6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Novel Sutasoma Karya Cok Sawitri dan Bingkai Kebhinekaan

I Wayan Sukarta YasabyI Wayan Sukarta Yasa
February 25, 2023
inUlas Buku
Novel Sutasoma Karya Cok Sawitri dan Bingkai Kebhinekaan

Novel Sutasoma karya Cok Sawitri

SETIAP KALI aku mendengar nama Sutasoma, hal pertama yang mencuat dalam pikiranku tertuju kepada semboyan bangsa kita (bangsa indonesia) yang diusulkan oleh Muhammad Yamin. Sloka “Bhinneka Tunggal Ika” yang dipegang oleh kedua kaki garuda sebagai lambang persatuan. Usul itu ia lontarkan kepada Soekarno dan bapak-bapak bangsa yang hadir pada saat itu. Muhammad Yamin mengambil sloka itu dari Kakawin Sutasoma pupuh 139, bait 5.

Secara lengkap bait 5 berbunyi:

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

(Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Berbeda-bedalah itu, tetapi satu jualah. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.)

Kutipan sloka tersebut merupakan bagian dari susastra dalam bahasa Jawa Kuno yang sekian lama telah kukenal, versi “Kapustakan Jawi” karya Poerbatjaraka tahun 1952. Kisah kisah yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14 dari kisah yang sama di India.

Kakawin ini berisi sebuah cerita epik dengan Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat yang tertuang didalam kitab ini mengajarkan kita akan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha.

Oleh sebab itu dalam usulannya Muhammad Yamin mengusulkan agar kutipan sloka tersebut digunakan sebagai semboyan bangsa kita, dengan konteks ia ingin menyatakan toleransi antar agama dan antar kepercayaan yang ada di jagat nusantara ini (Indonesia).

Kedua, barulah pikiranku mengingatkanku pada sebuah novel masterpiece dari Cok Sawitri, perempuan pengarang dari Bali. Sutasoma, itulah nama dari karya Cok Sawitri tersebut, yang diilhami dari kitab Sutasoma (Purosadha) karya Mpu Tantular. Hal tersebut diperkuat dengan kutipan dari Wartono dan Still (1990:1) yang menyatakan bahwa pengarang adalah pembaca teks, dan hal tersebut sudah dapat dipastikan karena di Bali sendiri kakawin Sutasoma sangat dikenal dalam masyarakat.

Selain itu, pemikiran-pemikiran atau ide brilian dari Cok Sawitri, yang tertuang dalam buku ini memberikan warna yang beragam dalam penceritaan novel ini. Sehingga karya ini kaya akan berbagai sudut pandang yang mampu melahirkan sebuah penafsiran-penafsiran baru terhadap apa yang telah didengarkan oleh Cok Sawitri pada masa kecilnya.

Novel yang mengisahkan tentang Jayakanta, Raja Kerajaan Ratnakanda yang harus menyaksikan konflik dan carut-marut keluarga kerajaannya. Persaingan terselubung, politik istana yang saling tarik-menarik, hingga perebutan kekuasaan mewarnai perjalanan hidup Sang Raja dan menyebabkan Ratnakanda perlahan berada di ambang kehilangan Sang Raja mengembalikan kedaulatan Ratnakanda.

Dalam karya Cok Sawitri ini  sosok Jayantaka hadir hingga 14 bab pertama dan segera membius para pembaca untuk jatuh cinta pada karakternya yang gagah, sakti, dan cerdas. Jayantaka merupakan seorang raja yang dinobatkan pada masa perkabungan ayahnya dan meneruskan niatan Raja Sudasa untuk menegakkan dharma agama dan dharma negara.

Dengan ambisi yang begitu besar dan semangat perjuangannya yang bagaikan si jago merah yang sedang membara, Jayantaka justru meluaskan niatnnya tersebut bukan saja di negerinya sendiri, tetapi juga meluas ke negeri-negeri lain. Oleh karena itu Jayantaka berkaul kepada sang Kala yaitu 100 kepala raja dan oleh karena kaulnya tersebut ia dikenal sebagai Porusadha, raksasa pelahap kepala raja.

Seperti apa yang diceritakan dalam kakawin, dalam novel itu juga diceritakan bahwa Buddha bereinkarnasi dan menitis kepada putra Raja Hastina Prabu Mahaketu. Putranya bernama Sutasoma. Setelah dewasa Sutasoma rajin beribadah, cinta akan agama Buddha (Mahayana). Ia tidak senang akan dinikahkan dan dinobatkan menjadi raja.

Maka pada suatu malam, Sutasoma melarikan diri dari negara Hastina dan menuju ke hutan. Setibanya di hutan, Sutasoma bersembahyang dalam sebuah kuil. Lalu datanglah Dewi Widyukarali yang bersabda bahwa sembahyang Sutasoma telah diterima dan dikabulkan. Kemudian Sutasoma mendaki pegunungan Himalaya diantarkan oleh beberapa orang pendeta.

