NDUL, AKU INGIN BERPESAN, menjawab pertanyaanmu yang kemarin. Manusia dalam perjalanan hidupnya, akan menemukan dua kondisi, hal baik dan hal buruk. Hanya dua kesan itulah yang melekat pada manusia.
Tentu menjadi manusia akan menginginkan hal baik dalam hidupnya. Tapi tidak bisa semuanya baik, ada hal buruk yang juga melekat. Satu paket tersebut sudah termasuk skenario terbaik Tuhan dalam penciptaan manusia.
Namun menjadi persoalan, Ndul, sudahkah manusia menikmati fase tumbuh dalam hidupnya?
Manusia terdiri dari detik ke menit, dari menit ke jam, dari jam ke hari, dari hari ke pekan, dari pekan ke bulan, dari bulan ke tahun, dan seterusnya. Mungkin gak, Ndul, manusia akan mengalami fase hal baik terus? Atau fase hal buruk terus?
Pastinya dirimu akan menjawab dan membayangkan hidup seperti roda, kehidupan terus berputar, fase hidup selalu berganti. Nah, terus masalahnya apa, Ndul, kalo manusia mengalami hal buruk? Bukankah Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk manusia? Kenapa seolah masih ragu, hal buruk yang menimpa?
Misalnya ada hal buruk terjadi padamu, Ndul. Yaitu, bolpoinmu hilang. Padahal sebentar lagi mau dipakai untuk tanda tangan berkas dan harus dikumpulkan segera ke atasan. Tentu sikap manusia ada yang marah, panik, menggerutu, mengeluarkan energi negatif dan mungkin menimbulkan masalah yang lain.
Okelah, Ndul. Mungkin manusia perlu menyalurkan emosi yang ditimbulkan. Tapi, Ndul, efek kekecewaan manusia yang muncul sering menghambat kegiatan yang lain. Dirimu baiknya tetap stabil, karena kehidupan ini harus tetap dilanjutkan, tanggungjawab yang melekat pada dirimu terkadang tidak bisa dikompromikan dengan masalah yang sedang menimpamu.
Saat bolpoinmu tidak ketemu dan berkas tidak bisa dikumpulkan tepat waktu, atasan akan marah. Maka pada saat itu dirimu butuh energi positif untuk tetap stabil dalam menghadapi amarah dari atasan.
Dalam waktu singkat, dirimu mengubah mood sesuai keadaan. Kalo tadi saat bolpoinmu hilang dirimu akan mengeluarkan energi sesuka hatimu (termasuk energi negatif), karena dirimu berkuasa atas bolpoin tersebut. Sedangkan dengan atasan, dirimu akan berpikir ulang untuk berkelit, memberi alasan apalagi marah-marah.
Transisi mood juga perlu latihan, dirimu harus menemukan sudut pandang masalah yang ‘menyenangkan’ saat menghadapi amarah dari atasan untuk hubungan tetap berhubungan baik dengan atasan.
Oleh karena itu, Ndul, pesannya, segera temukan strategi yang sesuai untuk ber dialektika dengan keadaan yang tidak sesuai dengan kehedakmu dan inginmu. Bukankah begitu Ndul?
Manusia akan menjadikan ‘peristiwa dimarahi atasan’ adalah hal yang buruk, tapi saat dirimu tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut malah menjadi lebih buruk, Ndul. Bisa jadi dirimu akan jatuh pada lubang yang sama. Kan baiknya tidak demikian, Ndul.
Siapa tahu setelah dimarahi atasan menjadi bagian proses tumbuhmu menjadi baik. Maka menikmati setiap fase kehidupan akan menjadi menarik kan, Ndul?
Pun sama halnya dengan hal baik, tentu dirimu lebih paham bagaimana cara ber dialektika dengan hal baik, bagaimana cara menjaga hal baik yang sudah melekat, menjaga kepercayaan sudah berjalan. Dirimu paham soal itu Ndul, maka nikmatilah segala proses tumbuh yang sedang berjalan dalam hidupmu. [T]