BANGLI | TATKALA.CO — Bendesa Adat Buahan, Kintamani, Bangli, I Made Antara, memiliki 15 cakep lontar. Hampir semua lontar itu terawatt dengan baik.
Setelah dibaca dan diidentifikasi oleh tim Penyuluh Bahasa Bali, lontar-lontar itu terdiri dari beberapa jenis, diantaranya lontar terkait padewasan (Penentuan Hari Baik), Puja-Puja Pitra Yadnya, Lontar Usadha (Pengobatan Tradisional), Lontar Tenung Pawetuan Rare, Lontar Dharma Laksana Alaki Rabi, Lontar Upatani (Pertanian), Lontar Babad Keluarga, Lontar Pembuatan Kajang, Lontar Surya Sewana.
“Jadi ada 15 lontar, dan 14 cakep dapat diidentifikasi. Lontar yang kami warisi ini sejatinya merupakan lontar milik leluhur yakni bernama almarhum Jero Kubayan Ginas, dan almarhum I Made Jara,” ujar Made Antara.
Lontar milik I Made Antara itu diidentifikasi oleh Penyuluh Bahasa Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Jumat (17/2/2023), berkaitan dengan Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Bangli, I Wayan Sudarsana, menjelaskan, kegiatan konservasi ini dilakukan dalam rangka penyelamatan naskah-naskah kuno yang tersimpan di masyarakat.
“Kali ini dalam rangka Bulan Bahasa Bali ke V, kami melakukan konservasi lontar di Buahan Kintamani yang merupakan salah satu desa tua di wilayah Kintamani,” ujarnya.
Tahapan yang dilaksanakan dalam konservasi, diawali dengan observasi keadaan lontar, pembersihan lontar, identifikasi dan digitalisasi. “Tujuan utama kami adalah kondisi fisik lontar milik masyarakat terselamatkan. Kemudian dibaca untuk diketahui isinya, diidentifikasi lalu digitalisasi berupa foto untuk selanjutnya akan dialihaksarakan secara bertahap,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan konservasi, tidak hanya melakukan pembersihan terhadap lontar, namun yang lebih penting yakni memberikan edukasi kepada pemilik lontar dalam hal menjaga dan memelihara lontar warisan leluhurnya.
“Lontar itu perlu dirawat dengan baik, perlu ditempatkan di tempat yang benar agar tidak rusak. Mengingat lontar terbuat dari bahan organik sehingga rawan dimakan rayap maka perlu perlakuan-perlakuan khusus dengan bahan –bahan khusus seperti minyak sereh dan alkohol. Pengetahuan tentang pemeliharaan ini lah yang kami jelaskan kepada pemilik sembari melakukan konservasi,” ujarnya.
Saat Tim Penyuluh Bahasa Bali melakukan pendataan lontar di masyarakat khususnya di wilayah Kintamani, sejatinya banyak ditemukan keberadaan lontar yang tersimpan di masyarakat.
Namun masih banyak masyarakat yang belum mengijinkan lontarnya untuk dikonservasi. Alasannya, karena lontar yang ada sangat disakralkan. Akhirnya ada beberapa lontar milik masyarakat tersebut tidak terawat bahkan rusak.
“Beruntung untuk lontar di Desa Adat Buahan ini, sang pemilik yakni Jero Bendesa Adat Buahan masih rutin merawat dan membaca lontarnya. Hanya saja mengingat kondisi alam di Desa Adat Buahan yang dingin, maka ada sebagian lontar yang kondisinya kurang baik. Dari 15 cakep lontar 14 cakep dapat teridentifikasi, sementara 1 cakep tidak dapat diidentifikasi,” ujarnya. [T][Ado/*]