SURGA BUATAN ORANG
Surga bunga, dimanakah gerangan sayang?
Bunga-bunga itu mencariku….
Tunggu kau disana! Jangan layu ya,
dan tolaklah yang memetikmu
Aku kan masuk tamanmu,
dan hanya aku menatap – menghirup wangimu.
Jangan bergerak hai bungaku!
Apa kau sayang pada kembara makhluk jantan bersayap hitam
Bunga dan taman tak menjawabnya,
dunia sedang sibuk berpesta
Kalau begitu, redakan kemarahan orang miskin kampung urban;
berikan ribuan ikat bunga krisan dan mawar
Mawar itu bunga Fatimah di surga
ditanam di bumi untuk obat pusing si pecundang, hiburan para pemenang undian kebenaran.
/Babakan Cinta, 15 Juni 2020
SAJAK LAHIR SEPERTI KANAK
Ini desir hati mengantarkan puisi
Kata kata dari hening tembus langit
Anak burung mencari pakan sendiri
Ini denyut jantung meniupkan kidung
Selaksa nafsu dibatas dikurung
Puisi adalah kuda dipandu
Kabut lembut menurun
sehelai sayap
seliar asap hutan
suhunan rumah
jiwa merah kembara
sajak membuka taman
Anak-anak itulah taman bunga di dunia
Kejujurannya, suara Tuhan di benak.
/bukit Padalarang, 21-22 Mar.2020
MENYUSURI LABIRIN
musim panas ke musim dingin,
tak menentu, prakiraan muskil
kemarau pergi, hujan setiap hari
ke pasar kerap dirundung sedih,
jalan masuk kampung, o kuyup perih
malam-malamnya dikuasai mimpi sedih,
rasa kemalangan sempurnakan tangis
arus air terakhir masuk ke laut pasang;
lari-lari di labirin, senyap padat merayap
Gulmanya sibuk membangun istana lembab,
aku salut pada rumput liat – tulus mencintai kabut,
bila tidur, ia lelap di celah batu batu situs berlumut
Ucapkan pada musim buah-buahan!
dirimu tak takut kehilangan kesementaraan,
Tuhan maha setia menemani di jalan kebun jajahan
yang terjauh, terpencil dari incaran bujuk rayu,
tanpa kata kata menjamuku dengan anggur ungu.
Kepedihan habis di angkut debu gedung
yo kita bernyanyi! Ratap sesal bisa memilih waktu
mengitari labirin batu-batu putih,
aku sering memelototi budak Azazil abad ini:
dibawa angin
di hembus panas dingin
lelap di bumi
/bukit Padalarang, 13Juli2022
DIGITAL ITU HEWAN KOTA
: perkawinan emosi
Digital ya digital itu kota dijajah hewan
Ada sistim sarap, otak, mata, tangan gatal,
dan naluri berkuasa, kata memasung mata
Digital ada bahasa kota yang sama,
bunyinya persis derai derai cemara tua
Orang desa ikutan kerbau di layar gawai
Digital ya kota semua rasa, berputarnya roda cinta, sedang kepalsuan, kesementaraan, kebencian, menanti berhamburannya berita rahasia yang galak, yang susah ditebaknya – kapal ajalnya
Warta cepat menyebar masuk darah,
seperti kanak kanak haus pujian, terus berlarian
ingin cepat menyampaikan kabar,
lebih keras dari teriakan wanita nakal yang keluar pagar rumahnya,
jumpa pelampiasan – turun di jalanan
Digital, ya digital itu kota dijajah hewan.
Aku menatapmu di tengah gelap
cahaya seluler jadi tumpuan jalan
Tak kubiarkan sajak lepas sendirian
sebelum semuanya jadi sampah,
aku balikkan ke tanah biar jadi sejarah,
sementara matamu terpaut layar,
cahaya buatan jadi dewa pujaan
Ah dunia menantang kita
Tak perlu ciut, atau berangasan
Pengharapan dan penghiburan,
keduanya bisa ada dimana saja
juga di kuyup radiasimu, sayang.
/Padalarang, September 2021
KORAN KENANGAN DIGITAL
cepat dikirimkan
sajaknya beterbangan
dimuat cahya
mesin ketik kenangan
hurufnya berloncatan
Oh penyair muda ditinggal ibunya!
singgah sejenak
kolom penyair muda
koran kenangan
maut tema sajaknya
kereta sebagai rumah
Oh penyair gelandangan malin kundang!
lama menghilang
media cetak jejak
koran majalah
berpindah ke cahaya
puisi dunia maya
Oh penyair gelandangan layar kaca!
senyum diunggah
yang jauh pun mendekat
puisi kaca
tanpa menunggu lama
jempol biru emote merah
Oh penyair dipeluk dicium digital!
Bandung, September 2021
LIRIK GAGAK RANTAUAN
gagak hitam di mata manusia
bukanlah kerna kemiskinan mendera
lecutan cemeti ujungnya batu
harapan rakyat kerap dibungkus lagu
daun guguran di batu berlumut
Kukalahkan hasrat ingin unggul
tak lebih tipuan pesona wanita cabul
menapak situs
cermin di saku jatuh
terkubur lumpur
burung gagak di dahan kering
suara – seirama ranting terbanting
o alis tipismu paling mudah kulukis
matamu itu jutaan tahun mengerling
tanpa kenal keakuan yang setipis kulit ari;
mengaji ribuan kitab, menulis sabda para nabi
terkencing dalam irama musik etnik
/bukit Padalarang, 26 April 2020
[][][]