Mewujudkan pengorbanan raga dan jiwa serta material demi pelayanan kepada dharma adalah yadnya tertinggi. Karena hakekat pelayanan memang seperti itu, bagaikan orang tua melayani kebutuhan jasmani dan rohani anak-anaknya. Demikianlah kebenaran yang diajarkan oleh Kemaha Kuasaan-Nya melalui pelayanan-Nya kepasa seluruh ciptaan-Nya.
Kesadaran, keyakinan, keberanian dan kesungguhan ditumbuhkan demi pembangkitan semangat dikala nafas terengah-engah, badan terkadang lesu, menghadapi aneka masalah agar bisa selalu bersahabat dengan masalah. Realitas pelayanan inilah dilukiskan dengan nama Nila Kanta, Dewa Shiva selalu minum racun atau pahitnya setiap masalah yang datang agar mendapat solusi terbaik.
yang mensejahtrakan. Karena nama Shiva berarti sejahtera. Pelayanan suci Itulah hakekat kebenaran. Kesadaran menempatkan diri pada pelayanan di kaki-Nya adalah perjuangan atau karma menyamakan hakekat, karena kesamaanlah yang “menyatukan”. Agar dapat mengenal dan merasakan kebenaran sifat kemahakuasaan Sang Pelayan Utama yaitu menyatu dalam pelayanan.
Saat itulah detik-detik waktu penentuan sikap mental, kecerdasan spirit dan kekuatan jasmani bersatu menentukan harkat serta tingkat ketulusan yang selalu berlapis menjauh semakin tinggi. Realitas kebenaran inilah barangkali disebut jalan parawidya atau pendakian spiritual, yang selalu dikejar oleh para suci untuk mencapai “pembebasan”.
Gerak remanasi untuk mencapai puncak-puncak kebahagiaan, diturunkan kembali sebagai proses emanasi kepada para bhakta, murid-murid yang betul-betul merindukan lalu diserap sebagai proses edukasi pemberdayaan spirit yang terus berlanjut.
Saat-saat seperti itu tuntunan dan arah selalu diberikan dalam kebersamaan duduk dekat di kaki Guru yang disebut upanisad, sehingga perbaikan demi perbaikan sikap mental dan prilaku terjadi dengan sendirinya. Sinergisitas antara Pelayan dengan yang dilayani bersatu menembus kegelapan, dengan dasar kewajiban masing.
Seorang Guru berkewajiban menuntun murid-muridnya demikian pula seorang murid wajib melayani gurunya dalam proses edukasi, yang terus berlanjut. Ketika kesadaran terhadap swadharma ini terpelihara terus menerus, maka saatnya Sang Waktu tiba membuka dan mengalirkan berkat pembebasan, lalu menyatu dalam lautan kedamaian
Semoga menjadi renungan dan refleksi. [T]