9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jalani Tawur Agung di Candi Prambanan (Lagi)

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
March 27, 2023
inKhas
Jalani Tawur Agung di Candi Prambanan (Lagi)

Suasana tawur agung di Prambanan

MENGIKUTI RITUS TAWUR AGUNG di Prambanan, Jawa Tengah, telah menjadi candu. Tidak hanya soal menyaksikan antusiasme umat di sekitar Jogja dan Jawa Tengah, tapi ini juga soal menyaksikan bagaimana perpaduan budaya hadir di tengah ritus dalam menyambut Hari Suci Nyepi—hari suci yang selalu diperingati umat Hindu tiap tahunnya.

Sama seperti tahun sebelumnya, saya ikut tawur agung di Prambanan pada Selasa, 21 Maret 2023. Saya datang ke Prambanan bersama beberapa teman. Berangkat dari Jakarta menggunakan mobil dan sampai di Jogja dengan waktu tempuh 10 jam. Cukup melelahkan buat saya yang jadi bagian tim sopir lintas provinsi, tapi buat say aitu adalah pengalaman yang menyenangkan.

Saya tiba di tempat upacara sekitar pukul 09.00 WIB, beberapa saat sebelum acara seremonial dimulai. Memasuki bagian depan Candi Roro Jonggrang, umat sudah disambut dengan dua spanduk yang cukup besar. Satu memperlihatkan sosok seorang Yaqut Cholil Qoumas (Gus Men), Menteri Agama RI dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Betul saja, ketika saya menoleh ke tenda VIP, saya sudah melihat Gus Men duduk di sebelah Wisnu Bawa Tenaya (WBT), Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat dan terlihat asik bercengkrama, mungkin Pak WBT sedang menceritakan tentang apa itu Nyepi dan rangkaian acaranya.

Namun tidak terlihat Sri Sultan Hamengkubuwono X di sana. Belakangan saya ketahui bahwa Gubernur Jogja diwakili oleh Asisten III Pemprov Jogja. Tak apalah, yang penting pihak Pemprov Jogja sudah memberikan perhatian kepada warga Hindu.

Seremonial Dimulai

Selayaknya acara-acara lain yang tersebar di Indonesia, acara seremonial menjadi agenda wajib di setiap acara. Termasuk Tawur Agung kali ini, apalagi dihadiri langsung oleh Gus Men. Wajib beri panggung dong. Hehe.

IGP Alit Jaya mengawali dengan laporannya sebagai Ketua Panitia Dharma Shanti Nasional. Ia menyebutkan bahwa acara ini dilaksanakan langsung oleh PHDI Jogja serta Pembimas Jogja, ia mengatakan “melalui acara ini diharapkan dapat menegaskan komitmen umat Hindu dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara,”.

Tak lupa ia mengundang umat Hindu yang khususnya berada di wilayah Jabodetabek untuk hadir dalam acara Dharma Shanti Nasional pada Minggu, 14 Mei 2023 di Gedung Pertemuan Balai Samudra, Jakarta.

Aksi seni pada upacara tawur agung di Prambanan

Tiba waktunya Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan sambutan. Sambutan dibacakan langsung oleh Asisten III, dan tak lupa menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran sang Gubernur dalam acara tersebut.

Dalam sambutannya, ia menyebut hari-hari suci keagamaan di Indonesia adalah sebuah keistimewaan, termasuk Nyepi di dalamnya. Ia juga menyebut Nyepi sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri atau mulat sarira.

Hari Suci Nyepi adalah waktu untuk membasuh pelataran bumi agar dapat mencapai kondisi Memayu Hayuning Bawona, yang diartikan sebagai laku hidup manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan manusia.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini Gus Men hadir di tengah-tengah kebahagiaan umat Hindu menyambut Hari Suci Nyepi. Lewat Nyepi, ia berharap agar umat Hindu ikut berkontribusi atas terciptanya kedamaian dan ketentraman bangsa dan negara.

Menurutnya, Nyepi adalah momentum yang tepat untuk berkontemplasi, instropeksi, mengenal tata laku yang dilakukan di tahun sebelumnya dan mencoba meningkatkan kualitas diri setelahnya.

Ada satu yang paling menarik buat saya dari pernyataan Gus Men. Ia menegaskan kepada seluruh umat yang hadir untuk jangan sekali-sekali menggunakan agama dalam kepentingan-kepentingan politik (politik identitas).

Pesan itu sangat wajar disampaikan, mengingat Indonesia sudah memasuki tahun politik, dan agama kerap kali menjadi alat bagi para politisi untuk mencapai tujuannya dalam politik. Salah satu aktor politik identitas yang terkenal dari Bali juga kebetulan hadir pada acara itu. Tak perlu saya sebutkan, tebakan kalian pasti benar. Hahaha.

