24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tubuh, Kecantikan, dan Tentang Menyusui

Ni Kadek Putri SantiadibyNi Kadek Putri Santiadi
June 1, 2023
inEsai
Tubuh, Kecantikan, dan Tentang Menyusui

Gambar Ni Pollok dalam sampul buku novel karya Yati Maryati Wiharja

DESA KELANDIS DAN NI POLLOK adalah dua nama yang seakan saling berkaitan. Apalagi ketika kita membaca novel karya Yati Maryati Wiharja yang berjudul Ni Pollok, Model dari Desa Kelandis, yang diterbitkan pertama kali tahun 1976 oleh penerbit  Gramedia.

Desa Kelandis di Denpasar memang mengingatkan pada gadis penari legong yang lahir pada 3 Maret 1917 di sebuah rumah bambu beratapkan alang-alang, bernama Ni Pollok. Anak bungsu dari tiga bersaudara, I Gledeg dan Ni Gubleg.

Jika melihat kebiasaan di masyarakat, anak bungsu adalah anak yang paling disayang, namun berbeda dengan kehidupan Ni Pollok. Kebaikan ibu kepada anak-anaknya tetap sama. Tak ada pilih kasih, sulung, tengah, dan bungsu. Di antara kedua saudaranya, ia yang tidak bisa mengenal sosok ayah. Sejak usia sembilan bulan, Ni Pollok telah kehilangan ayahnya. Meskipun begitu, ia terus berjuang untuk hidup bersama sosok ibu yang menjadi tulang punggung keluarga.

Ni Pollok menjadi penari legong terkenal dan dibanggakan. Ia disebut sebagai penari legong-keraton yang paling cantik. Kecantikan dan keanggunan itu mempertemukannya pada sosok laki-laki dewasa yang bernama Adrien Jean Le Mayeur, seorang pelukis yang berasal dari Belgia. Tuan Le Mayeur melanglang buana sambil melukis ke berbagai negara, seperti Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aljazair, India, Thailand, Kamboja, Tahiti, dan akhirnya tiba di Bali. Pengelanaan tersebut membawanya pada Desa Kelandis, dan bertemu dengan Ni Pollok.

–

Museum Le Mayeur di Sanur, Bali

Sejak itu, Ni Pollok bukan lagi penari legong dalam pertunjukan, tetapi pada kanvas, kuas, dan cat. Ia menjadi model Tuan Le Mayeur. Lukisan-lukisan yang menyerupai dirinya dipamerkan hingga mancanegara, salah satunya Singapura.

Tahun-tahun berikutnya hubungan Le Mayeur dan Ni Pollok semakin intim, hingga mereka melangsungkan pernikahan pada tahun 1934 dengan upacara adat Bali sesuai agama Hindu. Pernikahan yang bisa diibaratkan seperti dua kutub magnet yang sama direkatkan. Ni Pollok hanya sebagai model dan Le Mayeur adalah majikan. Mereka hanya dua orang yang saling mencintai, tanpa tahu cara memaknai rasa itu. Bahkan untuk seorang anak yang menjadi bukti jalinan cinta kasih tidak diperoleh Ni Pollok. Keinginan itu selalu ditentang oleh suaminya.

“Biarlah, kita korbankan hidup kita seluruhnya buat seni, Pollok…” (Wiharja, 1976:67)

Tidak bisa menolak, hanya membeku dan membatu. Ni Pollok tidak pernah mengira hidupnya hanya akan dikorbankan untuk seni bukan untuk anak. Apa pernikahannya hanya untuk seni? Apakah kecantikan tubuhnya hanya untuk seni? Tidak untuk anak, makhluk kecil yang lucu? Apa Le Mayeur menikahi Ni Pollok hanya untuk kepuasan sendiri?

Anak adalah bagian yang terpenting dalam hidup Ni Pollok, namun pernikahan ini tidak membuatnya merasa menjadi seorang ibu. Tidak merasakan perut ditendang-tendang dengan nakal, tidak mendengarkan jeritan, Ibu! Bapak! Tidak menyusui, memeluk, bahkan mengelus-elus dalam pangkuan. Dengan alasan, tubuh Ni Pollok akan berubah jadi jelek setelah melahirkan, dan tidak bisa menjadi model lagi. Ia tidak pernah merasa cantik, karena perempuan cantik baginya adalah mereka yang memiliki mata bundar tapi menyipit pada sudut-sudut bibir, merekah penuh, jari-jari yang lampai, kaki yang panjang namun berisi.

