BERAS MERAH bisa diolah menjadi berbagai jenis minuman dan camilan yang khas dan sehat. Antara lain teh beras merah, krupuk dan berbagai camilan lain.
Salah satu orang yang begitu setia mengolah beras merah menjadi teh dan camilan adalah I Wayan Subagia Arimbawa. Ia membangun usaha di tempat tinggalnya di kawasan Lovina, tepatnya di Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Dari tangan Subagia Arimbawa, teh dan camilan berbahan beras merah beredar luas, bukan hanya di tingkat nasional, juga ke luar negeri, salah satunya ke Dubai.
Subagia Arimbawa mengatakan ia sudah menjalankan usahanya dalam waktu yang cukup lama. Dan belakangan ini produk yang dibuatnya mendapat sambutan dari konsumen beras merah di Bali, juga di Indonesia.
“Minat masyarakat sangat tinggi terutama pekerja kantoran yang sedikit memiliki waktu untuk mengolah beras merah untuk dikonsumsi,” katanya.
Subagia mengatakan, produknya sudah dijual hingga pasar internasional. Untuk ke Dubai, ia menggunakan pemasaran sistem titip melalui agen di Palangkaraya.
Di pasar nasional ia memasarkan produknya hingga Jakarta, Surabaya, dan Bandung dengan harga pasaran teh seharga Rp 25 ribu di luar Buleleng dan Rp 20 ribu di Buleleng. Sementara harga pasaran krupuk seharga Rp 15 ribu di luar Buleleng, Rp 10 ribu di Buleleng.
Subagia juga menggunakan platform marketplace yang biasa digunakan oleh masyarakat luas seperti Shopee, Tokopedia, dan Blibli. Tentunya penggunaan digitalisasi tersebut diakuinya didapatkannya dari pelatihan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Diskominfosanti Buleleng pada kelas Digital Marketing.
Camilan beras merah produksi Subagia Arimbawa
Di samping itu, dukungan dari sisi perijinan juga ditunjukkan oleh Pemkab Buleleng melalui Disdagperinkop Buleleng dengan membantu mengurus label halal pada produknya.
“Perbulannya saya bisa menghasilkan 5 hingga 9 juta rupiah dengan mengajak istri saja untuk prduksi dan packaging-nya,” kata Subagia.
Subagia berharap kedepannya dirinya ingin mengembangkan usahanya dengan menambah sarana dan prasana serta tenaga kerja agar usahanya lebih efektif dan bisa mencakup pasar yang lebih besar dengan jumlah konsumen yang lebih banyak.
“Saya ingin mengembangkan dengan bantuan mesin jadi tidak manual lagi sehingga efisiensi waktu dan tenaga, serta packagingnya juga akan diupdate agar lebih menarik lagi,” ujar Subagia.[T][Ado/*]