SETELAH PANDEMI Covid-19 berakhir, diperkirakan terjadi perubahan motivasi kunjungan wisata dan profil wisatawan. Suasana mencekam yang lebih dari dua tahun dirasakan akibat pandemi membuat orang memerlukan suasana baru. Objek wisata alam yang sejuk dan indah akan menjadi pilihan berwisata.
Sayangnya, objek wisata alam yang sebagian besar ada di pedesaan terkendala aksesibilitas. Jalan menuju ke objek wisata alam banyak yang dalam kondisi sempit dan rusak. Begitu pula amenitas wisata alam sering kurang memadai; lahan parkir yang sempit maupun fasilitas toilet yang kurang layak.
Profil wisatawan pasca pandemi juga mengalami perubahan. Pasar wisata akan didominasi oleh kelompok milenial dan generasi Z. Pada umumnya, kedua profil wisatawan tersebut memiliki lama tinggal (length of stay) dan pengeluaran (spending money) yang rendah. Diperlukan inovasi untuk menggaet kedua profil wisatawan itu.
Perilaku berkomunikasi wisatawan milenial dan generasi Z sangat akrab dengan media komunikasi, bahkan sangat tergantung pada internet (internet minded).
Sumber informasi yang diperlukan dalam merencanakan perjalanan wisata diperolehnya lewat internet. Oleh sebab itu dibutuhkan sentuhan komunikasi, agar surga yang tersembunyi (hidden gem) di pedesaan dapat dikenali wisatawan.
Peran Media
Media massa memiliki peran penting dalam pengenalan dan pengembangan destinasi wisata di suatu daerah. Mengenalkan destinasi wisata saat ini tidak cukup jika hanya mengandalkan biro perjalanan. Apalagi karakteristik wisatawan kini didominasi oleh kelompok kecil dan individual yang tidak tergantung pada biro perjalanan.
Media massa dan kanal media sosial kerap menjadi rujukan bagi wisatawan dalam merencanakan dan melakukan perjalanan wisatanya. Apalagi kini banyak stasiun televisi yang menayangkan program-program berbau wisata.
Selayaknya Indonesia dapat belajar fenomena Korean Wave yang melanda dunia. Kunjungan wisatawan ke Korea Selatan melejit, salah satunya sebagai dampak Korean Wave. Film dan drama Korea digemari banyak penonton di dunia. Orang pun menjadi penasaran untuk berkunjung ke Korea Selatan; mengunjugi lokasi syuting, menikmati kuliner, dan membawa pulang busana serta asesori Korea Selatan.
Film dapat menjadi media pengenalan budaya dan potensi wisata suatu negara. Tantangan bagi pekerja seni dan film di Indonesia untuk mengangkat tema cerita yang berkaitan seni budaya; atau menjadikan destinasi wisata Indonesia sebagai lokasi syuting.
Selain media massa, lembaga pendidikan tinggi di Indonesia juga dapat berperan dalam pengenalan potensi wisata Tanah Air. Lewat hasil kajian maupun riset di bidang pariwisata, publikasi hasil riset dapat dibaca berbagai kalangan di dunia.
Hanya saja, publikasi hasil riset tentang destinasi wisata biasanya hanya dinikmati komunitas akademis. Oleh karena itu perlu kolaborasi antara perguruan tinggi, industri pariwisata, dan media massa untuk melakukan diseminasi hasil riset agar lebih populer.
Promosi Digital
Mengingat wisatawan kekinian yang internet minded, perlu direspon oleh pemangku kepentingan pariwisata untuk melakukan promosi secara digital.
Promosi digital perlu didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang mampu melakukan visualisasi dan menarasikan objek wisata secara digital dengan menarik.
Visualisasi obek wisata menjadi penting, karena wisatawan milenial dan generasi Z cenderung eksistensial dalam berwisata. Artinya, wisatawan sesungguhnya kurang begitu menikmati satu objek wisata, yang penting dapat eksis di objek wisata itu. Tak heran jika objek wisata yang instagramable banyak diburu wisatawan.
Instagram dan YouTube memang sering dimanfaatkan untuk mempromosikan destinasi wisata. Akan tetapi, belum semua pengelola objek wisata mempunyai akun media sosial. Akibatnya banyak objek wisata di daerah yang kurang dikenal wisatawan. Diperlukan content creator untuk mengenalkan objek wisata di level pedesaan.
Aksesibilatas jaringan telekomunikasi di daerah juga perlu menjadi perhatian. Banyak objek wisata di daerah yang bagus, namun terkendala jaringan telekomunikasi. Hal ini membuat wisatawan tidak dapat mengunggah aktivitas berwisatanya secara langsung.
Indonesia banyak memiliki objek wisata yang memikat. Meski demikian, daya pikat tanpa sentuhan komunikasi akan membuat objek wisata di daerah bak mutiara tersembunyi yang tak pernah dikunjungi.[T]