AIR DANAU GUNUNG
Aku berjalan ke hulu, naik ke danau gunung
Di sana hidup mulai, hidup dirawat, budaya terbentuk
Orang-orang menari, di atas air, bernyanyi
Warna bertebaran di atas kain suci, menghias
Seolah pemandangan alam tidak cukup cemerlang, sepertinya
Suara dan gerakan alam perlu ditiru.
Ini adalah persembahan untuk Betara Ibu, asal muasal kita
Yang tertulis di sastra kuno, pada buku tua
Tentang simbol, yatra dan mantra, merapuh
Ditinggal waktu, begitu tipis guratannya
Di atas dedaunan.
Tapi orang merangkulnya ketat sebagai arahan suci
Sebagai jalan hidup yang tercipta, hidup terjaga
Dan budaya yang dibentuk oleh air danau gunung.
Bisa kumaklumi pada buku-buku tua itu
Sinar cemerlang kebenaran belum sampai
Tentang adanya bentuk, menjadi rupa
Oleh angka-angka tak terbantah, hitungan
Dari setiap bagian air yang mendasar.
Biarlah mesin bercerita
Yang telah mengantar jauh ke seberang
Nalar dan asal kehendak kita
Dengan menyemburkan angka tak terbatas:
Satu dua satu dua satu dua…
Boleh saja disebut dia abadi maupun kalpa
Sambil kita bentuk Betara Ibu dengan pakaian
Dengan hiasan, suara dan warna yang sama dengan diri kita
Sementara mengabaikan detak perangkat menunjukan
Berakhirnya dan awal kehidupan
Tentang kelahiran semesta dan pikiran
Bentuk segala hal yang ternyata hanya ilusi.
Sekarang aku berdiri di atas lembah
Di depanku air danau gunung terbentang
Risau, terselubung kabut
Dari keserakahan yang berlebihan
Oleh keinginan, melampaui dahaga kita
Mengalihkan aliran alam untuk kepentingan
Kenikmatan dan permainan belaka.
Tapi kita tidak bisa mendengar detik waktu
Dengan perhitungan angka: satu dua satu dua..
Struktur air yang mendasar tak terhindarkan
Ditindas dan runtuh dalam waktu yang lama
Se-kalpa lagi, yang kita abaikan
Sampai semuanya berakhir oleh sinar kebenaran.
Aku berdiri di sini, memikirkan
Cara bercerita tentang orang-orang
Yang menari, menyanyikan lagu sakral
Di atas air
Danau gunung.
Bali 2022
LAUT
Aku tidak tahu kedalamanmu
Aku tidak peduli betapa luas wawasanmu
Yang ku tahu kau adalah laut
Dengan badai yang mengaduk
Rasaku dengan harap dan mimpi
Menghempaskan aku kesana
Dan kesini, berandai-andai
Dengan ilusi.
Bahkan kau damparkan aku ke pantai
Pulau sepi, menelusuri jejak ku sendiri
Di atas pasir, seolah pertanda
Kau ada disana.
Tentu saja buih ombak itu
Segera menghapus ingatanku
Tentang dirimu, terlebih lagi tentang
Mengapa aku selalu merindukanmu.
Bali 2021
_____