Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, menjadi pilihan untuk menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) pengolahan garam tradisional. Desa Les dipilih tentu saja karena di desa itu memang masih terdapat ladang garam tradisional dan warga yang mengolah garam secara tradisional.
Bimtek diselenggarakan Senin 7 November hingga Jumat 11. November 2022. Bimtek diseleenggarakan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali sesuai dengan Surat Edaran (SE) Gubernur Nomor 17 Tahun 2021 tentang pemanfaatan produk garam tradisional lokal Bali.
Yang menarik dari Bimtek ini tentu saja karena pelatihan dan bimbingan itu dilakukan di ladang garam secara langsung, bukan dilakukan di gedung mewah di kota.Jika dilakukan di kota, tentu saja petani garam akan meninggalkan pekerjaannya untuk berangkat ke kota.
Namun di Desa Les, bimtek pengolahan garam dilakukan di ladang garam milik warga. Artinya, warga tinggal bekerja, dan para pembimbing atau Pembina atau pelatih dari berbagai lembaga datang ke ladang garam itu untuk memberikan bimbingan.
Pembimbing dari Disperindag Baliyang diwakili penyuluh ahli muda dan fasilitator lainnya datang langsung ke tempat pembuatan garam dan secara langsung melakukan sharing dan mendengar persoalan-persoalan nyata para petani garam di ladang garam.
Petani garam di Desa Les serius ikut bimtek dari Disperindag Provinsi Bali
Penyuluh ahli muda yang datang itu adalah I Dewa Agung Gede Purnama. Ia berada di Desa Les selama lima hari mendampingi kelompok garam Desa Les untuk mencari tantangan-tantangan ke depan bagi petani garam untuk mengolah garam secara baik dengan hasil yang berkualitas.
Hadir beberapa fasilitator dari swasta dan komunitas seperti Ketua Kelompok Garam Amed, Karangasem I Nengah Suanda. Hadir juga konsultan kemasan UKM Bali Putu Rupani. Hadir pula petugas dari Dinas Koperasi Perdagangan dan Perinduatrian Kabupaten buleleng dan perwakilan dari Badan Pemeriksa Obat dan makanan (BPOM) Bali.
Dewa Agung Gede Purnama mengatakan, betapa penting membuat koordinasi yang sinkron antara lintas stakeholder. Mulai dari pelaku industry kecil dan menengah (IKM), Pemerintah Desa, dinas terkait di kabupaten sampai dinas terkait di tingkat provinsi. Dan petugas penyuluh atau pembimbing memang sebaiknya lebih sering melakukan perjalanan ke lapangan untuk mendata, melihat dan berdiskusi untuk mendorong semua pelaku IKM di sentra-sentra di desa.
“Dengan role model bimtek di lapangan langsung seperti ini kita akan mengetahui lebih detail persoalan, dan masyarakat diharapkan bisa memiliki minat kewirausahaan, tidak hanya membuat produk saja,” kata Dewa Agung Gede Purnama.
Dewa Agung Gede Purnama berharap petani garam Desa Les dapat meningkatkan kemampuan dalam mengemas, berproduksi dan menjaga hygienitas dari hasil produksi garamnya. Untuk itulah dilakukan pendampingan kelas industri petani garam terkait kualitas dan pengemasannya.
“Manajemen pemasaran juga harus dilatih guna percepatan serapan produk ke pengguna,” kata Dewa Agung gede Purnama.
Di sela-sela bertemu dengan kelompok garam, tim juga bertemu dan sharing dengan kelompok petani arak, gula juruh. Selain itu juga berkunjung ke kelompok petani minyak tanusan serta potensi kakao Desa Les.
Garam yang dihasilkan oleh kelompok petani garam di Desa Les, Tejakula, Buleleng
Berkeliling bertemu dengan banyak petani, dan pelaku IKM, menurut Dewa Agung gede Purnama, adalah tujuan dari apa yang selama ini diprogramkan oleh pemerintah Provinsi Bali.
“Mengingat potensi yang dimiliki Desa Les sangat banyak sehingga perlu dibuat pendataan yang komprehensif,” imbuhnya. .
Menurut Dewa Agung Gede Purnama, selain bimtek ke pelaku IKM, kegiatan ini juga sangat penting untuk mendorong kegiatan wisata, karena dengan begitu kegiatan para pelaku dan produk IKM ini akan dicari oleh wisatawan dari hari ke hari. [T]