31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Komunikasi sebagai Kunci Interaksi Lintas Budaya | Catatan dari Inggris [2]

Shinta PrastyantibyShinta Prastyanti
June 10, 2023
inEsai
Komunikasi sebagai Kunci Interaksi Lintas Budaya | Catatan dari Inggris [2]

Foto penulis di depan kampus Leeds Trinity University, Inggris (Dokumentasi Pribadi)

SETELAH TIGA malam beradaptasi di Leeds (dan ternyata masih jet lag karena jam 3 atau 4 dini hari sudah bangun), maka mau tidak mau saya harus menunaikan kewajiban untuk mengikuti Leadership Training di London.

Di Leeds dan juga kota-kota lain UK, semuanya serba cashless, begitu pula untuk pembelian tiket kereta maupun bis. Maka saya harus rela handphone dibombardir dengan beberapa aplikasi terkait pembelian tiket, cek rute, dan sebagainya.

Untungnya, Pak Profesor bersedia mengajari tentang aplikasi tersebut sekaligus membelikan tiketnya. Ini poin yang paling penting! Sebenarnya tidak sulit menggunakan aplikasi tesebut, tetapi karena waktu itu buru-buru akan ke kampus, jadi tampak rumit bagi saya. Pada malam harinya saya mencoba lagi dan ternyata sangat mudah dan membantu.

Foto Penulis di antara peserta Leadership Training in Research (Dokumentasi Pribadi)

Berbekal tiket yang sudah ada di handphone, tibalah saatnya saya harus berpetualang sendiri ke salah satu kota terbesar di dunia. Pak Profesor memotivasi saya dengan beberapa kali mengatakan, “You will be fine, Shinta”. Ok, itu menambah semangat dan kepercayaan diri untuk mencapai London.

Perjalanan pertama dimulai dengan menuju halte bis jurusan ke stasiun. Beberapa kali saya baca di pengumuman yang ada di halte, tapi tidak menemukan tulisan Leeds Train Station. Karena takut ketinggalan jadwal kereta, maka saya tanya ke ibu-ibu setengah baya yang bediri di depan saya.

Si ibu menjawab bahwa memang tidak ada bis yang langsung ke stasiun. Saya harus turun di Beeston kemudian jalan sekitar 10 menit ke stasiun. Okelah kalau begitu, setidaknya saya ada di halte bis yang benar—karena memilih halte yang salah risikonya tidak bakal ketemu dengan bis yang ditunggu atau harus berjalan ke halte bis lain terlebih dahulu.

Begitu bis datang, naiklah saya ke bis tersebut dan scan kartu ajaib yang dibelikan Pak Profesor (tiket bis bulanan unlimited yang bisa saya gunakan berputar-putar di West Yorkshire berapa kalipun, yang penting dalam waktu satu bulan). Beruntung ibu yang saya tanyai tadi ternyata satu jalur dengan saya—dia ada appointment dengan dokter gigi di City Center.

Meski baru kenal pada saat itu, kami berbincang akrab tentang banyak hal, sehingga tidak terasa bis sudah sampai di City Center.

Sebelum turun dari bis, dia bilang ke sopir kalau nanti saya akan turun di Beeston. Di UK, meski cuma bis kota, tenyata ada pergantian sopir. Mungkin untuk menjaga keselamatan penumpang karena sopir kelelahan, dan sebagainya.

***

Setelah satu halte dari City Center, sampailah saya di Beeston. Saat saya baru akan berdiri dari tempat duduk, dari belakang, ada seorang ibu-ibu yang memberi tahu kalau saya harus turun. Untungnya lagi, ibu itu juga akan ke stasiun untuk menjenguk temannya di Sheffield. Betapa beruntung saya pada hari itu—setidaknya “sudah pasti” bisa sampai stasiun karena ada barengannya.

Sesampainya di stasiun, ibu tadi memberi tahu saya untuk melihat platform berapa kereta saya dan menyarankan kalau masih lama mending duduk-duduk dulu saja, alias jangan masuk ke peron. Kereta ke London berangkat jam 11.50 GMT, sehingga saya masih harus menunggu kurang lebih satu jam. Gak papalah, daripada terburu-buru, pikir saya.

