TERDAPAT BANYAK pedagang nasi kuning di kota Singaraja dan sekitarnya. Mungkin jumlahnya bisa mencapai seratusan. Namun, dari yang banyak itu, barangkali hanya beberapa saja yang layak dicatat sebagai nasi kuning yang istimewa.
Salah satunya adalah nasi kuning yang dijual I Gusti Ayu Oka Ayuni di wilayah Desa Baktiseraga, pinggiran barat kota. Nasi kuning itu biasa disebut nasi kuning Bu Ayu. Lokasinya di wilayah Galiran, tepatnya di Jalan Laksamana Barat sebelah barat traffic light, di utara jalan.
Warung nasi kuning Bu Ayu biasanya buka mulai pukul setengah 7 sampai pukul 10, atau sampai habis. Jika hendak makan di tempat, ya, makanlah di tempat sekitar warung. Tempatnya teduh. Menyantap nasi kuing jadi nyaman.
Harga nasi yang ditawarkan juga cukup beragam dengan pilihan lauk yang disesuaikan, mulai harga Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Atau jika duit sedang pas-pasan, bilang saja beli Rp 3.000. Maka Bu Ayu dengan senang hati bakal menyiapkannya.
Ada satu hal yang membuat nasi kuning ini unik dan berbeda dari nasi kuning lain.Yakni sambalnya. Nasi kuning Bu Ayu ini menggunakan sambal rahasia untuk disajikan bersama nasi.
Sambalnya tidak terlalu pedas dan tidak terlalu manis. Secara tekstur sambalnya tidak terlalu lembut juga. Cabainya kadang masih terasa bentuknya di lidah. Sejumlah langganan Bu Ayu mengatakan nasi kuning itu memang spesial karena sambalnya yang khas dan berbeda dibanding nasi kuning lain.
“Banyak pembeli yang minta porsi sambalnya lebih banyak,” kata Bu Ayu suatu pagi saat melayani pembeli di wrungnya.
Nasi kuning Bu Ayu di Baktiseraga, Singaraja
Menurut Bu Ayu elemen penting dalam nasi kuning memang sambal. Sambal, bagi Bu Ayu, adalah prioritas utama. Karena sambal itulah yang menyebabkan banyak pembeli sengaja datang lagi untuk berbelaja dis warungnya.
”Iya, mereka kadang minta sambalnya dibanyakin karena mereka bilang sambalnya enak dan beda dari pedagang nasi kuning yang lain,” kata Bu Ayu.
Meski rahasia, Bu Ayu mengatakan bahan untuk sambl yang dibuatnya itu bisa didapat dengan mudah. Siapa pun bisa membuatnya. Yakni cabai lombok, cabai rawit, terasi, bawang merah dan garam. Bahan diulek dan dimasak. Sambalnya itu matang bukan sambal yang mentah
Menurutnya, sambal yang ia buat ini adalah warisan turun temurun dan sudah dikreasikan sendiri sehingga didapatkan rasa yang pas untuk dicampur nasi. “Ini resep keluarga, dan sudah saya kreasikan untuk nasi sehingga pas bagi pembeli,” ungkapnya.
Dia juga menambahkan bahwa kunci untuk tetap berjuang dalam berdagang adalah konsistensi dan kesabaran. “Saya merintis usaha ini dari 2019, saat itu belum ada Covid 19,” kata Bu Ayu.
Setelah pandemi Covid 19 ia tetap berjualan dengan menerapkan protokol kesehatan. Walau saat pandemi penghasilannya juga terpengaruh karena langganannya berkurang.
“Namun saya tetap konsisten untuk berjualan sehingga sampai saat ini sudah banyak peningkatan. Astungkara kedepannya bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
Pelanggan biasanya membeli nasi kuing Bu Ayu sebagai pilihannya untuk sarapan. “Alasan saya makan disini selain dekat dengan kantor juga rasa nasinya enak, udah langganan juga tiap pagi kesini untuk sarapan,” kata seorang pelanggan..
Nina, seorang ibu muda, mengaku sering membelikan anaknya nasi kuning Bu Ayu sebagai bekal makanan untuk ke sekolah. Menurutnya sang anak menyukai nasi kuning Bu Ayu karena rasa sambalnya. “Anak-anak suka sama nasinya, iya kadang juga beli dua buat bekal siang anak-anak dan kadang makan sendiri juga,” katanya.
Menurut Bu Ayu proses pembuatan nasi kuning yang masih alami adalah dengan menggunakan kunyit sebagai pewarna, karena hal itu adalah cara terbaik dalam menciptakan cita rasa nasi yang nikmat.
“Saat membuat nasi kuning, saya lebih memilih menggunakan kunyit asli daripada serbuk kunyit yang dijual di toko, karena rasa dari nasinya berbeda kalau menggunakan kunyit serbuk diibandingkan kunyit yang asli,” katanya.[T]