MENDENGAR istilah DB/Demam berdarah masih terbayang anak-anak yang hingga mimisan atau bahkan meninggal dunia. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2022 terdapat 1.237 kematian dari 143.266 kasus akibat virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk. Pada minggu ke-33 bulan Agustus 2023 terdapat 422 kematian. Kasus DBD sering mencapai puncaknya pada bulan Januari-Februari dan April-Mei.
Bali yang merupakan salah satu destinasi wisata tidak luput pula akibat virus ini. Tercatat di tahun 2023 salah satu daerah yaitu Kota Denpasar menjadi kota tertinggi kedua setelah Kota Bandung kasusnya yaitu 1.262 kasus dan Kabupaten Badung peringkat keempat dengan 932 kasus hingga minggu ke-33. Padahal tahun 2022, tidak ada kota/Kabupaten di Bali yang masuk 5 besar kasus ini di Indonesia.
Buleleng yang merupakan kabupaten di sebelah utara Bali, menjadi kabupaten dengan jumlah kasus DB keempat setelah Denpasar, Badung, dan Gianyar dengan jumlah sebanyak 747 kasus. Hal ini tentu menjadi pertanyaan kita bersama, apakah metode pencegahan selama ini tidak efektif? Adakah pencegahan yang lebih efektif?
Pencegahan dan pengendalian DB memang memerlukan upaya bersama dan kedisiplinan bersama. Karena konsistensi ini begitu susah kita lakukan maka salah satu upaya adalah pengendalian secara biologis dengan bakteri gram negatif Wolbachia. Bakteri ini bisa hidup di nyamuk dan mengganggu sistem reproduksi nyamuk maupun replikasi virus (Lusiyana, 2014).
Wolbachia pertama kali ditemukan di jaringan reproduksi nyamuk Culex pipiens. 66% spesies serangga, tungau, laba-laba, kalajengking, nematoda filarial (salah satu jenis cacing gelang) sebenarnya secara alami mengandung bakteri ini (Saraswati Utari dkk¸ 2023). Program bakteri ini dipelopori di Kabupaten Bantul dengan mengembangbiakkan nyamuk jantan dengan bakteri Wolbachia di laboratorium oleh tim UGM dan Australia. Nyamuk dengan bakteri ini diharapkan kawin dengan nyamuk Aedes sp betina sehingga mempengaruhi reproduksi nyamuk dan virus dengue.
Selain itu, nyamuk dengan bakteri ini mampu menurunkan kemampuan hisap nyamuk. Bakteri yang ada pada nyamuk betina terinfeksi dapat juga diturunkan. Lalu seberapa efektif dan amankah untuk manusia dalam mencegah DB? Insiden/kasus baru akibat DB dapat diturunkan sebesar 77,1% pada usia 3-45 tahun dengan perlindungan untuk keempat tipe virus dengue terutama virus dengue tipe 2 dan 4. Sebesar 83% menurunkan insiden masuk ke rumah sakit dalam 30 bulan (Adi Utarini dkk, 2021). Dengan data tersebut, kita optimis efektivitas dengan menggunakan bakteri ini menjadi cukup menjanjikan dan memberikan angina segar masa depan pencegahan DB di Indonesia.
Penelitian menunjukkan pewarisan bakteri melalui maternal sangat tinggi dan stabil (McMeniman et al, 2008). Pada uji coba tahun 2011 di Cairns (Australia) oleh Wold Mosquito Program (WMP) dan penelitian di Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan bakteri ini tidak dapat berpindah ke lingkungan biotik dan abiotik serta tidak menginfeksi manusia. Penelitian dari sampel nyamuk sebanyak 1.253 jenis A, albopictus dan C. quinquefasciatus menunjukkan tidak ditemukan bakteri dari hasil pemeriksaan PCR. Sehingga tidak menularkan ke spesies nyamuk yang tertular ke nyamuk jenis lainnya (Saraswati et al, 2023).
Terkait keamanan terhadap manusia diteliti menunjukkan bakteri ini akan segera mati ketika nyamuk inangnya mati (Popovisi et al, 2010). Selain itu penelitian di Yogyakarta menunjukkan tidak ada antibodi yang terbentuk pada manusia setelah 12 bulan pelepasan bakteri ini pada manusia dan penelitian di Vietnam pada warga Tri Nguyen Island menunjukkan hal yang sama (Saraswati et al, 2023). Bakteri ini terdapat hampir di seluruh jaringan nyamuk namun tidak ditemukan dalam air liur dan ukuran bakteri ini lebih besar dibandingkan saluran air liur nyamuk.
Dengan data-data tersebut, kita tentu mengapresiasi seluruh peneliti yang terlibat, Dinas Kesehatan, para pemangku kebijakan serta tentu masyarakat sekitar. Ayo dukung program bermanfaat ini, semoga DB di Buleleng maupun di Indonesia kian hari bisa kita tuntaskan bersama-sama. Penelitian menunjukkan bakteri ini efektif, risiko yang amat kecil serta menjanjikan dalam membantu mengentaskan DB. Salam. [T]