26 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca Kembali “Surabaya” Karya A Idrus

IrwansyahbyIrwansyah
August 17, 2023
inUlas Buku
Membaca Kembali “Surabaya” Karya A Idrus

Novel Surabaya karya Idrus

ABDULLAH IDRUS atau A. Idrus lahir di Padang, Sumatra Barat 21 September 1921, meninggal 18 Mei 1979. Ia adalah seorang sastrawan Indonesia. Pernah menempuh Pendidikan di HIS, MULO, AMS, dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT). Ia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1943.

Idrus juga meraih gelar Master of Arts dari Universitas Monash, Australia pada tahun 1974. Ketika Idrus meninggal, Ia mendapatkan kandidat Ph.D di Universitas tersebut. Idrus juga pernah menjadi redaktur Balai Pustaka pada 1943-1949 dan kepala bagian pendidikan GIA pada 1950-1952.

Selain itu, Idrus pernah menjadi redaktur majalah Indonesia dan Kisah, kemudian Idrus mengabdikan dirinya di Universitas Monash pada 1965-1979.

Dalam bidang penulisan, Idrus menulis prosa, novel, drama, dan menerjemahkan beberapa karya sastra. Karena tekanan politik dan sikap permusuhan yang dilancarkan oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (LKR) terhadap penulis-penulis yang tidak sepaham dengan mereka, Idrus terpaksa meninggalkan tanah air dan pindah ke Malaysia. Ia tinggal di Malaysia dari 1960 sampai 1964.

Karya-karyanya ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringkas, sederhana, dan tanpa hiasan kata-kata. Persoalan yang sering menjadi tema utama karyanya adalah masalah-masalah sosial yang terjadi pada zamannya. Ia membongkar habis keadaan buruk dan kacau pada masa revolusi, sebagaimana yang Idrus tuliskan dalam prosanya yang berjudul “SURABAYA’’.

Dalam karyanya itu, Idrus berupaya untuk menonjolkan berbagai kelemahan manusia-manusia yang eksis di kota Pahlawan. Kemudian, Idrus membuat sebuah konsep penceritaan yang Ia pelajari dari sastrawan ekspresionis Belgia, yaitu Willem Elsschot. Gaya sastra Elsschot inilah yang mempengaruhi Idrus dalam karya sastranya yang memfokuskan diri dan narasinya pada ketepatan dalam bentuk seharusnya (sisinisme).

Kekhasan Idrus dalam gaya kepenulisan membuatnya memperoleh tempat yang terhormat dalam dunia sastra Indonesia (SI), yaitu sebagai Pelopor Angkatan ’45 di bidang prosa sebagaimana yang dikukuhkan H.B. Jassin dalam bukunya berjudul “Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa” (1993).

Prosa Surabaya ini merupakan salah satu karya Idrus yang diterbitkan oleh Merdeka Press pada tahun 1947. Sebab substansinya, karya Idrus yang satu ini memiliki semangat revolusioner dengan cita-cita keadilan sosial. Jika kita baca dan menganalisis dari isi yang dituliskan Idrus dalam prosanya, kita dapat mengambil sebuah hipotesis tentang humanisme.

Bagaimana Idrus mampu membuat alat antipropaganda terhadap pemerintah republik, ialah dengan membangun narasi-narasi keadilan sosial untuk masyarakat ataupun pribumi Surabaya secara gamblang dan tepat. Sehingga salah satu yang dominan dalam karya Idrus adalah perjuangan untuk menegakkan keadilan dan ketegangan politik kolonial Belanda di Surabaya.

Abdullah Idrus menggambarkan keadaan masyarakat pribumi yang berjuang melawan penindasan dan eksploitasi sumber daya manusia (SDM) oleh bangsa kolonial. Ia juga  memberikan gambaran yang sangat kuat tentang kehidupan masyarakat Surabaya, dengan menyoroti ketidakadilan sosial dan kesenjangan antara si miskin dan si kaya.

Bagaimana kaum miskin memperjuangkan utilitas mereka untuk tidak menderita dan si kaya dengan sekonyong-konyongnya memperlakukan manusia tanpa moralitas yang murni sebagaimana seharusnya. Hal ini tidak semestinya dialami oleh setiap individu manusia di muka bumi.

Idrus mulai menulis Surabaya dari sebuah kronologi awal terjadinya tragedi-tragedi di Surabaya dengan bahasa yang sederhana tapi penuh makna. Ia mengungkapkan bahwa sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera negaranya yang berwarna merah, putih, dan biru tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Republik Indonesia di kota Surabaya.

Sehingga masyarakat Surabaya pada saat itu menimbulkan reaksi premanisme melihat hal tersebut dan menjadi kesal, jengkel, yang berujung sebagai kemarahan kolektif. Karena pendeknya akal dan hilangnya kejernihan pikiran, maka salah seorang pemuda Indonesia kemudian mendatangi hotel Yamato tempat mereka mengibarkan bendera tersebut.

Sesampainya di hotel Yamato, terjadilah sebuah perbincangan dengan pimpinan sekutu agar bendera yang mereka kibarkan diturunkan, agar tidak terjadi keributan panjang gara-gara pengibaran bendera yang dilakukan oleh kolonial tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Indonesia.

