ADA kemegahan dan keharuan terasa sekaligus di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada acara Wisuda Sarjana, Sarjana Terapan, Magister, dan Doktor ke-29, serta pembukaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara III, tahun 2023, di Gedung Citta Kelangen Lt. 3 kampus setempat, Selasa, 28 Februari 2023.
Kemegahan terasa karena dalam acara itu juga ada orasi ilmiah dengan topik ‘Teguh Indonesia Berkepribadian’ oleh Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, pidato Gubernur Bali yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar Dr. Wayan Koster, dan sambutan Sekretaris Kementerian BUMN Susyanto, SH., M.H. mewakili Menteri Erick Thohir, B.A., M.B.A..
Pembukaan Bali Sangga Dwipantara juga diisi penganugerahan penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha kepada tujuh seniman, yakni I Wayan Pugeg (Maetro Seni Patung), Drs I Ketut Pradnya (Pendiri Museum Arsitektur Wiswakarma), Happy Salma (Artist dan Maesenas Seni), Hartanto (Penyair), I Gusti Ngurah Adi Putra (Komposer), I Gusti Ngurah Suweka SST., M.Si., (Seniman Seni Pertunjukan), dan Drs I Made Yasana M.Erg (Seniman Lukis).
Nah, pada saat penganugerahan penghargaan itulah ada momen yang mengharukan. Rektor ISI Denpasar Prof. Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana melarang salah seorang penerima penghargaan untuk naik panggung guna menerima penghargaan. Seniman itu diminta untuk tetap berada di tempat duduknya.
Seniman yang tetap berada di tempat duduk itu adalah pematung I Wayan Pugeg (kakak pematung Ketut Muja almarhum). Pasalnya, pematung sepuh tersebut sudah sulit berjalan. Jadi, pada saat itu Prof Kun sendiri yang menghampiri Wayan Pugeg di tempat duduknya.
I Wayan Pugeg (depan paling kiri) bersama seniman lain yang meraih penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha | Foto: Istimewa
Melihat peristiwa itu, mahasiswa, dosen dan para undangan yang hadir dalam acara itu memberikan tepuk tangan kepada prof Kun dan seniman I Wayan Pugeg.
394 Lulusan
Dalam acara wisuda itu, sebanyak 394 lulusan diinagurasi, yakni 320 gelar sarjana, 64 sarjana terapan, 3 magister, dan 7 doktor seni.
Rektor ISI Denpasar Prof. Kun Adnyana mengatakan, keseluruhan wisudawan sarjana dan sarjana terapan merupakan mahasiswa yang lulus Program Pembelajaran MBKM.
Mereka yang diwisuda itu adalah generasi gemilang dengan praktik dan pencerapan langsung pada Dunia Usaha-Dunia Industri (DUDI), serta pengalaman memasuki ekosistem seni dan desain yang sesungguhnya.
“Program melibatkan 281 mitra bereputasi dari kalangan DUDI, satuan pendidikan, studio maestro, sanggar seni, Desa/Kelurahan, dan Desa Adat. Mahasiswa bersama mentor dan dosen pembimbing berkolaborasi membangun visi yang sama, progresif dalam inovasi, kontekstual, dan berorientasi masa depan,” kata P{rof Kun yang dikenal sebagai urai guru besar sejarah seni itu.
Prof Kun mengapresiasi kualitas lulusan ISI Denpasar, yang tidak saja cakap, kreatif, dan inovatif, namun juga berkepribadian.
“Dengan bangga kami melepas Generasi Gemilang Indonesia. Kayuh sauh kebhinekaan Indonesia dengan puspa ragam karya ciptamu. Mari dandani Indonesia Raya dengan kemahaindahan inovasi seni dan desain terbaru. Sejak tali toga dipindah ke sisi kanan, Kalian semua menjadi keluarga besar alumni kebanggaan ISI Denpasar,“ kata Prof. Kun.
“Teguh Indonesia Berkepribadian”
Dr. Hasto Kristiyanto saat memberikan orasi ilmiah dengan topik ‘Teguh Indonesia Berkepribadian’ juga memiliki pandangan yang sama pada lulusan perguruan tinggi seni untuk soal berkepribadian dalam kebudayaan.
Dr. Hasto Kristiyanto bersama Gubernur Wayan Koster, Rektor Prof Kun Adnyana dan senat ISI Denpasar | Foto: Istimewa
Hasto yang Doktor Geopolitik lulusan Universitas Pertahanan itu menyitir pandangan Bung Karno, bahwa Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan adalah garis ideologis untuk menghadirkan Indonesia yang bangga dengan karakternya, adat istiadatnya, dan kebudayaannya. Melalui revolusi mental, ditransformasikan menjadi sistem budaya sebagai bangsa besar; bangsa yang mewarnai peradaban dunia.
