Gunung Batur, beberapa tahun silam. Ini pun luput dari parameter kepahlawanan.

Hal lain lagi, para perempuan yang bertugas menyiapkan keperluan logistik perang adalah orang-orang yang tidak tampil dalam panggung sejarah. Apakah dengan demikian mereka beramai-ramai dimasukkan dalam katagori pahlawan. Terlalu naif jika tafsir ini dinilai sebatas pengakuan sebagai pahlawan. Yang terpenting adalah mengajarkan diri ataukah siswa berpikir tentang hal yang tidak biasa adalah sesuatu yang jauh lebih bermakna ketimbang hanya mengejar sebuah predikat.

Menarik kiranya pemikiran sastrawan – Pramoedya Ananta Toer seorang sastrawan kritis yang melemparkan gagasan tentang pentingnya memperhitungkan perempuan dalam panggung sejarah. Di benak pencita sastra di Indonesia, seorang Pramoedya dikenal bukan hanya karena namanya pernah disebut sebagai kandidat kuat peraih hadiah nobel bidang sastra, namun juga karena ketrelibatannya dalam membongkar renik sejarah bangsa ini. Sejarah menjadi spirit utama kraya-karyanya. Dalam keterlibatannya dengan bahan-bahan sejarah, Pram coba menelaah unsur terpenting yang membangun sejarah, yakni manusia.

Menariknya, tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam karya Pram adalah tokoh yang memiliki daya untuk menolak dan resisten, walaupun tokoh tersebut selalu mengalami kekalahan eksistensial. Dalam kaitan inilah Pram menghadirkan tokoh “gurem” dalam karyanya. Tokoh “gurem” dalam karyanya sering menyertakan perempuan. Sosok perempuan yang diutamakan Pram adalah berlatar kelas rendahan atau orang kebanyakan, mereka sering dijadikan corong yang menyuarakan pandangan dunia seorang Pram.

Tokoh wanita dalam karya Pram punya pengaruh yang kuat terhadap visi cerita yang ditampilkannya, kendati dalam kenyataan sejarah, seringkapi perempuan hanya menempati lembaran yang hampir tidak terbaca. Setidaknya, lewat seorang Pram, kita jadi paham bahwa sastra adalah alat perjuangan untuk membangun perspektif.

Sejarah bukanlah konstruksi yang disusun dan tersusun secara permanen. Sejarah memiliki sifat politis, tergantung siapa pemegang kuasa wacana. Sejarah akhirnya tampil dalam berbagai versi. Harusnya, suara-suara perempuan memang tidak bisa diabaikan dalam panggung sejarah, sebab mereka juga adalah anasir-anasir sejarah yang punya power untuk menunjukkan eksistensinya. Hegemoni patriarki seringkali menyembunyikan sebagian sosok mereka dari catatan sejarah.

Seorang Pramudya punya peran untuk bernegosiasi dengan sistim hegemonik dan selalu mempertanyakan dan berusaha mengisi ceruk bopeng perjalanan sejarah. Dengan begitu Pramodya adalah sosok yang tidak sepakat jika sejarah hanya muncul dalam satu wajah-wajah yang culas, penuh instrik dan manipulatif (http://oase.kompas.com/read/2013/05/18/19562759/Pram.Sejarah.Wanita) [T]

  • BACA artikel lain dari penulisLUH PUTU SENDRATARI
Begal Payudara: Ilusi Para Bandit ke Tubuh Perempuan — Tantangan Masyarakat Terdidik
“Batik Bisa Bicara Tentang Ekofeminisme” — Membidik Suara Alam Yogyakarta untuk Dunia Pendidikan
Tags: Hari PahlawanpahlawanPerempuan
Previous Post

Uma Tattwa: Harmonisasi Manusia dengan Lingkungan Agraris Melalui Yadnya

Next Post

Media Sosial untuk Membangun Loyalitas Wisatawan ke Bali | Dari Kuliah Umum Prof. Christine PETR di Unud

Luh Putu Sendratari

Luh Putu Sendratari

Prof. Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum., guru besar bidang kajian budaya Undiksha Singaraja

Next Post
Media Sosial untuk Membangun Loyalitas Wisatawan ke Bali | Dari Kuliah Umum Prof. Christine PETR di Unud

Media Sosial untuk Membangun Loyalitas Wisatawan ke Bali | Dari Kuliah Umum Prof. Christine PETR di Unud

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co