14 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Anak Kelima Gede Sura | Cerpen I Komang Mudita

I Komang MuditabyI Komang Mudita
June 5, 2022
inCerpen
Anak Kelima Gede Sura | Cerpen I Komang Mudita

Penulis I Komang Mudita

Sudah hampir dua jam Gede Sura mondar-mandir di ruang tunggu rumah sakit. Sesekali dia duduk, kakinya tak henti-hentinya digerakkan, kemudian bangun lagi. Belum beranjak jauh dari kursi tunggu, dia duduk kembali sesekali sambil melihat ponselnya yang sebenarnya ia tahu tidak ada pesan masuk pada ponsel itu.

Sunyi ruang tunggu rumah sakit, sesunyi hatinya. Di tengah kesunyian itu ditatapnya dalam-dalam gerak jarum jam dinding yang terpasang di sudut tembok rumah sakit.

Kemudian dia terhanyut ke dalam kenangan yang dialaminya lima belas tahun silam. Di ruang tamu berukuran tiga kali empat meter Gede Sura menunggu Luh Manik yang sedang berdandan di kamarnya. Waktu terkadang begitu lama berlalu, bagi orang yang sedang menunggu. Sunyi ruangan membuat detak jarum jam terdengar jelas, bersautan dengan degup jantung Gede Sura. Tangannya tak henti-hentinya memainkan kunci mobil.

Hari itu adalah kencan pertamnya dengan Luh Manik. Sudah hampir lima tahun Gede Sura mencoba mengambil hati Luh Manik, wanita yang sudah dia kenal sejak duduk di bangku SMP. Luh Manik selain cantik, juga tergolong siswi cerdas. Wajar saja banyak lelaki yang berlomba-lomba mencarinya.

Luh Manik sendiri memang dari dulu juga menaruh rasa terhadap Gede Sura. Bukan karena Gede Sura yang merupakan laki-laki anak saudagar cengkeh, yang akan mewariskan berpuluh-puluh hektar kebun cengkeh, melainkan karena Gede Sura tahu cara memperakukan wanita, di samping  juga Gede Sura memang memiliki paras yang tampan.

Berkat segala perjuangannya, pada akhirnya, Gede Sura mampu memperistri Luh Manik. Wanita yang kini telah memberinya tiga orang putri yang cantik-cantik. Dan kini, Luh Manik sedang berjuang melahirkan anak keempat.

“Dengan keluaga Ibu Luh Manik?” Tiba-tiba tepukan kecil seorang dokter yang menangani Luh Manik, membangunkan ingatan Gede Sura dari masa lalunya.

“Ya, saya Gede Sura, suami Luh Manik,” ucap Gede Sura bergegas berdiri.

Bagaimana istri saya Pak Dokter? Anak saya sudah lahir?”

“Bukaan proses kelahiran istri bapak sampai saat ini belum ada perkembangan. Sepertinya istri bapak sudah kehabisan tenaga. Ada prosedur lain yang bisa ditempuh Pak. Jika Bapak setuju, kami bisa ambil tindakan caesar,” terang dokter yang menangani.

“Saya setuju, Pak. Silakan ambil tindakan terbaik agar istri dan anak saya bisa selamat,” pinta Gede Sura.

Luh Manik segera dipindahkan ke ruang operasi caesar. Dalam perjalanan menuju ruangan, Gede Sura sempat memegang erat tangan istrinya. Tidak ada satu kata pun terucap dari mulut Gede Sura. Tapi pegangan erat tangan itu memberikan motivasi luar biasa bagi Luh Manik. Meski sudah lima belas tahun menjadi suami istri kasih sayang Gede Sura kepada Luh Manik tidak pernah berubah.

Tidak menunggu lama, akhirnya tangis bayi pecah dari ruang operasi caesar itu. Senyum Gede Sura mengembang. Langkahnya tak seberat tiga jam lalu. Dia menunggu untuk menyambut kabar baik dari ruang operasi itu.

“Bapak suami Luh Manik?” seorang perwat menyapa.

“Ya, saya suami Luh Manik,” jawab Gede Sura dengan penuh gairah.

“Selamat, istri bapak melahirkan dengan selamat. Anak bapak cantik seperti ibunya. Bapak bisa menemuinya di ruang perawatan bayi,” jelas perawat yang masih mengenakan APD itu.

Senyum Gede Sura beruba tiba-tiba menjadi tatapan yang penuh beban. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Anaknya perempuan lagi, tentu itu akan menjadi masalah. Bukan dengan siapa-siapa, melainkan dengan ibunya.

Dari dulu, sejak kelahiran anak perempuan yang kedua, ibunya selalu berandai-andai punya cucu laki-laki. Anak laki-laki yang akan mewariskan usaha keluarga. Yang akan mengurus keluarga ketika mereka sudah tua. Ketika kelahiran anak perempuan yang ketiga, sikap ibunya kepada Luh Manik semakin berubah. Luh Manik sering dibanding-bandingkan dengan menantu tetangganya yang memiliki dua anak laki-laki.

Gede Sura sendiri takut, kelahiran anak perempuan yang keempat ini akan membuat perlakuan ibunya terhadap Luh Manik akan semakin buruk. Kemudian, segera dihapus kekhawatiranya itu. Dia menuju ruang perawatan bayi. Benar kata perawat, anak empat ini benar-benar mirip istrinya. Entah mengapa, gejolak cintanya kepada Luh Manik seakan tumbuh lagi seperti masa-masa pacaran.

*****

Hari berlalu, Gede Sura dan Luh Manik masih melewati rumah tangga dengan keharmonisannya. Luh Manik masih menjadi istri yang merawat anak-anaknya dengan telaten. Sesibuk apa pun, Luh Manik selalu menyiapkan sarapan Gede Sura sebelum berangkat kerja.  Di akhir pekan meraka selalu menyempatkan diri beribur. Keluarga yang banyak dimimpikan oleh orang lain.

