RABU, 12 Juli 2023, adalah hari terakhir Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Negeri 2 Sawan, Buleleng. Dengan berpakaian pramuka yang lengkap 262 calon peserta didik baru datang pagi-pagi dengan langkah penuh semangat.
Mereka mengawali kegiatan dengan melakukan Puja Tri Sandya di lapangan, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Setelah itu anak-anak masih berkegiatan di lapangan menyaksikan parade ekstrakurikuler.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 wita, parade selesai. Wajah anak-anak memancar cerah, matanya tetap berbinar. Semangatnya masih terjaga untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu pengenalan belajar efektif dan prestasi sekolah.
Saya ditugasi panitia mengisi materi di kelas Gemitir. Tanpa berlama-lama lagi anak-anak saya ajak untuk berkumpul di bawah pohon beringin. Mereka saya ajak duduk santai sembari menikmati sepoi angin.
Saya coba untuk keluar dari pembelajaran yang konvensional di kelas. Walaupun dalam situasi santai tetapi tetap serius dan tentunya selesai. Ternyata dalam kerumunan juga ada anak-anak kelas Anggrek. Tampaknya mereka juga ingin menikmati belajar di ruangan terbuka.
Berdoa dan Bersyukur
Saya memulai kegiatan dengan doa bersama agar kegiatan berjalan lancar sekaligus mengucap syukur kepada Tuhan dan Dewi Saraswati-istri Dewa Brahma sebagai lambang ilmu pengetahuan.
Dalam doa kadang sering sekali kita hanya meminta sesuatu kepada Beliau tetapi jarang mengucap syukur atas segala yang telah diberikan. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak anak-anak untuk belajar mensyukuri kesempatan menimba ilmu pada jenjang SMP. Juga pelajaran untuk diri saya sendiri karena masih bisa berdiri di depan mereka.
Data Kemdikbudristek menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2022/2023 terdapat 17.947 siswa SD se-Indonesia yang putus sekolah. Khusus di Provinsi Bali jumlahnya 168 siswa (statistik.data.kemdikbud.go.id). Sementara itu, BPS merilis data tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2023 sebesar 5.45% atau 7.99 juta dari total angkatan kerja sebesar 146.62 juta.
Jadi, bisa bersekolah dan bekerja adalah sesuatu yang sungguh-sungguh patut disyukuri bukan?
Kampanye Sekolah Sehat
Setelah berdoa, saya tidak langsung menyampaikan materi tetapi memberikan gerakan peregangan. Anak-anak melakukan gerakan tepuk tangan sesuai dengan instruksi yang saya berikan, yaitu tepuk tunggal dan tepuk ganda. Ternyata ekspresi mereka beragam. Ada yang serius, juga ada yang tegang. Mungkin mereka takut salah kemudian takut dihukum. Padahal sekarang sudah tidak jamannya main hukum-menghukum atau perpeloncoan dalam MPLS.
Suasana ceria pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Negeri 2 Sawan | Foto: Dok. Panitia MPLS SMPN 2 Sawan
Ada juga yang terlihat santai karena mungkin sebelumnya sudah pernah melakukan gerakan itu di SD atau memang tidak serius. Pada percobaan pertama dan kedua masih ada yang salah merespons instruksi. Juga pada percobaan ketiga. Pada akhirnya semuanya bergembira setelah beberapa kali percobaan. Lalu saya sampaikan bahwa untuk menjadi terampil diperlukan keseriusan dan latihan yang berkelanjutan.
Gerakan tepuk tunggal dan tepuk ganda adalah salah satu gerakan peregangan sederhana tetapi sangat bermakna. Ini saya lakukan karena teringat prinsip 3-S program Kampanye Sekolah Sehat Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, yaitu sehat fisik, sehat bergizi, dan sehat imunisasi. Gerakan peregangan di atas adalah bagian dari sehat fisik.
Selanjutnya saya akan terapkan secara konsisten di kelas sebab Mas Menteri menginginkan gerakan peregangan dilakukan setiap pergantian mata pelajaran. Tujuannya membantu perkembangan fisik anak, juga psikis. Anak-anak bisa menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi menerima pelajaran. Apalagi SMP Negeri 2 Sawan adalah salah satu sekolah binaan Gerakan Sekolah Sehat. Jadi, sehat fisik, sehat bergizi, dan sehat imunisasi wajib menjadi bagian program pendidikan di sekolah.
Sesi OBSESI
Sepoi angin terus berhembus. Hadirnya dinanti daun-daun beringin tua sebab rindunya membuncah untuk segera dibawa memeluk tanah. Pun kami untuk merawat pikiran dari kesejukan yang ia ciptakan. Sampai akhirnya ketulusan angin dan pohon beringin membawa kami pada sesi OBSESI (Obrolan Siswa Berprestasi).
