MENARA CINTA
di pantaimu laut Lovina
akan kubangun menara cinta
senantiasa menggemakan suara
bercerita tanpa jeda
percintaan abadi perindu dan pencinta
perairan raya
jangan dera aku
aku bukan anak seterumu
si juru sihir
mengayuh biduk batu
kau kutuk jadi serpihan sampan beku
berserakan sepanjang pasir
sebelum menyihirmu
jadi bentangan air luas
senantiasa menggemakan
dengan keras
suara-suara kebencian
aku keturunan penyair mulia
penjelajah samudera
di air menulis tanpa jeda
larik dan bait bercahaya
mengumandang kata-kata mutiara
tantang mencintai dan dicintai
tentang dicintai dan mencintai
di pantaimu laut Lovina
akan kubangun menara cinta
tetap tegak walau berkali-kali langit menimpa
KISAH KENANGAN
walaupun dingin
hangat sekujur badan
tiupan angin
mengurai sinar bulan
jadi kisah kenangan
dia melukis pada cahaya
lambang cinta yang sudah ada
aku melukis pada cahaya
lambang cinta yang belum ada
dia menulis pada cahaya
yang sudah ada
jadi bagian dunia
aku menulis pada cahaya
yang belum ada
dimunculkan ada
jadi bagian semesta
bersama menulis pada cahaya
yang sudah ada
dan lama terlihat
dan belum ada
dimunculkan ada dan terlihat
angin mencatat
dan memberi tempat
pada semua jiwa
pada penjuru semua
bersama menukilkan janji pada pawana
menyatukan berbingkai sinar purnama
sampai kini tak ada tangan
yang memisahkan
yang bisa memisahkan
semakin dingin
semakin hangat badan
tiupan angin
mengurai sinar bulan
jadi kebahagian
CERITA BAGI CHEF NARITA
yang menggoreng ombak berdebur
siang ini di dapur
juru masak bertubuh laut
ganggang tumbuh lebat di rambut
dengan kuali terumbu
berlapis karang
memperdengar deru
berlari kencang
di atas tungku menyembulkan nyala merah
dari rangka kapal patah
berabad-abad karam
setelah topan dahsyat menghantam
terbakar dan tenggelam
bunyi menghentak
dan bunyi gemeretak
bunyi sulingan arus deras
bertahun-tahun mengeras
ditaburkan dengan keras
adapun desis yang jelas terdengar
isyarat agar datang menyaksikan
saat tersaji sebagai hidangan
di atas meja dari lempengan
gelombang beku terdampar
kau, aku, hanya berhak menatap
tak berhak menyantap
kita bahan santapan
menunggu giliran
NYANYIAN LIBERO
bersama bola sepanjang badan
bersama bola sepanjang bayangan
ke mana-mana mencari lapangan
bertahun-tahun, belum menemukan
juga mencari
sampai ke tepi pagi
juga mencari
sampai ke tepi siang
juga mencari
sampai ke tepi malam
juga mencari
sampai ke tepi terang
juga mencari
sampai ke tepi kelam
bahkan mencari
tanpa berhenti berjalan
sampai ke tepi wilayah impian
ketika kepada dunia bertanya
kuterima jawaban
cari dalam raga
dari dalam bayangan
pemain bernama Sang Maha
ketika kutanya
berada di mana
jawaban kuterima
di mana-mana
bersama bola sepanjang badan
bersama bola sepanjang bayangan
aku cemas sesat ke wilayah angan
seketika menjelma kenangan
PANGKUANMU
pangkuanMu adalah musim
tempat keteduhan kekal bermukim
tapi jalan ke tempatMu berada
licin dan berbahaya
terbentang di udara, tipis
lebih tipis dari gerimis
sebab menganga di bawahnya
jurang tak kasat mata
bagaimana langkah kuayun
agar tak tergelincir dan terjun
ke kedalaman tak terhingga
semua pangkuan yang kududuki
lebih panas dari api
cemas jadi abu
belum sedetik tegak kembali aku
