DI DEPAN Monumen Bajra Sandhi—atau Monumen Perjuangan Rakyat Bali—Denpasar, ribuan masyarakat Bali tumpah ruah. Mereka memadati kawasan monumen yang dibangun tahun 1987 itu. Cuaca panas dan lembab khas Kota Denpasar tak menyurutkan niat mereka. Bahkan, beberapa dari mereka, sudah datang 2 jam sebelum acara dimulai.
Ya, orang tua, remaja, pemuda, sampai anak-anak, rela berdesak-desakan, mencari tempat yang pas, yang cocok, untuk menyaksikan pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV 2023, Minggu, 18 Juni 2023. Tahun ini, PKB dibuka secara resmi oleh Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri.
Selain ribuan masyarakat Bali, di sana, duduk di sebelah kanan Gubernur Bali, Wayan Koster, terlihat dua Menteri Kabinet Indonesia Maju, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dan Menteri PUPR, Basuki Hadimoeljono.
Setelah Wayan Koster menyampaikan laporannya, dan Megawati selesai menyampaikan pidato sambutannya, Ketua Panitia Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu, memukul kempli sebanyak-banyaknya. Suara kempli bergema setelah Megawati memukulnya. PKB XLV 2023 resmi dibuka.
Megawati Soekarnoputri saat membacakan pidatonya dan saat memukul kempli
Selain disambut riuh tepuk tangan tamu undangan dan ribuan masyarakat Bali yang hadir, momen itu juga langsung disambut dengan suara sungu, gamelan gong geda, dan sajian Dang Mredangga persembahan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
ISI mengawali Peed Aya PKB 2023
ISI Denpasar mengawali Peed Aya dengan menampilkan sajian seni penuh inovasi dan spektakuler “Dang Mredangga”. Garapan bertajuk “Siwa Nataraja” itu merupakan perpaduan musik berbahan kulit, seperti kendang baku, jimbe, rebana, kendang belik (Lombok), tawa-tawa, angklung kocok dan suling.
Karya seni tari dan musik yang dibawakan oleh mahasiswa kampus seni satu-satunya di Bali itu, memang memikat ribuan masyarakat yang hadir sore itu. Orang-orang histeris, kagum, dan sedapat mungkin berusaha mengabadikannya melalui gawai masing-masing. Sebagai mascot PKB, Dang Mredangga digarap dengan serius, pas antara komposisi serta gerak tari gemulai yang syarat makna.
Dang Mredangga, garapan ISI Denpasar
Garapan Dang Mredangga mengisahkan Siwa Nata Raja, yang merupakan gambaran puncak keagungan, pemujaan kehadapan Tuhan yang Maha Kuasa, sebagai penggambaran manifestasi dari Dewa penari tertinggi—atau dewanya penari.
Siwa yang bergerak terus dalam tarian kosmisnya, memunculkan ritme dan keteraturan alam semesta. Gerakannya merupakan pancaran tenaga prima yang menyatu hingga tercipta keindahan dan unsur-unsur seni. Sebagai dewa tertinggi, Siwa merupakan sumber kreativitas yang Maha Agung.
“Meski rutin dibawakan dalam setiap pembukaan PKB, pertunjukan bermakna Siwa Nataraja sebagai penata dunia, tetap bercorak laut, seturut tema PKB tahun ini. Dan teman-temen ISI berhasil membawakannya,” kata Ketua Tim Kreatif Pawai Kesenian PKB XLV, Kadek Wahyudita.
Empat buah materi dengan tema laut
Setelah penampilan ISI berhasil menyihir pengunjung, selanjutnya, giliran 9 kabupaten dan kota di Bali yang menampilkan hasil kreasi masing-masing.
Ketua Tim Kreatif Pawai Kesenian PKB XLV, Kadek Wahyudita, mengatakan, pawai—atau peed aya—PKB tahun 2023 mengikuti tema besar, yaitu “Segara Kerthi Prabhaneka Sandhi Samudera Cipta Peradaban”.
Peserta pawai diharapkan dapat menyajikan garapan seni yang mengejawantahkan budaya pesisir dan laut masing-masing kabupaten dan kota di Bali. “Sebelumnya, para peserta sudah dibreakdown dengan tematik-tematik kecil, untuk menerjemahkan tematik yang besar itu,” terangnya.
Setiap kontingen membawakan empat buah materi. Pertama, materi tentang identitas berupa papan nama dan perangkatnya; kedua, tari maskot kabupaten dan kota; ketiga, garapan tari kreasi yang mengangkat esensi laut; dan keempat, garapan atraksi tematik—sejenis pragmentari singkat yang menggambarkan upaya-upaya untuk memuliakan laut.
Dan kontingen, Kabupaten Tabanan, menampilkan tata rias modifikasi—yang tidak meninggalkan pakem dan ciri khas daerahnya. Tabanan mengambil konsep Warna Tridatu.
Lalu, mereka menyajikan tari kebesaran “Jayaning Singasana AUM”. Persembahan garapan kreasi “Pasukan Pedang Tridatu” serta atraksi Tematik “Bhayangkara”, yang mengisahkan Danghyang Nirarta saat tiba di Desa Beraban, untuk menyebarkan ajaran Agama Hindu dan mendirikan pura yang kemudian diberi nama Tanah Lot.
Duta Kabupaten Karangasem menampilkan busana khas dengan menggunakan kain Gringsing Tenganan Pagringsingan dan songket Sidemen Karangasem. Mereka menampilkan Barisan Tari Padmaraja sebagai Maskot Kabupaten Karangasem. Ada barungan Gong Mini, Gamelan Tambur, sebuah alat musik tradisional Kabupaten Karangasem.