Pada sesi ini saya mengundang tiga murid berprestasi sebagai bintang tamu atau narasumber. Mereka adalah Kadek Dwi Adelina Apriliani (IX B), Pande Nyoman Rai Paramartha (IX A), dan Marfin Maulana Agus Fian (VIII H).
Saya memantik obrolan dengan menyampaikan pendapat Howard Earl Gardner bahwa semua orang memiliki kelebihan, punya potensi. Gardner menyebutnya dengan istilah kecerdasan.
Menurutnya ada 8 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik (kemampuan menggunakan bahasa), kecerdasan logika matematika (kemampuan menggunakan operasi matematik), kecerdasan intrapersonal (kemampuan menyadari emosi, perasaan, dan kekuatan diri sendiri), kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk memahami orang lain dan membangun hubungan sosial), kecerdasan musikal (kemampuan dalam memahami titi nada, melodi, irama), kecerdasan visual-spasial (kemampuan dalam memvisualisasikan sesuatu), kecerdasan kinestetik (kemampuan dalam menggunakan tubuh dengan terampil), dan kecerdasan naturalistik (kemampuan memahami lingkungan atau alam).
Namun, tidak semua orang bisa mengembangkan potensi sehingga bisa menjadi berprestasi. Lalu bagaimana caranya? Secara bergantian Adelina, Pande, dan Marfin menjawabnya.
Calon siswa baru saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Negeri 2 Sawan | Foto: Dok. Panitia MPLS SMPN 2 Sawan
Adelina menuturkan dirinya bisa meraih juara 1 lomba mengetik aksara Bali di komputer pada Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Provinsi tahun 2022 karena memiliki kemauan yang kuat, giat belajar dan berlatih. Ia tidak hanya belajar dari membaca buku, tetapi juga membaca kamus bahasa Bali versi cetak dan digital, serta mengulik informasi dari internet memanfaatkan gawai yang dimiliki. Ia aktif mencari tahu kebenaran informasi yang diperoleh dari guru. Sebuah cara belajar yang kritis sebab guru bukan Tuhan yang serba tahu.
Pande juga menceritakan kiat suksesnya sebagai peraih peraih medali emas dan perunggu Cabor Selam pada Porsenijar Provinsi Bali tahun 2023. Menurutnya jika ingin berprestasi harus berani disiplin dan berkorban. Ia rutin berlatih. Pagi-pagi dimulai dari pukul 04.00 wita sampai pukul 06.00 pagi. Setelah itu lanjut belajar di sekolah. Pukul 14.00 wita ia kembali berlatih.
Ia tidak lupa beristirahat dengan tidur yang cukup. Ini adalah bagian dari Pola Hidup Sehat (PHBS) yang telah dilakukan oleh Pande. Menjalankan pola tidur yang baik dapat membuat kondisi tubuh tetap sehat. Menurut Kemenkes kebutuhan tidur yang sehat untuk usia 12-18 tahun adalah 8-9 jam.
Selain itu, kata Pande, untuk bisa menjadi atlet harus siap mental. Mental yang tangguh membuatnya bisa lebih percaya diri untuk mengeluarkan kekuatan terbaik saat berkompetisi. Pola hidup sehat yang ia jalankan ternyata berpengaruh terhadap kekuatan mentalnya. Seperti ungkapan klasik mens sana in corpore sano.
Sementara itu, berkorban yang ia maksudkan adalah harus merelakan waktu bermain, waktu jalan-jalan bersama keluarga jadi berkurang untuk menambah porsi latihan. Saya setuju. Kesuksesan memang membutuhkan pengorbanan. Kadang korban waktu, materi, pikiran, atau tenaga.
Marfin peraih medali emas Cabor silat Porsenijar Provinsi Bali tahun 2023 tidak ketinggalan berbagi pengalaman. Selain disiplin berlatih dengan pelatih, ia juga rajin berdiskusi atlet-atlet senior dan menonton aksi-aksi pesilat hebat, seperti Hanifan Yudani Kusumah, pesilat Indonesia yang ia idolai.
Menjadi siswa berprestasi bagi Adelina, Pande, dan Marfin adalah sebuah kebanggan bagi orang tua, sekolah, dan tentunya Buleleng. Selain itu, mereka juga merasakan kebahagiaan karena mendapatkan sertifikat yang dapat digunakan untuk melamar sekolah, memperoleh uang, dan bisa jalan-jalan.
Seperti Adelina, mendapatkan hadiah senilai Rp 5.000.000,- plus bonus mengikuti FTBI Nasional di Jakarta. Ia sangat bersyukur bisa merasakan naik pesawat terbang, bertemu dengan Mas Menteri Nadiem Makarim, dan jalan-jalan di Taman Mini Indonesia Indah tanpa biaya sepeserpun alias gratis dibiayai pemerintah.
