TILEM
Tilem
cemasku laksana gadis dengan haid pertama gelisahku bak pengantin di tepian ranjang malam pertama
Tilem
kumohon jangan pergi
pergimu adalah pendar rembulan memantulkan bayang
aku tak ingin menatap
(06. 2019)
RA
di bangsal rumah sakit
di atas ranjang berbalut infus kau mengeja meditasi rasa
entah bagaimana muasalnya baskara jingga jatuh
tiba-tiba tersungkur di tubuhmu
surya di tubuhmu luruh
dalam lorong sempit jarum suntik di jari lentik suster cantik
kini seperti parasit
binar suryamu menerangi ribuan Aku yang ratusan hari telah terpapar gulita
rasanya aku tak habis pikir rasanya aku tak ingin percaya
sukarelawan nomor sembilan belas
: dirimu Ra gadis lugu bermata pelangi
dengan ceruk pesona di sepasang pipi
terbang melayang sembilan belas putaran
dengan sayap yang tumbuh di bahu indahmu kaucabuti bunga-bunga plastik
yang bergelantungan di dinding rumah sakit
sembilan belas jam berlalu
kudapati dirimu di headline media massa, radio, televisi. kutemukan senyummu tranding di media sosial
: Vaksin Covid-19 ditemukan
(11.2021)
ZA
Za
kita pernah telanjang bersama kita mandi cahaya purnama kita kenyang melukis dosa
Za
purnama bermutasi jadi gerhana dirimu ditelanya
masuk ke inti semesta raya
Za
Za. Za. Za!
kurapal penolak bala
dalam racikan irisan bawang merah. secuil jahe. sekepal nasi. setetes tuak.
digarnis sekuntum kamboja
Za
dalam ketiadaan kuharap kaumuncul lalu pamit
masuk ke jantungku
(11.2021)
SEJARAH BULAN
pada suatu pagi
ayah pergi ke angkasa dengan naik sepeda
menjelang magrib ayah pulang
dibawanya sepotong bulan
di ranting kelor
yang tumbuh di sisi selatan halaman rumah ayah mencangkok bulan
malamnya ayah bersama ibu mandi sinar bulan
mereka riang telanjang tubuh diberkati aroma bulan
saat subuh ibu memasak
sayur kelor di bawah pohon kelor dengan bumbu irisan bulan
duaratus tujuh puluh satu hari berlalu ibu melahirkan bayi mungil
di bawah sepoi daun kelor dan bulan yang gerhana
saat menanam ari-ari
ayah melantunkan ayat-ayat bulan besoknya pohon kelor bertambah tinggi
terus meninggi. sampai di angkasa remang cangkokan bulan bertemu induknya
peluk-memeluk mengubur
rindu
langit tetiba semringah
di bawahnya. di dekat pohon kelor ayah menikmati kreteknya
ibu menyulam bahagia
kapan kau ngidam bulan lagi? tanya ayah dijawab senyum ibu
Bulan kemarilah sudahi mainmu akar-akar kelor juga perlu istirahat
itu suara ibu
aku menoleh
(11.2021)
MENULIS BULAN
dalam semadi bulan khusyuk
tumbuh di halaman sekolah anak-anak riang
girang memungut bulan dipasangnya pada wajah sendiri
jadi tameng dari pandemi
dalam rimba realita halaman sekolah lengang
ruang kelas berdiri sungsang
anak-anak asyik menulis bulan di ruang maya
(02.2021)
MENULIS HUJAN
disuatu cerah mendung menemuiku di halaman buku
dipasangnya pensil pada jariku
: tulis. tulis.
tulis tentang aku yang hujan
jari-jari ini gagu
mendung masih menunggu huruf pertama dari tulisanku
tentang hujan yang ungu menerbitkan pelangi hidupmu
(10.2021)
MENULIS HARI RAYA
1/
kalender memanggil penanggalan berwarna merah membangunkan sadarku
ini hari raya
tuhan sedang ingin pesta iblis sedang porak-poranda
katanya
ah
tuhan sedang menidurkan hari di saku celanaku tuhan sedang menghibur raya di dompet kumalku
2/
hari raya pergi mudik
mengiringi tuhan balik ke cakra tubuhmu
hari raya sedang mudik
mengulik kampung bertemu keluarga
keluargamu bertransmigrasi menetap di rekeningmu
3/
hari raya sedang keliling
mengisi dompet si kaya dengan THR
hari raya sedang pening menghibur si miskin dengan berjuta semoga
4/
hari raya membubarkan pestaku hari raya memulai pesta tuan
5/
saat tuhan mencipta hari raya
tuhan sedang senyum. ditulisnya banyak berkah di halaman kalender
kalender memanggilmu
ingin berimu berkah mungkin
(10.2021)
_____