Film “Balada Si Roy” yang sedang jadi perbincangan di kalangan anak muda Indonesia diputar dalam ajang BaliMakarya Film Festival di Park 23, Kuta, Bali, Selasa malam 18 Oktober 2022. Hadir dalam pemutaran itu sutradara Fajar Nugros dan pemeran Si Roy, Abidzar Al Ghifari.
Fajar Nugros tampak senang film itu di BaliMakarya Film Festival. Di sela-sela pemutaran film itu ia mengingatkan Bali sebagai tujuan wisata internasional yang lingkungannya mesti tetap terjaga. Wawasan anak-anak muda Bali harus terbuka, sehingga industri pariwisatanya bisa menyeseuaikan zaman dan selalu relevan.
Selain itu, kata Fajar Nugros, anak muda Bali jangan meninggalkan kearifan lokal dan karakter Bali. Anak-anak yang mencintai daerahnya, mereka akan membuat daerahnya menjadi lebih baik. Kalau ada upaya-upaya yang tidak pas, mereka akan kritik. Anak muda mesti menjaga lingkungan agar lebih baik, karena anak muda itu tidak mempunyai kepentingan sendiri. Inginnya asyik, maju daerahnya
Karena ia punya harapan besar terhadap anak muda di Bali, Fajar Nugros datang pada saat pemutaran film Balada Si Roy di Bali. Padahal saat iu ia tengah melakuka promo film yang lain.
Fajar Nugros meluangkan waktu untuk datang ke Bali untuk menyaksikan langsung respon anak-anak muda Bali terhadap film yang syutingnya dilakukan di daerah Pantai Kalianda, Sumatera Selatan itu.
“Saya apresiasi Balimakarya, karena Balada Si Roy bisa masuk dan diputar,” katanya.
Balada Si Roy ini mengisahkan anak muda yang harus berani berjuang untuk lingkuangnnya harus lebih baik. Kalau ada yang tidak baik, maka ia harus bersuara, harus bengkit berjuang agar tatanannya lebih baik, dan anak muda Bali da daerah lain harus berani bersuara.
“Ketika Balada Si Roy tayang di Bali, saya meluangkan waktu untuk melihat reaksi teman-teman di Bali. Anak muda di Bali ternyata merespon sangat baik. Selesai menonton mereka menjadi lebih semangat, sehingga ada harapan saya bisa tercapai,” kata Fajar Nugros yang berasal dari Yogyakarta ini.
Balada Si Roy ini kisah yang sentimental. Novelnya sangat lama tahun 87-an, dan akhirnya bisa ditayarangkan untuk publik untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tayang di festival Jakarta Film Week Jakarta.
Itu juga menjadi tantangan terbesar, novel populer jaman dulu, tetapi bisa dilakukan anak-anak di jaman sekarang.
“Setelah berhasil menemukan kuncinya, yaitu anak muda dulu dan jaman sekarang memiliki sifat sama yang selalu ingin memberontak, ingin berbuat sesuatu untuk lingkungan. Cerminannya itu tetap sama, bahwa Roy jaman dulu dan relepan dengan era sekarang,” katanya.
Tantangan yang lain, adalah mencari alat-alatnya yang sesuai dengan di tahun 87-an, seperti mencari makeup, alat-alat, gestur dan gaya bicara agar sama seperti di tahun 80-an, disamping tantangan pandemi. Menghidupkan novel tahun 1987 yang harus tetap relevan bagi anak muda di era sekarang.
“Melalui karya film Balada Si Roy ini, saya berharap anak muda harus peduli dengan lingkungannnya, tak boleh cuek, dan anak muda mesti berjuang untuk lingkungannya. Dengan begitu tatanan kedepan akan lebih baik dan society lingkungan menjadi lebih baik pula,” tegasnya.
Balada Si Roy diadaptasi novel dengan judul yang sama karya Heri Hendrayana Harris atau yang lebih dikenal dengan nama Gol A Gong. Balada Si Roy bercerita tentang anak muda bernama Roy yang harus berjuang bersama ibunya pasca-ayahnya meninggal saat mendaki Gunung Kerinci.
Dalam film ini, Roy digambarkan sebagai anak muda yang ramah dan mencintai lingkungan yang memiliki hobi naik gunung serta memelihara anjing bernama Joe.
Lalu apa kata Abidzar Al Ghifari?
“Balada Si Roy ini menjadi film pertama saya yang rilis sebagai pemeran utama,” kata Abidzar Al Ghifari.
Abidzar Al Ghifari mengatakan, sebelumnya saya tak penah menjadi pemain utama, selalu menjadi sporting saja.
“Ini tantangan terbesar saya yang selama ini saya alami, karena semua prosesnya baru kenal, ada metode-metode yang harus dipelajari. Menguasai cerita, bukan perkara sekadar menghapal, tetapi mengerti apa yang diingingan sutradara, selain penjiwaan,” katanya.[T][Ado/*]