Cerita suka cita mereka sungguh menggugah calon siswa baru. Mereka takjub. Ada yang nyeletuk, “Wah mau dong ke Jakarta,”. Salah satu calon siswa baru sampai ingin mengetahui lebih dalam tentang apa yang memotivasi dan menginspirasi Adelina, Pande, dan Marfin.
Mereka mengakui bahwa ada keinginan kuat dari dalam diri untuk mengembangkan minat dan bakat sehingga bisa berprestasi. Secara teoretis ini disebut sebagai motivasi internal yaitu dorongan internal untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih kuat dari dorongan ekstrinsik atau motivasi eksternal. Khusus Pande selain motivasi ia juga terinspirasi oleh Michael Phelps, seorang perenang Amerika Serikat dan pemecah rekor dunia.
Pada akhir sesi Obsesi saya sampaikan kepada calon peserta didik baru bahwa semua orang bisa sukses asalkan mau mengembangkan kelebihan atau kecerdasan yang sudah diberikan Tuhan sejak lahir dengan cara-cara yang telah diceritakan oleh Adelina, Pande, dan Marfin tadi.
Tiba-tiba calon peserta didik baru yang belajar di kelas semua menuju lapangan. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 wita. Waktunya mereka untuk mengikuti upacara penutupan. Saya pun dengan cepat-cepat mengakhiri obrolan. Beruntung kami sempat mengabadikan momen dengan foto bersama. Obrolan Adelina, Pande, dan Marfin benar-benar membuat kami lupa waktu.
Saya dan calon peserta didik baru beruntung bisa mendengarkan cerita suka cita Adelina, Pande, dan Marfin. Dengan semangat baru di tahun pelajaran baru, saya dan calon peserta didik baru semakin terobsesi bisa berprestasi seperti mereka.
Suasana ceria pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Negeri 2 Sawan | Foto: Dok. Panitia MPLS SMPN 2 Sawan
Sesi OBSESI yang saya inisiasi Pande ternyata tidak hanya mengorientasi peserta didik baru, tetapi juga saya sendiri. Senjata makan tuan bukan? Tapi ini senjata makan tuan yang justru menghidupkan tuannya, hehe. Menghidupkan semangat, pikiran, dan tindakan.
Jadi benar apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru. Saya dan calon peserta didik baru kali ini memetik hal-hal baru di bawah rindang pohon beringin dari guru yang bernama Pande, Adelina, dan Marfin.
Sesi Obsesi selesai. Upacara penutupan pun dimulai. Anak-anak berteriak gembira setelah Kepala SMP Negeri 2 Sawan, Ni Nyoman Kartikawati, S.Pd., mengatakan semua calon peserta didik baru dinyatakan lulus MPLS. Mereka senang akhirnya sah menjadi siswa-siswi SMP Negeri 2 Sawan.
Anak-anak kemudian disilakan pulang. Saya memandangi memandangi dengan seksama ibu kepala sekolah. Dengan senyum ranum Beliau membalas anak-anak yang berpamitan pulang. Sembari pikirannya terus bergerak. Saya yakin Beliau sedang berpikir untuk terus memperkuat kapal yang bernama SMP Negeri 2 Sawan.
Setiap hari Beliau harus memastikan guru-guru yang ibarat mesin dan baling-baling terus bergerak untuk menggerakkan kapal dari satu pulau ke pulau selanjutnya. Juga memastikan lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, dan aman untuk belajar. Ini seperti geladak kapal dengan segala interiornya yang memenuhi segala kebutuhan penumpang sehingga nyaman berlayar.
Anomali musim membuat gelombang besar perubahan bisa datang dan menghantam kapan saja. Jika kapal tidak kuat, lambung kapal bisa bocor, geladak pun hancur. Ratusan anak-anak akan tenggelam saat mengarungi luasnya lautan pendidikan. Mereka tak kan sampai pada pelabuhan impian, tempat menambatkan cipta, rasa, dan karsa untuk meraih kesuksesan.
Namun, dengan kekuatan SDM SMP Negeri 2 Sawan dan kemampuan manajerialnya, saya meyakini Ni Nyoman Kartikawati pastinya terus bergerak untuk membawa ratusan siswa berprestasi sesuai dengan potensinya di kapal yang ia nahkodai.
Sekali lagi, selamat datang dan selamat bergabung anak-anak peserta didik baru. Mari kita berlayar bersama menuju pelabuhan impian dengan Kapal yang bernama Spendusa. [T]
- BACA artikel lain dari penulis KOMANG SUJANA