Parade Budaya Akhirnya Kembali

Secara jumlah umat yang hadir, tentu tahun ini jauh lebih banyak tinimbang tahun sebelumnya. Tapi selain itu, dalam ritus kali ini, penyelenggara kembali menyelenggarakan parade budaya yang melibatkan banyak pihak, khususnya anak muda.

Jika tahun lalu Tawur Agung Kasanga hanya menghadirkan satu Gunungan, tahun ini menghadirkan tiga Gunungan dengan ukuran yang lebih besar.

Gunungan sendiri merupakan tumpukan buah dan sayuran (intinya hasil bumi) yang disusun menyerupai sebuah gunung. Berisi pelbagai buah dan sayuran, dan dimakan bersama setelah dihaturkan kepada Tuhan. Namun untuk mendapatkan bagian buah atau sayuran ini, memerlukan usaha cukup tinggi, karena saya harus rebutan dengan umat lainnya, hal ini dalam tradisi Jawa disebut dengan Krebekan.

Tidak hanya Gunungan. Beberapa Ogoh-Ogoh pun meramaikan parade budaya. Mulai dari Ogoh-Ogoh berukuran kecil yang diarak oleh anak-anak, hingga berukuran besar. Ogoh-Ogoh ini rata-rata merupakan karya dari komunitas mahasiswa Hindu yang tersebar di pelbagai Kampus di Jogja dan sekitarnya.

Ada yang dibuat oleh komunitas mahasiswa Hindu Universitas Gadjah Mada (UGM), komunitas mahasiswa Hindu dari Sumatera, dan lainnya. Meski karyanya tidak banyak, tetapi hadirnya beberapa Ogoh-Ogoh dalam parade budaya ini sedikit mengisi kerinduan saya dengan Bali.

Nyepi Kali Ini Menekankan Pada Dharma Agama dan Dharma Negara

Saya merasa perlu untuk menyampaikan tema perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945. Dalam laporannya, IGP Alit Jaya yang merupakan Ketua Panitia Dharma Shanti Nasional menyebutkan bahwa tahun ini Dharma Shanti Nasional mengusung tema “Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi”. Tentu menarik untuk membahas secara lebih mendalam, mengapa panitia memilih untuk mengusung tema ini.

Ogoh-ogoh pada upacara tawur agung di Prambanan

Dalam kesempatan berbeda, saya berkesempatan untuk berbincang dengan Sekretaris Umum PHDI Pusat, I Ketut Budiasa, saya akrab memanggilnya Bli Budi. Mengingat ia juga senior saya di Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), pernah menjadi Presidium PP KMHDI periode 1999-2001.

Ia menyebutkan bahwa majelis tinggi agama Hindu tersebut mengharapkan agar momentum Hari Suci Nyepi dapat dijadikan ajang refleksi diri, ajang berkontemplasi dengan menjalankan Catur Brata Penyepian—Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan.

Selain melakukan koreksi diri dan menjalankan Catur Brata Penyepian sebagai jalan melaksanakan Dharma Agama, umat Hindu juga diharapkan dapat menularkan vibrasi positif tersebut keluar diri. Salah satunya adalah ikut bersama-sama menyukseskan pesta demokrasi yang akan diselenggarakan 14 Februari 2024. Bagaimana caranya? Seperti yang dikatakan Gus Men dalam sambutannya, jangan sampai agama dijadikan komoditas dalam pelbagai kepentingan politik.

Bli Budi juga menegaskan, umat Hindu jangan sampai terjebak dalam politik identitas yang kemungkinan besar akan digunakan oleh para politisi guna mencapai tujuan-tujuan politiknya. Umat harus belajar dari pelbagai pengalaman sebelumnya. Politik identitas hanya menimbulkan polarisasi yang begitu tajam, kemudian dampaknya hanya dirasakan oleh rakyat biasa, sedangkan di lain tempat, justru elit-lah yang memetik hasil dari penggunaan politik identitas tersebut.

Nyepi Tahun Baru Saka 1945 buat saya menjadi Nyepi terbaik sampai hari ini. Tidak hanya kembali berkesempatan menyaksikan perpaduan budaya yang indah di tempat yang indah pula, saya juga berkesempatan menjalani Catur Brata Penyepian jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.

Itulah pengalaman saya soal Nyepi tahun ini, bagaimana pengalaman kalian? [T]

Prambanan Tidak Hanya Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Operet Prambanan Teater Orok: Tak Sekadar Tontonan, Perlu juga Keberanian Tafsir
Menapak Jejak Konsep Purusa-Pradana di Lereng Gunung Rawung
Tags: Candi PrambananHari Raya NyepihinduJawa Tengah
Previous Post

Hiperealitas Dalam “Punyan Kayu Ane Masaput Poleng di Tegal Pekak Dompu”

Next Post

Manchika, Jegeg Buleleng 2023: “Everything Happens for A Reason and Everthing is Possible”

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Manchika, Jegeg Buleleng 2023: “Everything Happens for A Reason and Everthing is Possible”

Manchika, Jegeg Buleleng 2023: “Everything Happens for A Reason and Everthing is Possible”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co