Setelah kurang setengah jam dari jadwal keberangkatan, masuklah saya ke peron dan melihat jadwal keberangkatan. Saya cari-cari kereta saya di platform berapa, tetapi saya tidak bisa menemukannya. Daripada pusing sendiri, saya tanyakan ke petugas—dan katanya kereta saya belum ada platformnya.

Kurang 10 menit dari waktu keberangkatan, saya lihat lagi info tentang platform kereta ke London—dan ternyata belum muncul juga. Akhirnya saya bertanya lagi pada petugas dan disampaikan bahwa kereta yang baru saja datang adalah kereta saya. Saya diminta menunggu lima menit karena kereta sedang dibersihkan.

Penulis (tengah) di pusat kota London (Dokumentasi Pribadi)

Setelah diperbolehkan masuk, dan saya menemukan kursi, datanglah seorang ibu setengah baya dan menunjukkan tiketnya kalau dia duduknya di sebelah saya.

Setelah ibu tersebut duduk, masuklah sepang suami istri dengan anjing peliharaannya yang berkulit hitam legam dan badannya yang lumayan besar. Ternyata mereka duduk persis di depan saya. Anjingnya mengendus-endus di dekat saya pula. Duhhhh…takut sekali saya.

Reflek, ibu di sebelah saya menggenggam tangan saya sambil bilang, “Jangan takut, sebentar lagi dia (si anjing) juga akan tidur”. Ternyata apa yang disampaikan ibu tadi benar. Anjing tersebut terus tidur hingga sampai di London. Baru kali ini saya punya pengalaman satu kereta dengan anjing. Pengalaman yang tidak akan mungkin saya temukan di Indonesia.

Seperti kedua ibu sebelumnya, ibu ketiga ini juga ramah dan baik sekali. Sambil mengeluarkan sulamannya yang berwarna merah, kami ngobrol ke sana kemari. Perjalanan dengan durasi sekitar dua jam 15 menit terasa tidak terlalu lama.

Beberapa kali si ibu mengeluarkan handphone-nya untuk mengecek—karena saya tanya tentang rute maupun durasi tempuh Tube dari London King’s Cross ke stasiun terdekat dengan hotel yang akan saya tempati.

Begitu sampai London, kami jalan bareng sebentar ke arah pintu ke luar, kemudian ibu tadi bilang kalau mau ke toilet terlebih dahulu. Di pintu keluar ternyata harus tap out tiket. Karena masih ndeso (kampungan) dengan prosedurnya, maka saya harus mencari terlebih dahulu tiketnya di handphone.

Celakanya, handphone saya matikan karena memang tidak terpikir kalau diperlukan pas keluar. Tidak disangka, ibu tadi tiba-tiba sudah ada di depan saya dan masih menunggu saya di peron tersebut.

Dia menunjukkan satu pintu yang sedang error sehingga saya tidak perlu tap tiket. Wah, baik hati sekali ibu ini. Kami berjalan bersama kembali ke stasiun bawah tanah. Karena rute berbeda, maka kami berpisah di pintu masuk stasiun sambil saling mendoakan satu sama lain.

***

Target pertama saya mencari Tube Picadilly Line (kereta bawah tanah), yang akan mengantarkan saya ke Leicester Square. Tidak disangka, meski bawah tanah, tapi luasnya minta ampun. Berkelok-kelok dan naik turun. Bagi saya, yang jarang berolahraga ini, memang menjadi tantangan tersendiri. Kebetulan, Picadilly Line pada waktu itu tidak terlalu penuh sehingga lumayan nyaman.

Setelah melewati beberapa stasiun, sampailah saya di Leicester Square. Di stasiun ini saya harus berjuang kembali menemukan Tube yang berbeda, yakni Northern Line yang akan mengantar saya ke Chering Cross.

Di terminal tersebut saya bertanya kepada sepasang suami istri dari India. Tetapi tampaknya mereka agak ragu dengan rute saya. Tiba-tiba ada ibu-ibu bule yang bantu cek dan memastikan kalau saya sudah di terminal yang benar. Legalah hati saya.

Penulis (paling kanan) dengan latar belakang Thames River, London (Dokumentasi Pribadi)

Ibu yang dari India tadi juga bilang kalau nanti akan memberi tahu saya kalau sudah sampai ke stasiun Chering Cross. Hanya beberapa menit saja, sampai di stasiun tersebut.

