— Catatan Harian Sugi Lanus, 23 Maret 2023
Berbagai naskah, baik kakawin dan geguritan, menjelaskan secara beragam tentang keutamaan ‘suwung’, ‘sepi’, ‘sunia’, ‘puyung’, dan seterusnya.
Berbagai teks ajaran dharma merekomendasikan kita untuk mencari-nya, untuk menghayatinya. Seolah kalau kita sampai pada ‘hakikat sepi’ kita akan sampai di ‘penghujung pencapaian tertinggi manusia’.
Panjang lebar dijelaskan. Namun tidak semuanya gamblang apa sebenarnya “isin puyung” — isi dari kosong (suwung).
Setelah melewati banyak kelokan dan rambu-rambu teks, serta naik-turun tanjakan petuah, baru jelas bahwa “isi dari suwung/sunyi adalah kejernihan”.
Jika sampai pada “suwung” atau “sunia” akan berjumpa dengan “kejernihan” — galang.
Apapun menjadi jernih.
Dengan kejernihan itu kita bisa melihat segala hal secara utuh-jernih.
Yang utuh-jernih adalah ‘sunia’ — ‘sunyi-batin’.
Dengan itu, melihat Lingga-Yoni menjadi terjelaskan, Yoni adalah hakikat kosong dan Lingga adalah kejernihan. Kejernihan yang berstana dalam esensi keheningan. [T]