DI JAGAT MEDIA SOSIAL, ramai-ramai orang bicara tentang beberapa ‘orang atas’ yang berbondong-bondong memamerkan barang-barang mahal dan bermerk di media sosial, lho, Ndul. Di sisi lain, ramai juga, barang di Trifting yang disita oleh ‘orang atas’ otoritas tertentu, Ndul.
Katanya, karena mengganggu Usaha Menengah Kecil dan Menengah (UMKM), Bagaimana, Ndul, menurutmu?
Dirimu sering cari barang di Trifting kan, Ndul. Itu lhoo, toko yang jual barang bekas import dengan harga murah meriah. Dirimu tidak memandang barang itu bekas, tapi masih layak dipakai atau tidak, murah atau tidak, itu saja kan Ndul?
Dirimu memilih barang di Trifting karena bisa menghemat beberapa rupiah, yang penting kebutuhan primer dan sekunder aman. Itu saja, dirimu kembang kempis, ngos ngosan, cari uangnya. Udah, Ndul, ngaku aja.
Tapi ‘orang atas’ berbeda dengan dirimu, Ndul. Dirimu paham kan, yang dimaksud ‘orang atas’ disini? Itu lhooo, orang yang bekerja di instansi negara, penghasilannya sesuai golongan kepegawaian, katanya mengabdi untuk negara, gajinya jauh untuk memenuhi kebutuhan tersier.
Artinya, untuk memenuhi kebutuhan tersier tersebut, mereka membutuhkan manajemen keuangan sedemikian rupa, atau membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhinya. Tapi, Ndul, mereka kok bisa memenuhi kebutuhan tersier tersebut dengan gaji sejumlah itu. Tapi mereka mampu memenuhinya dalam waktu singkat, lhoo, Ndul.
Mereka beli ini, beli itu, mau ini mau itu, main ke sini, main ke situ, suka suka mereka. Apa yang mereka dapatkan, diunggah di media sosial lhoo, Ndul. Eh, lho kok, apa yang mereka mau, terwujud semua.
Mereka punya gaji tambahan dari mana ya, kok mereka bisa mendapatkan semua itu? Banyak netizen yang mempertanyakan itu lhoo, Ndul, di kolom komentar.
Ya begitulah, Ndul, mungkin netizen menganggap perilaku ‘orang atas’ seperti itu menjadi masalah, karena netizen tidak merasakan menjadi ‘orang atas’ ya, Ndul? Seolah jadi ‘sok bijak’ begitu. Atau netizen sedang waras, sehingga hal baik senantiasa disampaikan untuk menjaga keseimbangan dalam dimensi rasa antar manusia, menjaga rasa sesama manusia.
Tapi tenang saja, Ndul, sudah ada otoritas yang punya kewenangan mengurusi itu kok, menjawab pertanyaan netizen. Percayakan kepada mereka untuk menjalankan tugas, kita bantu dengan mengawasi dan mengawal prosesnya.
Tetapi sebelum ‘orang atas’ tertangkap oleh otoritas tersebut, apakah baiknya mereka mawas diri dulu, Ndul? Misalnya dengan mengingat pepatah yang mengatakan “jadilah seperti padi, semakin berisi semakin menunduk”.
Manusia tidak layak untuk angkuh dan sombong atas kemampuan yang dimilikinya. Daripada menyesal di kemudian hari, ya kan, Ndul? Tapi ya, namanya juga manusia, meskipun ada peringatan, ya tetap aja, masih ada yang ‘pamer kekayaan’ seperti itu.
O iya, Ndul, dirimu akan seperti apa, jika dirimu jadi ‘orang atas’? Tentu, dirimu akan lebih baik dari mereka kan, Ndul? Yaitu, menerapkan ilmu padi. Sepakat, Ndul? [T]