PASAR MENJUAL BANYAK hal yang kita cari dan butuhkan, atau bisa saja belanja di pasar sebagai salah satu cara healing efektif di zaman sekarang. Apalagi kalau yang mesti disembuhkan adalah masalah hati dan perasaan. Lalu jika mencari tulisan yang sesuai dengan suasana hati, apakah bisa ke pasar?
Kemungkinan pasar yang akan direkomendasikan bukanlah pasar Tanah Abang atau tempat ibumu membeli sayur untuk sarapan pagi di rumah. Pasar yang dimaksud adalah tempat untuk memasarkan tulisan-tulisan, seperti toko buku atau perpustakaan. Namun, begitu banyak tulisan yang bisa dijual di sana, ada pelbagai bentuk tulisan dari bentuk prosa maupun puisi. Mari saya rekomendasikan untuk membeli yang bentuknya puisi saja. Tak ada alasan yang cukup bagus, selain karena saya menyukai puisi.
Penyair akan menjual hasil tangannya dalam bentuk buku di sana, dengan bermacam jenis rasa. Rasa yang pastinya menjadi ciri khas para penyair dalam tiap tulisannya. Rasa yang sesuai dengan indra perasa para pembaca setianya. Ada dua tipe pembaca yang akan membeli puisi.
Pertama, adalah mereka yang menyukai rasa puisi yang mudah dipahami dengan adonan kata yang sederhana. Kedua, adalah mereka yang menyukai rasa puisi yang memiliki campuran kata yang harus dicari dulu maknanya bagai bermain tebak kata.
Seolah memilih puisi karya Aan Mansyur yang berjudul Pukul 4 Pagi pada baris yang berbunyi :
Kadang-kadang, kau pikir,
lebih mudah mencintai semua orang
daripada melupakan satu orang.
Jika ada seseorang
yang terlanjur menyentuh inti jantungmu,
mereka yang datang kemudian
hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan.
Dengan puisi karya Joko Pinubo yang berjudul Cinta Telah Tiba pada baris yang berbunyi:
sebelum kulihat parasnya
di musim semi wajahmu
telah menjadi kita dan kata
saat kucicipi hangatnya
di kuncup rekah bibirmu
kian dalam dan tak terduga
saat kuarungi arusnya.
di laut kecil matamu.
Kedua puisi memiliki rasa yang berbeda. Aan Mansyur dalam puisi tersebut menyuguhkan tulisan yang mudah dipahami dengan pemilihan kata yang sesuai selera para pembaca muda yang sedang patah hati.
Baris tersebut menjelaskan bagaimana seseorang yang sedang melupakan begitu kesulitan dan berangapan bahwa lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang, hal ini sangat sesuai dengan seseorang yang sedang gagal move on. Lebih-lebih lagi bagi yang sedang dalam proses melupakan, orang baru yang datang belum tentu bisa membuatnya jatuh cinta lagi, maka dalam puisi tersebut ditulis ‘mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan.’
Berbeda dengan puisi Joko Pinurbo yang memiliki bahasa yang gemas, dalam puisi tersebut memiliki makna seseorang yang sedang jatuh cinta, sangat cocok bagi kaum muda yang kasmaran. Bahasanya membawamu untuk bermain kata-kata, ‘musim semi wajahmu’ tentu saja tidak berarti sebenarnya. Bisa saja itu berarti wajahmu berbunga-bunga, ceria bagai musim semi. Itulah puisi yang disuguhkan oleh Joko Pinurbo.
Pada akhirnya kita tahu bahwa para penyair memiliki resep yang berbeda dalam memasak tulisannya. Meski begitu mereka selalu menemukan para pembaca yang menyukai tiap masakannya.
Mereka memasarkan tulisan, sesuai dengan pasarnya masing-masing. Kita tidak sedang membicarakan puisi siapa yang lebih menarik, dan lebih enak ditelan para pembaca. Seperti kita tahu bahwa pembaca juga punya selera. Belilah bacaan sesuai dengan seleramu, tak harus membeli semua. Namun, tak ada salahnya juga mencoba membeli bacaan di luar seleramu.
Beda tangan, beda rasa. [T]
Cianjur, Mei 2023