ada di pangkuanMu
kurindukan selalu
sambil membayangkan dipangku ibu
ditinggalkannya aku
memangku debu
sepanjang waktu
Bunda Semesta
walau tidak dengan kata
beritahu dengan tanda
tempatMu berada
agar aku Kau pangku segera
DESA MASA TUA
di desa masa tua
yang tampak tak biasa
pohon-pohon tak ada tengadah
dahan dan cabang merendah
mengarah ke tanah
menunjuk guguran daun telungkup
makin kuncup
burung-burung menghinggapi
sayap melekat pada diri
pejaman mata
menunjukkan tak pernah terjaga
semak, perdu, rumput, semua terlihat
berwarna coklat
di jalan tak ada melintas
di udara tak ada memintas
di langit barat sana
tak ada warna jingga
tak ada lembayung sebagai tanda
yang tiada kembali ke tiada
untuk kembali ada
di desa masa tua
yang terdengar suara tak biasa
di angin berderai
di sini waktu segera usai
JALAN IBU
jalan ibu
luas, rata
terang selalu
sebab siang senantiasa
di tepinya anak-anak bermain
bertukar tangkap angin
tidak dengan tangan raga
dengan tangan jiwa
memintamu ikut dalam permainan
tak berkesudahan
memintamu turut dalam keriangan
tak pernah membosankan
teruslah melangkah
menuju bilik cerah
dindingnya berisi nukilan
bayi dalam buaian
bocah di atas pangkuan
besar selalu dirindukan
ikuti marka jalan, semua
menunjuk ke arah sana
teruslah melangkah
menuju bilik cerah
lama menanti
minta kau masuki
minta selamanya kau huni
ada merindukanmu di situ
yang melahirkan
yang membesarkan
pada kehidupanmu dulu
WANITA PERIANG BERDADA BIDANG
wanita periang
berdada bidang
menyebut awal jalan Denpasar
dada perempuan dalam BH besar
menjulang ke angkasa patung besar payudara
dengan bentuk mempesona
berjarak dekat dengannya
pembagi jalan sempurna
melaju di kiri atau kanannya
bertemu lingkaran
dengan serat saling berkelindan
belok kiri jalan terus
belok kanan jalan terus
sampai di ujung jalan terbelah dua
dipisah lubang menawan
ditumbuhi gerumbul mempesona
memantulkan aroma belum pernah ada
melintas di kiri atau kanan
menikung ke kiri atau kanan
bertemu jalan simpang siur
para pengemudi
membunyikan klakson dengan teratur
para pejalan kaki saling memberi tanda
tanda keakraban dengan jentikan ibu jari
dan jari tengah ke udara
berkali-kali ke udara
terus melaju bertemu gundukan
serupa batu di ujungnya cekungan
tak membahayakan yang melintas
dengan langkah pelan
dengan laju kendaraan pelan
atau dengan langkah kaki keras
dengan laju kendaraan kencang
sekencang air mengalir deras
akhirnya bersua
jalan lima jalur
lima lajur
terbentang di ujungnya
perhentian sunyi
pemberhentian abadi
HUTAN HUJAN
: Kadek Kayu Hujan
hutan hujan
hutan bercucuran
tanpa ranting cabang
dahan, daun dan batang
akar di langit menjalar
melingkar-lingkar
burung yang menghinggapi tanpa bercak
kaki, bulu, tubuh, sayap, paruh mengalir
memperdengar suara gemercak
sulit diduga saatnya berakhir
yang menjamah
di telapak tangannya
tertera denah
dan beberapa nama
pohon yang ada di sana
yang menyusuri
sekujur dipenuhi
peta dan nama
semua pohon di sana
juga tanda pohon tertua
berabad-abad di sana
bila ingin tahu asal-usul hutan ini
masuki pohon paling tinggi
tumbuh di areal paling tepi
berjalan dari bawah, tiba di puncak berdiri
kau pun tahu: bermula dari benih
setitik air sangat jernih
_____