Duta Kabupaten Karangasem
Seperti Tabanan, Karangasem juga menampilkan atraksi tematik. Bedanya, mereka membawakan kisah kedatangan Mpu Kuturan ke Bali melewati laut, dengan perahu daun kapu-kapu dan layar daun bende. Lalu sebagai obyek parade, mereka menggambarkan Palinggih Meru Tumpang Tiga di Pura Silayukti. Atraksi ini diiringi Gamelan Balaganjur yang penuh semangat.
Kabupaten Gianyar, yang notabene sebagai bumi seni budaya, menampikan barisan pembawa Papan Nama Daerah oleh Jegeg-Bagus Gianyar yang berbusana khas Gianyar. Lalu iringan Gambelan Selonding, Tari Maskot Kabupaten Gianyar “Tari Sekar Pucuk”, barisan pembawa Uperengga, iringan Gambelan Bebunangan Baleganjur, iringan Serati Pembawa Gebogan, Banten, menyusul di belakanganya.
Dan garapan tematik “Segara Parisuda” (Pembersihan Laut), barisan Agung Adimerdangga Yowana Jagat Bitera, properti Bebaturan Padma Pelinggih Pura Masceti dan Pura Pantai Lebih, mengakhiri penampilan Kabupaten Gianyar.
Sedangkan Duta Kabupaten Buleleng, Bali Utara, dengan mengangkat tema “Samudera Baniaga” (Perniagaan Bahari), menampilkan garapan yang menggambarkan suasana perdagangan pinggir laut, yang dihadiri oleh para pedagang luar Bali seperti pedagang Jawa, Cina, Maluku dan Timor.
Dalam garapan tematik ini, objek utama yang dijadikan cerita adalah Pura Pabean yang terletak di komplek Pura Pulaki, Buleleng bagian barat.
Sementara itu, Kabupaten Jembrana, menampilkan beberapa potensi kesenian yang tersebar di semua kecamatan se-Kabupaten Jembrana, dengan melibatkan 200 orang seniman dan mengusung tema teknologi laut.
Di awali dengan pembawa papan nama dan disusul barisan pembawa tebu—yang menyimbolkan keharmonisan—lalu, barisan pembawa bandrang, barisan pembawa kober, barisan pembawa payung pagut, barisan pembawa tedung agung, gamelan buluh ganjur, pajegan bunga dan janur, payas agung, gamelan semar pegulingan, dan fragmentari Pura Encak.
Dan Kabupaten Bangli, tahun ini mengangkat tema “Segara-Danu-Negara”, yang artinya interaksi budaya lewat bahari—akulturasi budaya dalam pembangunan Pura Dalem Balingkang yang melibatkan masyarakat Bali dan Tionghoa.
Duta Kabupaten Bangli
Bangli mengawali pawai dengan sajian Tari Pucuk Bang sebagai Tari Maskot Kabupaten Bangli, lalu uparengga kober, payung pagut, dan tedung. Bariasan berikutnya, Gamelan Gong Suling, kemudian Tari Rejang Lampion, Tari Baris Bajra, Bebonangan Khas Bangli dan atraksi tematik Segara-Danu-Negara.
Kabupaten Klungkung, dengan mengangkat tema “Wisata Telenging Segara” (Pariwisata di Bawah Laut), menampilkan garapan yang mengisahkan kehadiran Ratu Gede Macaling, yang meminta nelayan Jumpai melepaskan tangkapan ikan pari, sehingga warga terbebas dari rasa sakit.
Atas kejadian tersebut, warga berjanji akan menjaga kesucian laut dan menunjukan rasa terima kasih melalui cara menghaturkan bhakti kepada Ratu Gede Macaling, yang berstana di pura khayangan jagat, Pura Dalem Peed.
Dengan memacak tema “Segara Wisata”, awal pariwisata Bali, Kabupaten Badung menyajikan garapan yang menggambarkan konflik warga masyarakat Kuta dengan orang asing bernama Mads Lange yang semula dikira hantu.
Duta Kabupaten Badung
Dan penampil terakhir, Kota Denpasar, mengangkat tema “Danacitta Segara” (Peradaban Multikultur dan Ekonomi Kreatif). Keindahan Pantai Sanur tahun 1932, membawa langkah seniman lukis dari Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur yang datang ke Bali, ingin menapakkan kakinya di pantai itu.
Le Mayeur menemukan inspirasi dari objek seni lukisnya, yaitu seorang penari legong cantik dari Banjar Kelandis bernama Ni Nyoman Pollok. Panorama indahnya pantai Sanur, melatarbelakangi liak-liuk tubuh Ni Pollok sebagai obyek lukisan Le Mayeur, yang membawa kemasyuran karya-karya lukisannya ke seluruh dunia.
Banyaknya spesies biota dalam bahari pantai Sanur, juga menjadi inspirasi Le Mayeur untuk menciptakan sebuah karya yang bekerja sama dengan pemimpin bendega Ida Ketut Aseman, yang tidak lain adalah Ida Pedanda Made Sidemen (setelah jadi pendeta suci).
Setelah Peed Aya selesai, dilanjutkan dengan sajian rekasadana pergelaran sendratari bertajuk “Karang Kaang Kambang”. Garapan sendratari ini merupakan hasil kolaborasi Sanggar Usadhi Langu dan ISI Denpasar.
Sekadar informasi, PKB XLV 2023 akan berlangsung dari 18 Juni 2023 hingga 16 Juli 2023. Tempat pelaksanaan dipusatkan di Taman Budaya (Art Center) Provinsi Bali; di ISI Denpasar; dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali.[T]