Pada setiap Pesta Kesenian Bali (PKB) selalu ada legong klasik. Tarian itu bisa dipentaskan secara tersendiri, secara khusus. Namun banyak juga palegongan klasik diselipkan dalam pergelaran lain, semisal gong kebyar atau pergelaran tari-tari lepas secara umum.
Dan, palegongan klasik tak pernah terasa menjemukan di tengah banyaknya kini tercipta garapan palegongan kreasi dari koreografer muda Bali.
Lihatlah pada Senin, 13 Juni 2016. Sanggar Seni Manik Sidhi, Desa Jempeng Abiansemal, Badung, mementaskan Palegongan Klasik yang disajikan apik dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44, di Panggung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali.
Bukan hanya tak menjemukan. Sanggar Seni Manik Sidhi dalam penampilannya juga seakan mempertunjukkan bahwa kecerdasan orang Bali dalam memuliakan air tidak saja terkandung dalam cerita-cerita lokal, melainkan juga dalam garapan karya seni tabuh dan tari, salah satunya adalah Palegongan Klasik.
Sanggar itu menampilkan empat garapan seni baik tabuh maupun tarian, Sanggar Manik Sidhi mengimplementasikan tematik PKB Danu Kerthi, Huluning Amreta, Memuliakan Air Sumber Kehidupan, yang diaktualisasikan dalam olah nada dan gerak nan inovatif serta padu.
Salah satunya garapan berjudul Tabuh Pancaka Tirta yang mengambil kekayaan potensi kearifan lokal Pancoran Watukurung di Desa Jempeng.
Ketua Sanggar Manik Sidhi Wayan Kartika mengungkapkan, Pancoran Watukurung merupakan salah satu sumber mata air yang ada di Desa Jempeng, pancoran ini berjumlah lima, yang kelima airnya keluar dari lima sumber mata air yang berbeda.
“Berdasarkan kearifan lokal tersebut penggarap mencoba menuangkannya dalam barungan Gong Semar Pegulingan dengan sentuhan serta pola garapan kekinian yang kreatif dan inovatif dengan memfokuskan angka 5 sebagai penafsiran dari ide tersebut, sehingga terciptalah Tabuh Kreasi dengan Judul Pancaka Tirta,” ungkap Kartika.
Berikutnya, sajian tari Legong Kuntul merupakan tarian yang menggambarkan karakteristik burung bangau atau kokokan. Tari legong Klasik ini menceritakan tentang bagaimana kebiasaan burung bangau atau kokoan tersebut dalam mencari makanan, terbang dan bermain bersama-sama.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh 2 sampai 8 orang penari wanita. Melodi dan gerakan yang sangat khas, memperindah keseluruhan tarian yang sangat klasik ini.
Pada tahun 1995, I Wayan Sinti merevitalisasi iringan tari kuntul dengan gayanya yang khas, dalam ajang Pesta Kesenian Bali yang diwakili oleh sekhe gong Desa Sedang. Dua garapan lainya adalah tabuh petegak Sekar Taman dan tari legong kreasi Suranadi
Ketut Kartika menuturkan persiapan untuk tampil di PKB tahun ini selama 3 bulan. Pandemi tak menyurutkan kreativitas generas muda di Desa Jempeng untuk berkarya.
“Semangat generasi muda cukup tinggi apalagi dipercaya menggarap palegongan klasik, mewakili daerah antusiasnya luar biasa, kerinduan seniman kami tampil paska pandemi membatasi aktivitas berkesenian, menjadi motivasi tersendiri,” terang Kartika.
Ia menyambut baik, pergelaran PKB tahun ini menyajikan garapan-garapan legendaris.
“Saya secara pribadi sangat menyambut baik menyajikan garapan legen di panggung PKB yang telah berjalan empat dekade, intinya perlu kita melihat kembali karya-karya monumental terdahulu, untuk kita jadi acuan kekaryaan sekarang, intinya kita tetap melakukan pengembanganya tanpa meninggalkan tradisi,” katanya. [T][Ado/*]