- Catatan Harian Sugi Lanus 18 Agustus 2023
Dalam kebatinan Bali yang dimaksud MANUSA MATAH (manusia mentah) adalah tubuh/sarira yang belum pernah dikonversi/diupgrade lewat instalasi AKSARA SUCI.
Prosesi menginstal aksara suci ini dikenal dengan berbagai tahapan: MAWINTEN, MAPULANG LINGGA, NGALINGGIHAN WEDA.
Di luar jalur formal di atas adalah transmisi teks suci oleh Guru ke Sisya yang tertutup. Murid diinisiasi tertutup dan diinstal DASA AKSARA secara khusus pula. Semua tertutup.
Tanpa instalasi sarira dengan aksara suci ini seseorang dianggap matah (mentah).
Proses instalasi aksara suci harus dilakukan oleh Guru yang mumpuni dan dilakukan ke sarira atau sosok yang tepat.
Jika dilakukan oleh Guru yang tidak mumpuni dan orang yang ambisi MAWINTEN, MAPULANG LINGGA, NGALINGGIHAN WEDA adalah sosok yang tidak pantas, maka ancaman kegagalannya sangatlah besar. Sarira yang diinstal tidak bisa menyerap.
Karena itu, jika ada sosok telah ganti nama, menyandang gelar suci, serta ganti penampilan, tetapi di tengah jalan goyang, tidak mantap atau tidak bisa menjalankan tugas “ngemargiang kawikon”, ini indikasi proses instalasi aksara sucinya gagal.
AKSARA SUCI memang menjadi salah satu kunci mengkonversi “bahan mentah” sarira.
Pada foto-foto di atas tampak aksara suci yang dipakai mengkonversi atau mengupdate bahan mentah kayu, batu, semen, atap, dll., untuk menjadi “altar suci”.
Tanpa instalasi aksara suci sebuah altar tidak bisa dianggap wahana suci (palinggih). Oleh karena itu ada pantangan dan tuntunan dalam sastra untuk tidak sembarangan memuja cakup tangan. Tidak dibenarkan atau pantangan memuja di tempat yang upakara dan prosesi ngelinggihang aksaranya (mendem pedagingan dll) tidak memadai.
Jika tubuh disucikan dengan instalasi aksara suci menjadi untuk bisa memenuhi kriteria tubuh suci, demikian pula bahan mentah (kayu, batu, ijuk, dll) bisa dianggap kuil suci jika sudah diupgrade lewat instalasi aksara suci.
Sebelum mencapai syarat instalasi aksara suci itu, maka bahan baku (tubuh atau pelinggih) tetap bahan mentah.
Disebut “MANUSA MATANG” ketika sang sarira telah disinari oleh nyala cahaya AKSARA SUCI. Dipenuhi oleh getar mantra suci dan padu dalam keheningan semesta. [T]
- BACA artikel dan esai lain dari penulisSUGI LANUS