Sesampainya di sebuah pertapaan, maka Sutasoma mendengarkan riwayat cerita seorang raja, reinkarnasi seorang raksasa yang senang makan manusia, Porusadha. Porusadha memiliki kaul akan mempersembahkan 100 raja kepada Sang Kala.

Pada saat yang sama, sedang terjadi perang antara Porusadha dan Raja Dasabahu, sepupu Sutasoma. Secara tidak sengaja ia menjumpai Sutasoma dan diajaknya pulang. Porusadha yang sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada Batara Kala mendapati kenyataan bahwa Batara Kala tidak puas. Batara Kala baru mau menerima persembahan Porusadha bila ada Sutasoma.

Maka Porusadha menangkap Sutasoma yang tidak melawan. Sutasoma bersedia dimakan Batara Kala, asal ke 100 raja itu semua dilepaskan. Pengorbanan diri Sutasoma ini menyentuh hati Batara Siwa yang menitis pada Porusadha. Batara Siwa tahu bahwa Sutasoma adalah Sang Budha sendiri. Maka ditinggalkannya tubuh raksasa Porusadha dan ia kembali ke kahyangan. Porusadha akhirnya bertobat. Semua raja dilepaskan.

Karya sastra dari Cok Sawitri ini merupakan salah satu bentuk narasi fiksi sastra dan memanglah suatu yang niscaya mampu untuk menarik para pembaca, baik yang telah kenal dengan teks terdahulu atau belum. Ditambahkannya tokoh-tokoh baru seperti Belawa, Nini, ketiga istri Sudasa, anak-anak tiri Sudasa dan sekaligus saudara Jayantaka sekaligus penokohan baru atas tokoh-tokoh yang ada dalam teks terdahulu membuat novel ini “kaya amunisi”.

Bahkan boleh dibilang bukan hanya kaya amunisi, tetapi juga “gemuk” oleh pandangan-pandangan personal Cok Sawitri yang dititipkan ke dalam tiap tokoh yang ada sehingga membuat Sutasoma karya Cok Sawitri ini boleh dikatakan cukup berbeda.

Persoalan kebhinnekaan dalam teks terdahulu juga hadir di sini, namun tentu saja keempat dimensi toleransi antaragama yang ada di teks terdahulu kini tergantikan. Gantinya, adalah toleransi antara agama minoritas dan agama mayoritas. Jayantaka dalam teks Cok Sawitri mewakili agama minoritas, yang dalam pernyataan Cok Sawitri mewakili apa yang tengah diperjuangkannya adalah mewakili agama Tantrayana, sedang Sutasoma mewakili agama mayoritas, baik itu Hindu dalam konteks Bali atau agama mayoritas di Indonesia yakni Islam. Petuah dalam gubahan Cok Sawitri cukup jelas melansir keinginannya agar agama-agama mayoritas/besar tidak menghancurkan agama kecil, melainkan belajar untuk mentoleransi dalam semangat kebhinekaan yang dihembuskan oleh Sutasoma.

Kritik pada masyarakat kelas atas yang berada pada lingkaran istana juga mencuat dalam karya Cok Sawitri ini, yang dengan mudah bisa ditarik garis paralel antara negeri di bawah pimpinan Sudasa dan Jayantaka dengan negeri Indonesia ini. Sebuah paralelisme yang kurang lebih sama dilakukan Mpu Tantular sewaktu menggubah Sutasoma kali pertama dari teks aslinya. [T]

Modernisme Pascareformasi Dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami
Cinta dan Kematian dalam Novel Jerum Karya Oka Rusmini
Lika-liku Ambisi Perempuan Dalam Novel “Aroma Karsa” Karya Dee Lestari
Tags: Bhineka Tunggal IkaCok SawitrinovelSastra IndonesiaSutasoma
Previous Post

Modernisme Pascareformasi Dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami

Next Post

Diki Wahyudi | Sarjana Hukum Undiksha Sukses dengan “Tiktok Sarjana Hukum” untuk Indonesia

I Wayan Sukarta Yasa

I Wayan Sukarta Yasa

Lahir di Sandan, 2002. Sedang menempuh pendidikan program S1 pada Program Studi Pendidikan Sastra Agama dan Bahasa Bali, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Hobi matembang dan menjadi juara dalam berbagai lomba geguritan dan lomba lain yang berkaitan dengan sastra Bali.

Next Post
Diki Wahyudi | Sarjana Hukum Undiksha Sukses dengan “Tiktok Sarjana Hukum” untuk Indonesia

Diki Wahyudi | Sarjana Hukum Undiksha Sukses dengan “Tiktok Sarjana Hukum” untuk Indonesia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co