AYAM TERTAWA
Kudengar ayam berkokok, suaranya mirip
orang tertawa. Menertawai kemalangan
yang kian hari dianggap lucu dan biasa.
Bumi bergetar, terjadi gempa di banyak tempat,
sementara kita sibuk menulis status di media sosial;
itu kebodohan atau kemajuan, aku tak tahu pasti.
Basa-basi biasa kita ucapkan, tanpa mau
rasakan kesedihan kaum papa. Di negeri ini,
kini banyak orang kaya baru bermunculan.
Omongan mereka selalu dipercaya, walau tak
bermakna apa-apa. Terdengar indah, seperti
motivator terkenal di siaran radio dan televisi
Hidup untuk diri sendiri dan keluarga dekat
Tak pernah memikirkan semesta yang sekarat
Harta membuat mereka silau dan lupa diri.
Tangan yang memberi itu lebih jauh berarti
Asalkan tak diketahui orang, atau swafoto agar
banyak orang tahu mereka adalah dermawan.
Jika itu dilakukan, kita hanya seperti ayam,
menepuk dada dan bersuara mirip tertawa
Tanda keangkuhan yang tidak kita sadari.
2021
PERCAKAPAN SORE
Setelah ini, aku akan terus menulis. Bukan hanya soal terapi,
lebih jauh dari itu; aku hanya ingin bermain-main. Dunia kini
bagiku adalah taman bermain, tempat senda-gurau abadi.
Kita mesti terus hidup, bukan? Kewajiban yang baiknya
dijalankan dengan kesadaran, meski kadang berat dan berliku.
Jalani peran dengan bahagia, tak bertanya apa tujuan ini semua;
seperti eksistensialis yang kau singgung pada percakapan kita.
Minum kopimu, aku membuatnya khusus sebagai kawan.
Asap rokok penuhi ruangan, keluar perlahan melalui jendela
dan lubang angin, pada tahun penuh kecemasan. Wabah tak
kunjung usai, kesulitan hidup beri petunjuk dan hikmah.
Lukisan dan puisi yang kau buat bagus. Keadaan jiwa
bahagia sekaligus resah. Teruslah berkarya; tidak untuk
apa-apa, selain untuk hidup dan merayakan kehidupan.
2021
HUJAN BERHENTI SAAT KAMI SAMPAI
Selepas hujan, kami tiba di tujuan. Desa telah lama menjadi kota,
petani tinggal sedikit, gontai menuju sawah-sawah terakhir.
Turis tak berbaju melaju kencang di jalan, kemerdekaan yang
tak dirasa di negerinya.Berselancar di pantai yang kini sepi sekali.
Burung kudengar berkicau, di kabel listrik tak beraturan, pemandangan
biasa negara dunia ketiga. Banyak hal yang masih kusut dan semrawut.
Kami berselisih tentang hujan, sementara air menerjang dari mobil
sebelah, basahi baju seragam yang baru tadi kau setrika rapi.
Mesin absen kabarkan keterlambatan, itu artinya ada uang yang
akan dipotong. Aturan adalah kesepakatan, walau kau pulang telat.
Kusut dan berdebu, rambutmu berbau abu. Aku masih mencintaimu,
seperti dulu pertama kali bertemu. Percaya cinta berujung bahagia.
2021
PARANOIA
Virginia, apa yang kau pikirkan? Seharian mengurung diri di kamar, bersama lembaran kertas sebagian berserakan di lantai. Kau belum makan dari kemarin, beberapa kali pembantu kita mengetuk pintu kamar, engkau bergeming. Itu membuatku khawatir.
Ingatkah engkau, di peron stasiun kau terlihat cemas. Kemana-mana aku mencarimu, aku takut kau tersesat di desa yang baru kita tinggali. Kau pernah berkata tak betah dengan suasana sepi dan ingin kembali ke kota asalmu.
Aku mengkhawatirkanmu. Tak pernah terbayangkan, jika mimpi-mimpi dalam tidurku menjadi nyata; kau dirawat di rumah sakit jiwa, berada di ruang isolasi, kaki dan tanganmu diikat. Kau melawan sekuat tenaga, hingga perawat dan penjaga sal kewalahan.
Bukumu disukai banyak orang, beberapa dari mereka menulis surat untukmu. Kau penulis jenius. Kuharap semua baik-baik saja, sayangi dirimu, engkau berharga. Kau bisa bicara tentang apa pun padaku, seperti percakapan dalam cerita yang kau tulis. Kelam, gambaran hati dan jiwamu.
2021
RIWAYAT PENYAIR
Subuh sebentar lagi tiba,
aku menunggu dengan sabar.
Kamar dingin. Suara burung
kabarkan kemerduan hari berlalu.
Kelam jiwa penyair asing
Puisi-puisi penuh luka
Membaca itu aku teringat diri
Kami punya duka yang sama
Lapar membuat tidur tak nyenyak
Sementara lukisan—juga puisi—
tak hasilkan apa-apa.
Kita tak bisa makan dari itu.
Wabah tunjukkan sifat asli;
Individualis dan egois.
Bunuh diri pilihan bodoh.
Itu aku pahami kini.
Lari dari peperangan,
Kenyataan di depan mata.
“Bertempurlah, hadapi semua!”
Sahabat sejati berkata padaku
Meringkuk aku dalam gelap.
2021
LAGU CINTA UNTUK TUHAN
Tuhan, sudah jauh aku berjalanan
Kerap kali melupakan nama-Mu
Tersesat aku di tempat yang asing
Aku tak lagi lantunkan doa-doa
Dini hari ini aku terbangun
Mimpi buruk ingatkan aku
Wajah kematian menakutkan
Berpaling aku pada rupa-Mu
Masihkah ada kesempatan itu
Kau menghiburku kala sedih
Menegurku saat aku lengah
Betapa baik dirimu, Tuhan
Engkau kekasih diri ini
Beri aku satu petunjuk
Dunia buatku terlena
Jauhkanku dari-Mu
2021
____
KLIK UNTUK BACA PUISI-PUISI LAIN