Akan tetapi, pimpinan mereka menolak untuk menurunkan benderanya, sehingga hal yang tidak diinginkan terjadi, yaitu sikap premanisme salah seorang pemuda yang tiba-tiba loncat dari atas gedung hotel Yamato berhasil merobek warna biru dari bendera negara Belanda. Dari insiden inilah terjadinya baku hantam yang luar biasa antara sekutu dan pribumi Surabaya.

Dari cerita dan derita yang dialami masyarakat Surabaya pada saat itu, disampaikan Idrus dengan penuh keprihatinan dalam penggambaran yang mendalam, Ia memperlihatkan sarkasmenya tentang interaksi antarwarga, dinamika budaya, sosial, dan politik yang terjadi di kota Surabaya.

Idrus melukiskan perjuangan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Surabaya, mulai dari pertempuran yang terjadi sampai kehidupan masyarakat Surabaya yang mengalami krisis pangan dan papan. Para pejuang-pejuang Surabaya diceritakan oleh Idrus sebagai cowboy-cowboy yang punya ‘revolver’ (pistol) di pinggang, saling membunuh seperti teroris. Penggambaran seperti itu menimbulkan banyak reaksi dan tragedi yang pilu.

Dalam prosa Idrus, “Surabaya” selalu berusaha dan berupaya untuk mengemukakan revolusi dengan masalahnya yang berkarakter. Karena kekurangan pengetahuan serta pengertiannya terhadap revolusi kemerdekaan rakyat kala itu, maka secara  umum pandangan Idrus telah tergelincir ke dalam subjektivisme yang bukan kepalang.

Karenanya dari keseluruhan pembicaraan Idrus tentang Surabaya, Ia mencoba menerangkan dan mengungkapkan sesuatu yang jelek dan keji yang sifanya dehumanisasi secara gamblang. Dengan cara itu Idrus bermaksud supaya timbul dan terealisasikannya kebaikan dan sifat humanistik di tengah kehidupan bersosial di Indonesia, khususnya masyarakat Surabaya .

Akan tetapi hemat saya, secara tersirat Idrus menegaskan bahwa dirinya bukan hanya memiliki kelihaian dalam mengungkapkan kebaikan, tetapi Ia juga salah satu spesialis dalam mengungkapkan suatu kejelekan sebagaimana yang kita simak bersama di dalam prosannya.

Apa yang dimaksud Idrus dengan Surabaya bukanlah untuk menghina perjuangan bangsa Indonesia dan bukan pula Ia orang yang a-nasionalis. Tentu dengan prosa  Surabaya yang ditulis Idrus kita melek akan ketidakadilan sosial di negeri ini, dan berupaya untuk menegakkan rasa humanisme antar sesama.

Cerita Surabaya ini bukan merupakan suatu cerita dalam pengertian yang biasa. Tidak ada tokoh utama yang diikuti perjalanan hidupnya atau pengalamannya dari permulaan sampai akhir. Kalau mau dicaripun, tokoh utamanya adalah revolusi dan pengalaman orang-orang di dalamnya. Cerita ini merupakan suatu karikatur dari pertempuran Surabaya yang ditulis oleh Idrus.

Kebencian Idrus sangat jelas terlihat kepada dehumanisasi dan pembunuhan. Ini sebuah keadaan yang membuat Ia benci dan ngeri kepada segala apa yang bersangkutan dengan revolusi. Akan tetapi, dengan itu Idrus tidak berarti anti revolusi. Pendiriannya terhadap revolusi bisa dilihat dalam tulisannya Perempuan dan Kebangsaan (Majalah Indonesia, No.4, Mei 1949, BP).

Selain sikap nasionalisme yang meluap-luap, juga keberanian moralnya yang besar untuk menulis terang-terangan dengan segala kejujuran seperti yang diceritakan Idrus. Kita tidak persoalkan kebenarannya, akan tapi keberaniannya dalam hal ini mengemukakan visinya sendiri tentang revolusi dan kebangsaan. Hal ini adalah suatu ciri kemerdekaan ’45. [T]

Branding Baru Novel Berlatar Tragedi Erupsi Gunung Agung 1963 Karya I Gusti Ngurah Pindha
Usaha Menemukan dan Mengabadikan Desa Muslim Pegayaman Bali | Ulasan Buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali
Pembelajaran Moral dari Buku “Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang” Karya Luis Sepulveda
Tags: IdrusnovelrevolusisastraSurabaya
Previous Post

Perayaan Kemerdekaan yang Sederhana di Rumah Belajar Gebang, Desa Tembok-Buleleng

Next Post

Di Balik Kemajuan Pariwisata Pemuteran Ada Nama Ketut Sutrawan Selamet

Irwansyah

Irwansyah

Lahir di Sumbawa, Bangkong, 06 Februari 1999. Mahasiswa Hukum Ekonomi Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor. Bergiat di Komunitas Reading Buya Syafi’i, Rakam, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Next Post
Di Balik Kemajuan Pariwisata Pemuteran Ada Nama Ketut Sutrawan Selamet

Di Balik Kemajuan Pariwisata Pemuteran Ada Nama Ketut Sutrawan Selamet

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co