BULELENG | TATKALA.CO – Hingga kini Pasar Banyuasri di Singaraja, Bali, yang megah ternyata belum bisa mendatangkan penjual maupun pembeli sesuai harapan. Untuk menarik pengunjung datang ke pasar itu, sebagian gedung di pasar itu akan dimanfaatkan sebagai Mall Pelayanan Publik (MPP).
Gedung yang digunakan sebagai MPP itu adalah gedung-gedung yang kosong. Dan rencananya i MPP ini diintegrasikan dengan UMKM-UMKM di sekitarnya.
Hal itu dikatakan Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana di ruang kerjanya, Selasa (4/10/2022).
Menurut Lihadnyana, MPP ini akan bisa mengundang orang banyak berkunjung ke Pasar Banyuasri. Apalagi, MPP di Pasar Banyuasri ini akan diintegrasikan dengan ruang-ruang yang dimanfaatkan untuk memajang dan menjual produk UMKM.
“Dengan begitu, pasar akan benar-benar ramai, terpadu, dan terintegrasi. Kita juga akan berkomunikasi dengan pengelola pasar untuk hal ini,” kata Lihadnyana.
Sebelumnya, ada rencana untuk pembangunan gedung baru untuk MPP. Namun, pemanfaatan Pasar Banyuasri ini lebih memiliki efek. Gedung-gedung megah yang masih tidak dimanfaatkan, bisa terisi oleh MPP.
Kemudian, dengan adanya pelayanan satu pintu akan menarik masyarakat untuk datang. Di sekeliling MPP juga akan ada tempat untuk pemasaran produk-produk UMKM. “Sehingga, antara MPP dan produk-produk UMKM komplit menjadi satu kesatuan. Dan di bawahnya ada pasar tradisional. Pasti bermanfaat,” ucap Lihadnyana.
Lihadnyana mengatakan, MPP merupakan tempat terpusat untuk pelayanan publik. Tidak lagi terpencar dan cukup di satu tempat. Melalui diintegrasikannya MPP dengan tempat pemasaran produk-produk UMKM, pengunjung juga bisa langsung melihat-lihat produk itu.
Selama ini terdapat banyak produk-produk UMKM di Buleleng. “Tetapi, produk-produk UMKM belum terwadahi dengan baik,” kata Lihadnyana.
Sebagai langkah persiapan, Lihadnyana juga akan mengecek terlebih dahulu status lapak-lapak pedagang di pasar itu. Apakah ada hak sewa dan juga perjanjian di dalamnya atau bagaimana.
Untuk perencanaan ini, kata Lihadnyana, perlu adanya pembahasan lebih lanjut. Sesegera mungkin ada pembahasan dan seluruh pihak duduk bersama untuk membahas pemanfaatan Pasar Banyuasri sebagai MPP. Termasuk instansi yang akan memberikan pelayanan publik.
“Saya inginnya lebih cepat lebih baik,” ujar Lihadnyana.
Sebulan Menjabat
Pada 4 Oktober ini genap sebulan Lihadnyana menjabat sebagai Penjabat Bupati Buleleng. Dalam acara interaktif di Radio Nuansa Giri, Ketut Lihadnyana mengungkapkan keberhasilannya menghadapi masalah inflasi di Buleleng yang sebelumnya sempat mencapai 5,3% akibat kenaikan BBM.
Pengalaman yang telah dimiliknya mengenai penanganan inflasi digunakan sebagai acuan menyusun strategi untuk menurunkan tingkat inflasi itu.
Lihadnyana menegaskan penanganan inflasi di Kabupaten Buleleng mulai dari menangani manajemen produksi dan kesenjangan manajemen distribusi. Hal itu dilakukan dengan menggandeng Perumda Pasar Argha Nayottama dan Perumda Swatantra untuk terjun langsung serta mengamati perkembangannya.
Selain itu, kata Lihadnyana, dilakukan juga koordinasi antar daerah di Bali untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan pokok di Kabupaten Buleleng. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) di pusat September, dari 88 kota yang ada di Indonesia, Bali menempati urutan ke-5 inflasi daerah terendah.
“Jadi apa yang kita lakukan dengan aksi nyata itu membuahkan hasil,” kata Lihadnyana. [T][Ado/*]