Lembaran Lebaran
1.0
Perjalanan bak berhenti
tentang angka
tentang usia
tentang pahala
tentang dosa
tentang neraka
tentang surga
tentang kesabaran,
dan tentang keikhlasan
langkah hidup
demi masa atas nama hamba
2.0
Malam takbir telah tiba
tak terasa mengalir air mata
kesedihan di penghujung,
penyelasan di perbatasan waktu,
menghitung umur
mengundang sejuta rindu
tanpa pernah terlaksana
bayang-bayang ketiadaan, ketidakterimaan,
penggembaraan kewajiban, ketaatan, dan pengabdian
di belantara malam-malam
di hamparan siang terik tak berisik
sejuta asa penuh makna
sekali lagi
tanpa keluh, peluh seorang hamba
3.0
Bulan pergi dengan sendiri
ingin hati bertemu lagi
pengharapan tiada henti
mengulang di kanvas altar penuh arti
menggapai buah ridha Illahi
4.0
Dan kini berganti
syawal, lebaran
putih nan fitri cakrawala suci
seluas bentangan langit kata terucap
sekuat indera dan anggota melangkah
sedalam keyakinan
tentang makna hidup
tergores, terlukis, dan tertulis
di lembaran lebaran
2019
sajak semut dan perkutut di negeri lumut
1
semut dan perkutut
di negeri lumut
bertekuk lutut
di sudut selimut
datang belut
lalu kentut
2
semut dan belut
beradu mulut
sahut-menyahut
turut-menurut
tuntut-menuntut
rebut-merebut
ekor atau buntut
carut-marut
3
dasar semut!
dasar perkutut!
dasar belut!
dasar lumut!
4
semut, perkutut,
belut, dan lumut,
demi isi perut
atas nama salut
lumut luput
patut dan tak patut
larut bergelut hasut
5
hasut-menghasut saling sulut
hasut menghasut saling sundut
hasut-menghasut saling sikut
hasut menghasut hingga kusut
hasut-menghasut hingga kalut
hasut-menghasut hingga kemelut
hasut menghasut hingga akut
hasut-menghasut hingga kalang kabut
hasut-menghasut jadi maut
2019
Anak-anak pandemi
Bayi kecil kurus terkulai
tergeletak tertidur di lantai
beralaskan sehelai kain pantai
di kamar kecil di dusun tengah kota
Setelah jam yang lalu,
bayi menangis tersedu-sedan
hingga air matanya tak lagi berderai
tangan mungilnya bergerak meraba tubuh sang ibu
Bayi sehari tak tersusui
apa daya susu tak punya
tetek ibu tak lagi mengeluarkan ASI
air putih mendidih bercampur beras
tak sanggup menipu
Sang ibu memeluk, air mata meneteskan
tangan mengusap pipi sang bayi
lalu berkata;
“Bersabarlah Nak, bapak segera pulang membawa susu.”
kata-kata yang sama beberapa jam yang lalu
kalimat pengobat penenang hati
Sang kakak mendekati dan memeluk ibunya
berbisik lirik; “Ibu kakak lapar sekali.”
ibu membalikkan badan
telinganya mendengar begitu jelas
bunyi perut keroncongan
tangannya ibu memegang perut anak
lalu memeluk anaknya dan berkata;
“Bersabarlah Nak, bapak segera pulang membawa makanan.”
“Bapak kapan pulangnya?”
“Ya, sebentar lagi.
Bersabarlah Nak, bapak segera pulang membawa makanan.”
Kedua anaknya tertidur dengan keadaan haus dan lapar
Ibu bangkit dan beranjak
bersandar di daun pintu kayu
matanya memandang
kota sejuta harapan dan impian
kota penabur bunga kerinduan
kota cinta dan kasih sayang
kini berubah menjadi kota mati
kota tempat mengubur mayat dan jenazah
ia pun teringat kata-kata terakhir suaminya;
“Aku di-PHK
aku akan cari kerja
hanya beberapa hari saja
rawatlah anak-anak kita.”
Rasa sedih menoleh melihat kedua anaknya,
dipeganginya perutnya
“Ini sudah sembilan bulan.
mengapa engkau tak kunjung pulang.
anak-anak belum makan.
anak-anak lapar.”
Tangannya memegangi perutnya yang kosong
tak makan beberapa hari ini,
sedih, iba dan pikiran tak karuan
ia kini lemas
dan terkulai
2020
Di sepanjang jalan durian
Di sepanjang jalan durian
pedestarian di tengah kota denpasar
penuntas jalan kaliasem
bertemu jalan veteran
kau buka tanda kopi propaganda,
melangkah melewati kopi satu,
mendekat di kopi terdekats,
menuntun sebuah cerita;
Di sepanjang jalan durian
kisah impian terpendam
harapan memupuk kasih sayang
tentang perihal hidup nan panjang
tentang kenistaan dan kemulian
tentang sunah dan kewajiban
tentang hamba dan tuhan
Di sepanjang jalan durian
jika mendung pertanda perundungan
maka, apakah aku terjerumus
dalam asmara kepalsuan?
jika gerimis pertanda picisan
maka, apakah aku terjebak
dalam syahwat kerinduan?
jika hujan pertanda kebaikan
maka, apakah aku tertolong
dalam cinta atas nama kebahagian?
dan mendung, gerimis, hujan datang
maka, tampak medium garis penenang
Di sepanjang jalan durian
tiga hati berkecamuk meniti
suka, duka, cinta, dan cita
berselimut kerinduan
awan mendung
langit gerimis
bumi hujan
pagi, siang, malam,
tak pernah sepi
hingga dini hari sunyi
di akhir cerita
asa mendera ridha sang pencipta
2020
tikus-tikus pandemi
Tikus elit rapat di istana sempit
cokelat, hitam dan berkantung
jinak, ramah sekaligus cerdas
pas mengenakan setelan jas
mondar-mandir membahas
rencana berkelas!
Mencit perut buncit
keluar dari rumah sebelah
di mulutnya tersisa kayu kecil
gigi atas dan bawah memanjang
maklum baru diasah bakul milik tuan
Tikus elit bertemu mencit
menyapa dan bergerombol
mengobrol sepakat bersekongkol
target sayur jengkol dan tongkol
Tikus abu-abu semakin kurus,
diam di depan kamar
tak lama tikus betina keluar
bersama 10 ekor bayi tikus kembar
tikus abu-abu bengong
tak ada makanan, menunggu bantuan
Tikus atap berdiam di atas lemari,
mengintai tikus tamak, rakus dan tak berhati
alih posisi sembunyi di laci
Tikus monster tiba-tiba mendobrak
tubuh sebesar tangan atau kaki ini berontak
marah, berat badan turun dari 1,36 kg,
membawa banyak makanan
Tak berselang lama datang tikus got
ekor pendek dan tubuhnya berotot
tikus monster dan tikus got berkomplot
tak peduli basah-basah
masuk di saluran berbau amis
malam mencari
siang terdiam
dan pagi beraksi
Tikus abu-abu
melarat dan sekarat
jatahnya hanya seperempat
diambil para tikus laknat!
tikus monster dan tikus got ditangkap
terperangkap, operasi tangkap tangan tikus atap
tikus elit dan mencit beserta kerabat ikut terjerat
barang bukti sayur jengkol dan tongkol yang masih hangat
mereka diikat menunggu keputusan hukuman berat
tikus abu-abu selamat
bersatu menjadi kerabat
2020
- Puisi-puisi ini termuat dalam buku kumpulan puisi Anak-anak Pandemi