SAYA BERKUNJUNG ke Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin, 12 Juni 2023. Ini kunjungan penuh berkah. Saya bertemu seseorang yang inspiratif, bertemu alam yang indah dan bertemu banyak hal yang baik.
Desa Senaru secara definitif menjadi sebuah desa 1 April 1997. Desa Senaru adalah pemekaran dari Desa Bayan di Kecamatan Bayan.
Ke desa itu saya menuju, setelah lebih dari lima jam berada di dalam kapal fery Padangbay – Lembar. Kapal bersandar pukul 4.30 pagi. Dari Lembar saya berkendara kurang lebih dari 2 jam menuju Desa Senaru.
Setelah lima kali berhenti, sembari sesekali mengambil foto dan ngopi akhirnya tepat jam 10.00 saya tiba di Desa Senaru. Saya mampir di kedai kopi warga lokal dan memulai obrolan seperti biasa. Obrolan khas kaum pejalan.
Sedang ngopi, tampak dari seberang jalan seorang laki-laki berkumis menuju kedai kopi tempat saya beristirahat. Ini memang momentum yang lucu , unik dan memang harus terjadi.
Laki-laki itu adalah Raden Akria Buana. Ia pemilik kedai kopi, penginapan dan sekaligus Kepala Desa Senaru selama tiga periode. Karena gaul dengan dunia pariwisata ia sangat pasih mengutarakan sambutan dalam bahasa Prancis seperti Bienvenue, juga dalam bahasa Belanda, Jerman sampai Swedia.
Saya (penulis) bersama Raden Akria Buana | Foto: Dok penulis
Langsung saja insting pemandu wisata saya bekerja. Saya ingin mengetahui lebih dalam sosok bapak kades ini lewat cerita-ceritanya. Ditemani kopi lokal Senaru, saya pun merekam banyak sekali cerita dan informasi dari sang pemimpin ini.
Dasar saya adalah orang yang berlatar pariwisata, meski di desa, semua obrolan akan mengerucut ke arah itu. Kea rah pariwisatas desa alias desa pariwisata alias wisata desa alias desa wisata.
“Saya adalah mantan pemandu wisata Gunung Rinjani. Setelah tamat SMA tahun 1990 saya bekerja di salah satu situs bersejarah menjadi penjaga di mesjid kuno Bayan hingga tahun 1992,” katanya.
Selama dua tahun bekerja sebagai juru kunci mesjid kuno di Desa Bayan, ia bertemu dengan seorang antropolog yang meneliti tentang sosioculture, khususnya di Desa Bayan. Peneliti itu adalah Doktor Sven Cederroth dari Universitas Gottenborg.
Pertemuan itu kemudian menjadi hal bersejarah bagi pariwisata Lombok umumnya, pariwsata Bayan khususnya.
Sven Cedderoth menjadi orang asing yang pertama datang di daerah Bayan. Ia meneliti dan menuliskan Masjid pertama di Lombok yaitu Mesjid Kuno Bayan. Selama dua tahun meneliti akhirnya hubungan antara keluarga beda negara dan profesi ini menjadi sebuah keluarga lintas benua. Setiap tahun keluarga sang professor berkunjung ke Senaru.
Suasana Desa Senaru | Foto Dok penulis
Raden Akria Buana pun memiliki banyak ide dan gagasan dari pertemuan-pertemuan itu. Profesi sebagai pemandu wisata gunung dilakoni setelah selesai menjadi juru kunci di mesjid kuno Bayan dari periode 1992-1994.
Pada tahun 1995 Raden Akria Buana bekerja di kantor desa sebagai staff kasi pemerintahan.
Berkat pengalaman menjadi pekerja wisata dan pemerintahan desa, pada tahun 1998 Raden Akria Buana terpilih secara definitif sebagai kepala desa setelah Desa Senaru mekar dari Desa Bayan. “Saat itu bertepatan dengan krisis moneter saat itu,” kata Raden.
Selanjutnya, dalam pemilihan kepala desa, ia kembali terpilih sebagai kepala desa sampai 2006.
Sempat rehat dari pekerjaan sebagai pemimpin desa, akhirnya berkat permintaan sebagian warga Senaru 2020 ia kembali mencalonkan Raden Akria Buana sebagai kepala desa dan terpilih.
Lengkaplah kini ia sudah memasuki tiga kali periode menjadi kepala desa. Dan kali ketiga menjadi kepala desa, ia langsung berhadapan dengan pandemi Covid-19. Meski begitu, berkat pengalaman dan background menjadi pemandu gunung serta pengalaman di dunia wisata, iamampu menjadikan Desa Senaru banyak mendulang prestasi.
Raden Akria Buana bersama penghargaan | Dok pribadi
Pengembangan kopi lokal | Foto Dok pribadi
Raden Akria Buana bersama Menteri Desa | Foto Dok pribadi
Raden Akria Buana bersama Sandiaga Uno | Foto Dok pribadi
Raden Akria Buana bersama antropolog dari Swedia | Foto dok pribadi
Salah satu prestasinya adalah dengan mengantarkan Desa Senaru menjadi kontestan peringkat ke-4 dalam Anugerah Desa Wisata tahun 2021 untuk kategori desa wisata berbasis budaya dan alam. Hebatnya lagi preatasi itu diraih di tengah-tengah kondisi desa yang masih berada pada tahap pemulihan pasca gempa dan pandemi Covid 19.
Saya belajar banyak sekali dari pertemuan yang sangat tidak direncanakan ini. Bertemu seorang pemandu, pemimpin desa dan penjaga budaya sebagai warga masyarakat Adat Bayan.
Dan di akhir cerita ia bercanda tapi serius itu benar, vahwa banyak orang bilang Lombok Utara itu adalah potongan surga yang letaknya di dunia. Sebagai orang Bali saya kembali merenung di mana “surga” sesungguhnya.
Terima kasih, Pak Raden, atas cerita Bayan dan Senaru. [T]
- BACA artikel lain dari penulis NYOMAN NADIANA