Rimba
(untuk Mocca__S)
arung menuju pertalian sesak;
ilalang, belukar, onak tajam,
berbagai perdu bersorak
tak ingin sentosa datang padaku
entah,
apakah dia adalah puan pilihan Tuhan
aku bosan mengikuti alur itu
cumalah terjang lakuku untuk puan
meski strata adalah rimbanya
aku tak peduli
tertembak peluru kata-kata, apalagi
macan hilir mudik di mimpi
akan kumasak pagi-pagi
akan kuburu meski harus tidur lagi
untuk bertemu dengan mimpi itu setiap hari.
Jembrana, 2023
Takut?
apa yang kau takut dari mati?
hanya karena tak melihat pagi,
tak bisa melihat orang-orang pergi:
ke pasar penuh emosi
ke kantor separuh hati
ke sekolah dengan iri dengki
ke laut, apalagi, mau bunuh diri.
apa yang kau takut dari mati?
hanya karena tak melihat malam,
tak bisa melihat orang-orang pergi:
ke warung kopi ngobrol ke sana-ke mari
ke tempat ngaji untuk citra diri
ke pos ronda dengan amarah, begadang tiap malam,
tapi gaji hanya sebiji.
apa sih yang kau takuti?
tak siap bertemu Ilahi?
takut keluarga tak bisa berdiri?
sungguh, 99,95% orang di dunia
tak ada yang rugi bila kau mati.
sebab kau pengecut!
membiarkan belenggu, penindasan, ketidakadilan menyiksa diri.
berjalan satu kaki, melangkah pergi sambil mendengar lagu-lagu indie
meninggalkan musik-musik religi
menyobek buku-buku kiri
mengoleksi buku-buku motivasi
menanggalkan kitab suci berdiam di lemari
dan yang ada di dalam hati
hanya dengki yang rimbun tak tersirami.
Jembrana, 2023
Kicau Perang
aku disapa oleh embun yang jatuh di permukaan tahi sapi. Mengatakan, “hai, mari berdiri!” meyakinkan kalau aku bisa bangkit dari sepi. kesunyian materi, fisik, nurani.
tunggu aku di tepi sawah. kan kuberi secangkir jawab: “kakiku sudah dimakan burung nurul yang terbang bersama fikri ke lapisan langit untuk menghadap kepada matahari. Dan sebentar lagi, mereka akan menggaungkan kicau perang dengan nada datar dan saling lempar pilar; komitmen pada ikatan janji, prinsip berpasangan dan berkesalingan, saling memberi kenyamanan/kerelaan, saling memperlakukan baik, saling berembuk bersama.”
kicauan itu membuat gemetar kaki ringkih kecil tak bergizi yang perlahan lepas dari tubuhku. seperti padi-padi yang gagal karena dimakani hama ngeri, lebih ngeri dari hukuman para pelaku korupsi.
Jembrana, 2023
Tubuh
bukan oleh rapuh, tubuh ini luruh hilang sadar
tewas di balik pintu kamar, terkapar
: kursi, meja, kasur megah
berlumur-lumur berdarah-darah
mengalir di lantai, mengarah ke gedung istana
Jembrana, 2 Mei 2023
Tanpa Tapi
tanpa tapi,
saya ingin pergi,
pagi-pagi sekali,
ke sebuah gunung,
suatu dataran tinggi
untuk menerbangkan pesawat kertas
agar lepas mencari alamat rumah perempuan yang membaca puisi ini.
tanpa tapi,
saya ingin pergi
sambil berlari, menari-nari, meneriakkan;
saya akan menjadi teman anak bapak setiap hari minggu
karena senin sampai sabtu saya akan menjadi teman bapak,
dari pagi sampai petang, dan pulang membawa lelah,
lalu meletakannya di sebalah anak bapak yang terlelap menanti nafkah.
tanpa tapi,
saya berjanji akan mati
setelah mendorong kursi seseorang
mengelilingi kotak hitam yang sakral dan berukuran besar.
Jembrana, 2 Mei 2023
Kini
kini, zaman kultus pada lembaran. setiap hati menyisihkan segenap uang, menjadi peserta perlombaan, lomba perebutan lembar-lembar. setiap orang tua dipasung oleh kepulan pikiran di ruang ibadah, ruang kerja, ruang-ruang hampa, merapal pikiran calon orang-orang pikun, yang sekarang tekun belajar meraih kesempurnaan.
kini, lingkungan jadi tempat mengerikan, cara pandang orang kebanyakan membabat habis kebebasan. bukannya terbuka pilihan yang luas, batasan-batasan bermunculan, jadi pilihan ganda seperti soal ujian. perkara empat abjad di sebuah lembaran, di sebuah halaman, di sebuah ruangan, nilai seseorang ditentukan-dipertaruhkan.
kini, institusi-instansi santai menanti; lamaran dari para generasi muda, generasi terasi bakar yang menjadi penyedap kegelapan. adtah, gemuruh sorak-sorai alih-alih menanti pengumuman, padahal sudah ditentukan jauh sebelum masa ia dilahirkan.
kini, zaman tak harapkan seragam. kemajuan teknologi informasi, sumber-sumber literasi jadi milik pribadi. kendati kreatif adalah esensi, produktif masih lebih inti. kreatif datangkan relasi, produktif datangkan materi.
Malang, 2023
[][][]