Pengantar penyair: Terlahir di keluarga Hindu di Negara, Jembrana, Bali memberi saya kesempatan luas untuk mengapresiasi keyakinan lain di luar agama saya. Pergaulan dengan kawan-kawan beragam menciptakan pengalaman lintas-agama yang meneduhkan. Kini makin hilang di tengah formalisasi agama. Berikut puisi-puisi saya, sebuah apresiasi terhadap keberagaman di Bali. Selamat menikmati dan mengapresiasi. Terima Kasih.
Loloan
Kutemui lagi kesederhanaan dan
kebersahajaan. Sore hari, para gadis
pergi mengaji. Mengeja aksara
zaman melaju cepat. Rumah
panggung masih seperti dulu,
saksi leluhur datang dari jauh.
Di manakah nenek pedagang nasi
itu? Dia tak berjualan lagi, alzheimer
merenggut harinya—rahasia dapur
dibawanya pergi.
Orang-orang bangun lebih pagi
Berjuang hidup demi sesuap nasi
Kota sepi, mari kita isi dengan
puisi, rahasia sunyi semesta kata
Suara adzan ini membawaku
Pulang ke haribaan-Nya. Semoga
damai senantiasa. Sepotong surga
di pulau tercinta. Assalamualaikum!
2018
Malam Lebaran
Kota terlelap dalam mimpi
Sepi ditinggal penghuni
Pulang ke tanah kelahiran
Hari raya nan suci, kembali
ke hakikat diri. Polos bagai
kanak-kanak, hati bersih
tempat Tuhan bertahta
Bagai musafir, kuarungi
waktu, jejakkan kaki
di bumi tua-renta
Belajar banyak hal
Dari orang-orang
Berjalan sendiri
Temukan diri
Tafakur, teringat
diri kufur penuh
noda dan dosa.
Cinta-Mu lah
Kurindu. Kucari
di banyak masjid
Pada malam tahajud
Beribu sujud ingin
Bersatu dengan-Mu
Kulihat Engkau
Di mana-mana
Mataku terbuka
Beribu cahaya
Terangi jalan
2018
Di Surau Aku Mengeja Nama
Pada ayat-Mu aku akan kembali
Pulang ke pelukan kasih-sayang
Di sini tak ada seru sembahyang
Aku tiba-tiba rindu suara muadzin
Sehatkah engkau, wahai lelaki tua
Membangunkanku di pagi dingin
Pergi ke surau kecil depan rumah
Membaca keabadian tanda-tanda
Kudengar kau pergi ke Mekkah
Mencium batu hitam kau rindukan
Air mata menetes di tanah keramat
Puluhan tahun kau menunggu itu
Bagilah kebahagiaan itu padaku
Ajari aku menyanyikan doa-doa
Hening yang menjadi saksi kita
Malaikat pun datang melihatnya
Air mata kebahagiaan di sajadah
Mendedah sepi selama ini kurasa
Penuhi aku dengan kalam malam
Kusebut nama-Mu selalu, Kekasih.
2019
Maghrib di Wanasari
Ayat-ayat tak asing di telinga
Kudengar merdu dan syahdu
Bapak tua penjual makanan
Berjumpa dengan karib lama
Mereka saling bertanya kabar
Kesepian terasa di masa tua
Saat berpisah doa dipanjatkan
Tangan menggenggam harapan
Aku bayangkan diriku tua nanti
Bersama istri setia temani hari
Jauh dari keluarga di kampung
Kerinduan tertinggal di terminal
Adakah cintai itu abadi adanya
Atau hanya hiasan di bibir saja
Kusesap kopi yang mulai dingin
Bertanya pada angin sepi berlalu
2019
Ramadhan, Hari Kesepuluh
Menggapai-Mu di malam hening
Ayat kudengar merdu di telinga
Tutupi luka di sekujur tubuhku
Masa lalu terasa begitu berat
Adakah aku pantas kembali
Teguran kudengar sangat jelas
Dosa-dosa tak bisa lagi kuhitung
Dunia adalah rumah sakit jiwa
Engkau maha menyembuhkan
Sembuhkan aku dari kekeliruan
Datang, datanglah wahai Kekasih
Rindu ini semoga tak jadi sembilu
Bertahun-tahun kutunggu dirimu
Beribu bintang di langit nurani
Bulan separuh terangi gelap hati
Peperangan sejati dalam batin
Melawan nafsu murka angkara
Kubersujud di kamar dini hari
Sepertiga malam bersama doa
Aku menghadap-Mu, ya Rabb
Air mata basahi kering sajadah
Bawalah aku pada madah jiwa
Tak ingin mengulang kesalahan
Terlahir menjadi manusia baru
Seperti bayi polos tanpa noda
2020
Jl. Tukad Barito, Panjer
Malam ini kau rindu suara takbir
Jauh dari kampung halaman
Tak ada melebihi hari suci
Pulang bertemu ibu terkasih
Setelah lama di tanah rantau
Berjibaku dengan hidup lirih
Di kedai kopi, kita nikmati lagu
kenangan; prajurit kalah di medan
perang, berpisah dengan kekasih
Mati dalam kecemasan dan depresi
Ingatkan kau pada lelaki masa lalu
Percintaan sisakan duka dan lara
Kematian datang tanpa kabar
Bersedikap, tangis tak henti berlalu
Bertahun kemudian saat kau di pelukku
Di masa dan tempat berbeda, tak kau
kira bahkan dalam mimpi sekalipun
Cinta dan nasib begitu misterius
Pagi datang setelah malam berlalu
Kelam menghilang dalam bayang
Di matamu bahagia menjelang
Selamat tinggal kegetiran!
2018