Paras cantik memang idaman semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Apakah ini patokan untuk hidup? Bukan! Menjadi perempuan cantik ataupun tidak, kita tetap hidup. Hamil dan melahirkan tidak ada hubungannya dengan kecantikan ataupun bentuk tubuh, karena semua bisa dirawat. Tidak memiliki anak dengan alasan karir, apakah bisa dibenarkan? Bukankah makhluk kecil ini adalah anugerah?

Semua orang bisa bertubuh langsing, berwajah tirus, dan tinggi. Semua orang bisa gemuk, berwajah bundar, dan pendek. Namun, kesempatan memiliki anak tidak didapatkan oleh semua orang. Sebenarnya, semua ini hanya pilihan. Tidak ada yang benar dan salah.

Ini hanya sebuah kisah tentang Le Mayeur yang merupakan laki-laki disiplin, bertanggung jawab, dan baik. Ia juga bersikap egois dan hanya mementingkan pekerjaan. Sebenarnya, ia sangat menyayangi istrinya, namun cara dan perilaku yang ditunjukkan memperlihatkan bahwa seakan-akan dia bersalah akan kesedihan Ni Pollok hingga jadi debu.

Ni Pollok harus bekerja sepanjang hari, tidak sempat berkunjung ke rumah sanak saudara. Kesehariannya hanya merawat tubuh, dan bekerja seperti patung. Model baginya sebuah penyiksaan, diam dan waktu seakan-akan berhenti. Bukakah ini kesalahan? Tidak, baginya semua ini adalah rencana semesta. Tidak ada penyesalan, karena bertemu dengan Le Mayeur membuatnya menjadi wanita yang pandai dan model yang terkenal. Pernikahannya pun tetap bertahan, hingga Le Mayeur meninggal dalam keadaan sakit.

Novel Ni Pollok karya Yati Maryati Wiharja

Seperti perkataan Le Mayeur, ia hanya mengorbankan hidupnya untuk seni. Setiap hari bekerja, bekerja, dan bekerja. Tidak ada waktu istirahat, sekedar mendengar tangisan seorang anak pun tidak. Ia merasa kesepian dan bersalah kepada Tuhan, karena tidak memberi balasan atas karunia yang telah diperolehnya. Hanya jiwa yang ikhlas menerima ini.

Bukan pernikahan, bukan suami-istri, dan bukan cinta. Jika pernikahan ini tentang saling memiliki, maka Le Mayeur tidak akan menghukum Ni Pollok dengan kerinduan. Ini hanya sebuah obsesi yang menjadikan kata “cinta” sebagai perisai. Ni Pollok kalah akan cinta, ia berkorban, dan terus seperti itu. Tak berani melawan, bahkan menunjukkan perlawanan. Tubuhnya dijadikan bahan pertaruhan terhadap suksesnya sang suami. Raga dan rupanya sebagai penakluk kanvas. Jiwanya bukan jadi kepemilikannya, sudah dirampas. Ia hanya pelayan cinta.

Jika Ni Pollok tidak cantik, apakah ia bisa menyusui? Bisakah ia merasakan tubuh mungil seorang anak? Bagaimana dengan hidupnya, kedua saudara, dan ibunya? Cantik membawanya pada cinta yang begitu agung, mempersembahkan jiwa dan raga untuk seorang lelaki yang bernama Adrien Le Mayeur. Tidak punya harapan dan kebahagiaan, kecuali kebahagian majikannya, Le Mayeur. Pantaskah ini disebut kisah cinta? [T]

Menatap Ketangguhan Sosok Perempuan dalam Novel “Luh”
Novel “Sublimasi Rasa”: Jarak Yang Bergejolak
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam | Sebuah Sisi Gelap dari Tradisi Kawin Tangkap
Tags: Le MayeurNi PolloknovelsastraSeni Rupa
Previous Post

Jaranan di Tanah Borneo, “Kesurupan” dan Perpindahan Budaya

Next Post

Sejarah yang Membuat Saya Bangga jadi Orang Buleleng

Ni Kadek Putri Santiadi

Ni Kadek Putri Santiadi

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja

Next Post
Puasa, Kebutuhan dan Hari Kelahiran

Sejarah yang Membuat Saya Bangga jadi Orang Buleleng

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co