“Fakta empiris yang saya temukan, bahwa di Bali ini falsafah, sistem nilai, kultur, hingga tradisi masyarakatnya saling beresonansi, membikin alam ikut berbicara. Suasananya sangat khas, dimana seluruh karya seni berpadu,” kata Dr. Hasto.
Hasilnya, kata Dr. Hasto, ciri-ciri kebudayaan tampil begitu menonjol. Kebudayaan menyajikan sistem nilai, tradisi, dan juga pengetahuan yang ikut memengaruhi perilaku masyarakatnya dalam keteraturan bersama.
“Mereka yang hadir di Bali dengan beragam budaya ikut meluruh, hingga cara berpikir, berbicara, dan perilaku dipengaruhi oleh magnet kultural Bali. Tanpa terasa proses inkulturasi dan akulturasi berjalan secara natural, saling melengkapi, “jelas Dr. Hasto yang meraih predikat Summa Cumlaude Doktoral.
Apresiasi dari Gubernur Koster
Gubernur Bali Dr. Wayan Koster dalam pidatonya memberi apresiasi terhadap capaian ISI Denpasar, baik kekaryaan, praktik pengetahuan, maupun perumusan wacana yang diciptakan. Menurutnya, ISI Denpasar telah menghiasi medan seni nasional dan internasional, dan secara konsisten telah menjadikan upaya pemajuan seni budaya sebagai platform kelembagaan, yang secara organis terinternalisasi pada setiap pribadi civitas akademika.
“Seiring upaya peningkatan kapasitas ISI Denpasar dalam peran pemajuan seni budaya dimaksud, saya selalu mengajak perguruan tinggi seni kebanggaan Bali ini untuk senantiasa bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali, “ kata Gubernur yang mantan anggota DPR RI Dapil Bali itu.
Gubernur Koster juga menyambut baik penyelenggaran Festival Bali Sangga Dwipantara III yang bertajuk Wahya-Waruna-Wasantara “Mulia Samudera Nusantara, Bangun Indonesia Gemilang”, karena sejalan dengan visi pembangunan Bali yakni: Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, khususnya dalam konteks kearifan lokal Segara Kerthi.
Tentu, kata Koster, pencapaian pada Bali Sangga Dwipantara III, baik tentang kekaryaan, keilmuan, maupun praktik seni dan desain yang otentik, dapat dipanggungkan pada ruang apresiasi seni-budaya yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Bali, seperti: Bulan Bahasa Bali, Pesta Kesenian Bali, dan Festival Seni Bali Jani.
Seniman peraih penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha | Foto: Istimewa
Sementara itu, Sesmen BUMN Susyanto dalam sambutan yang disampaikan secara daring menyatakan bahwa ia percaya melalui Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara III yang diselenggarakan ISI Denpasar niscaya berkontribusi langsung dalam pembangunan industri kreatif.
Terlebih, kata Susyanto, even ini menyertakan berbagai perguruan tinggi seni dan kalangan maestro, seniman, desainer, serta profesional nasional dan internasional. Kelebihan lainnya, even yang mendapat apresiasi kalangan akademik nasional ini terbangun dalam berbagai platform kegiatan yang bersifat inisiatif, partisipatoris, kolaboratif, dan dinamis, “ urai
“Saya berharap agar keberadaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara semakin menggema dengan partisipasi publik yang kian meluas, termasuk keikutsertaan aktif Badan Usaha Milik Negara. Sinergi dan kolaborasi memang sudah menjadi kebutuhan negeri ini dalam memajukan seni budaya bangsa yang majemuk. Hendaknya Festival Bali Sangga Dwipantara menjadi wahana peneguhan Bhineka Tunggal Ika,” kata Susyanto.
11 Program Unggulan
Bali Sangga Dwipantara III Tahun 2023 menghadirkan sebelas program unggulan, yaitu; 1) Bali-Dwipantara Widya (Mimbar Talenta Nusantara); 2) Bali-Dwipantara Adirupa (Pameran Seni Rupa Indonesia); 3) Bali-Dwipantara Adinatya (Pagelaran Virtual Nasional); 4) Bali-Dwipantara Kanti (Inisiatif Braya Nusantara); 5) Bali-Dwipantara Waskita (Seminar Republik Seni Nusantara), 6) Bali-Dwipantara Krama (Tutur Laku Nusantara); 7) Bali-Dwipantara Yatra (Sastra Desa Nusantara); 8) Bali-Dwipantara Diatmika (Mimbar Maestro Nusantara); 9) Bali-Dwipantara Karma (Nemu Gelang Nusantara); 10) Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara); dan 11) Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan).
Pada acara pembukaan serangkaian wisuda (28/2) kemarin dipersembahkan tayangan film bisu Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara) bertajuk: Sindhu-Wastu-Sadhu, yang melibatkan maestro, seniman, akademisi, dan pekerja kreatif Indonesia. Pameran Bali-Dwipantara Adirupa yang berlangsung di Nata-Citta Art Space (N-CAS). [T][Ole/*]