Begitu turun dari kereta ternyata ketemu dengan bapak-bapak dari Jawa Timur. Wah, senengnya setelah beberapa hari tidak berbahasa Indonesia. Setelah sejenak berbasa-basi, bapak itu memberi tahu saya arah pintu ke luar. Ternyata untuk kembali di atas daratan membutuhkan perjuangan pula. Belok sana-sini dan naik turun tangga.

Begitu keluar dari stasiun, saya bertanya pada petugas (mungkin semacam satpol PP kalau di Indonesia) arah ke hotel. Ya, saya akan menginap di Strand Palace Hotel—hotel bintang 4 di jantung kota London. Meski terlihat letak hotel tinggal “disitu”, tetapi ternyata saya harus bertanya kepada beberapa orang. Beberapa diantara mereka tidak tahu hotel tersebut.

Entah sudah orang ke berapa belas yang saya tanya sejak berangkat dari Leeds—saya bertanya pada tukang sampah (untuk yang satu ini saya yakin dia tahu karena daerah operasinya). Ternyata saya keliru, dia juga tidak tahu. Hebatnya, tukang sampah tadi telpon ke teman atau keluarganya dan menanyakan letak hotel tersebut.

Setelah mendapatkan informasi, dia memberi tahu saya bahwa Hotel Strand tinggal lurus saja ke depan. Tidak jauh, katanya.  Memang benar, ternyata hotel tesebut tidak jauh. Namun karena ramai sekali wisatawan—dan saya sudah cukup lelah dengan perjalanan jauh nan berliku—maka rasanya hotel tersebut menjadi terasa jauh.

Disambut dengan bendara Union Jack di sepanjang jalan strand, sampailah saya di hotel yang akan menjadi tempat tinggal dalam tiga malam ini. Saya melaporkan “keberhasilan” sampai ke hotel Strand dengan selamat kepada Pak Profesor, dan beliau sangat mengapresiasi karena memang tidak mudah perjalanan tersebut bagi pendatang.

***

Rentetan perjalanan sejak dari Leeds hingga hotel semakin memantapkan keyakinan saya bahwa persepsi yang selama ini kita bangun tentang orang Barat sangatlah keliru.

Jika mereka individualis dan mengabaikan orang lain, saya tidak akan pernah dapat sampai hotel di tengah kota London tersebut tepat waktu. Betapa semangatnya belasan orang yang saya tanyai selama dalam perjalanan—mereka sangat membantu saya dalam berbagai cara.

 Saya jadi merenung, akankah kita yang orang Timur, yang mengklaim diri suka menolong orang lain, akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan orang Barat pada saya? Ataukah kita harus “menukar perspektif yang selama ini kita anut” karena budaya tolong menolong sejatinya sudah mulai luntur di budaya kita?

Komunikasi dan budaya memang saling terkait. Komunikasi tidak akan efektif ketika perbedaan budaya menjadi penghambat dalam proses komunikasi. Sebaliknya, budaya dapat berubah ketika terjadi komunikasi dan interaksi dengan budaya lain. Dengan demikian, komunikasi adalah kunci dalam interaksi lintasbudaya.

Komunikasi lintas budaya dapat menjadi jembatan untuk mewarnai sebuah budaya, termasuk perspektif akan budaya tersebut.

Ketika tulisan ini sedang saya ketik, seorang teman dari Brazil mengajak saya dinner sekaligus sight seeing. Wah, pas sekali, karena siang tadi saya makan “tidak berasa makan”. Thank Fernanda.[T]

Persepsi Lintas Budaya yang Sering Keliru | Catatan dari Inggris [1]
Tags: esaiInggriskomunikasikomunikasi informasiperjalanan
Previous Post

Bernyali dan Percaya Diri

Next Post

Pelajaran Berpikir Sehat dari Pak Manthok, Si Penarik Becak Motor di Kota Yogya

Shinta Prastyanti

Shinta Prastyanti

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Saat ini sedang menjadi Visiting Researcher di Leeds Trinity University, Inggris

Next Post
Pelajaran Berpikir Sehat dari Pak Manthok, Si Penarik Becak Motor di Kota Yogya

Pelajaran Berpikir Sehat dari Pak Manthok, Si Penarik Becak Motor di Kota Yogya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co