Tiba-tiba kebahagiaan itu mulai terusik. Ibunya meminta Gede Sura pulang lebih awal dari mengurus cengkeh yang baru saja dipanen oleh buruh alap-nya.. Di ruang keluarga yang dihiasi ornamen barang antik itu, Gede Sura seperti sedang diadili.

“Kamu harus punya anak laki-laki, De!” Ibunya meminta.

“Sebagai penerus keluarga yang akan mengurus merajan. Yang juga akan mengelola kebun cengkeh dan usaha penggilingan padi keluarga kita!” Ayahnya menambahkan.

Sura tidak berkomentar. Dia tahu arah pembicaraan kedua orang tuanya. Ujung-ujungnya dia diminta untuk menikah lagi agar memiliki anak laki-laki. Pembahasan yang pernah ia dengar setelah istrinya melahirkan anak perempuan yang keempat. Selama ini, Sura selalu memenuhi permintaan orang tuanya, terlebih ibunya. Dia tidak pernah berani melanggar permintah ibunya. Karena dia meyakini semua yang dia raih selama ini adalah berkat doa ibunya. Tapi kali ini, dia akan dengan tegas menolak permintaan kedua orang tuanya jika memaksanya untuk menikah lagi.

“Ibu juga sangat menyayangi Manik. Dia menantu yang baik. Ibu sudah menggapnya sebagai anak kandung ibu. Tapi…”

“Ibu meminta Gede menikah lagi? Itu tidak mungkin, Bu!” Gede Sura buru-buru memotong pembicaraan ibunya.

“Kenapa tidak De? Orang-orang akan memaklumimu menikah lagi. Kamu harus punya anak laki-laki,” bujuk ibunya lagi

“Untuk urusan menikah lagi, Gede tidak perlu pandangan orang. Tapi ini lebih tentang perasaan Manik.” Gede Sura mencoba menolak.

“Dan kamu tak peduli perasaan kami. Tiap hari mendengar krimik-krimik orang. Mengolok-olok keluarga kita karena kamu tidak punya anak laki-laki,” tambah bapaknya.

“Memang kenapa kalau tidak punya anak laki-laki, Bu?” Coba ibu lihat Pak Tut Darna. Dia punya lima anak dan empat anaknya laki-laki. Sejak dia menderita struk, siapa yang merawatnya? Anak tertua sibuk dengan kariernya. Anak kedua dan ketiga sibuk mengurus istri, tidak punya waktu untuk bapaknya. Dan anak laki-laki yang paling bontot mabuk setiap hari. Apa yang bisa dibanggakan dari empat anak laki-laki itu?” Baru kali ini Sura berani berargumen dengan nada tinggi.

“Jika tidak mau menikah lagi, itu artinya kamu mengirim kami lebih cepat  ke neraka!” Ibunya menutup pembicaraan.

Sejak perdebatan itu, hubungan anak dan orang tua itu menjadi renggang. Ibu Gede Sura lebih suka mengurung diri di rumah. Dia jarang keluar. Menyendiri menjadi pilihannya untuk menghidari krimik orang-orang di luar sana. Pikirannya juga begitu capek menampung guyonan dan sindiran yang merendahkan dirinya karena tidak punya cucu laki-laki.

Sudah hampir tiga bulan Gede Sura tidak mengunjungi tempat tinggal ibunya yang sebenarnya masih satu pekarangan dengannnya. Tiba-tiba orang terdekat ibunya memberi kabar bahwa ibunya jatuh sakit. Sudah hampir seminggu ibunya tidak makan. Gede Sura tanpa banyak pikir segera mengunjungi ibunya. Dia melupakan perdebatan tiga bulan lalu itu.

Didapati  ibunya sedang berbaring di tempat tidur. Badannya sangat kurus. Wajahnya pucat, terlihat jauh lebih tua dari seharusnya. Melihat keadaan ibunya, Gede Sura merasa sangat berdosa. “Ibu jatuh sakit seperti ini pasti kerena aku menolak menikah lagi,” pikirnya.

“Ibu harus ke rumah sakit sekarang agar mendapatkan perawatan dan infus,” ajak Gede Sura.

“Biarkan ibu meninggalkan dunia fana ini, De,” tolak ibunya dengan suara yang sangat berat.

Tanpa basa-basi, Gede Sura mengabaikan penolakan ibunya, kemudian membawa ibunya ke rumah sakit. Dibantu ayahnya Gede Sura menggotong ibunya masuk ke dalam mobil untuk segera menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan di rumah sakit, Gede Sura mengenang masa-masa indah dan perjuangan ibunya membesarkannya. Ibu yang rela bangun pukul satu dini hari, yang ketika orang-orang sedang tidur dengan nyenyak, namun ibunya sudah sibuk menyiapkan danganan untuk dibawa ke pasar. Dalam hatinya dia berjanji, jika Tuhan masih memberikan kesempatan ibunya umur panjang, Gede Sura akan mengikuti segala permintaan ibunya.

“De, kita langsung menuju ruang IGD!” pinta bapaknya yang mengagetkan Gede Sura. Sesampai di IGD, perawat dan dokter segera memberikan tindakan. Menurut keterangan dokter, Ibu Gede Sura menderita penyakit hepatitis. Penyebabnya karena banyak beban pikiran, kemudian kurang tidur, dan makan tidak teratur. Dokter mengatakan bahwa Ibu Gede Sura masih bisa sembuh.

Setelah menjalani perwatan sebulan penuh, Ibu Gede Sura akhirnya sembuh. Selama perwatan ibunya, Gede Sura selalu ada di sisi ibunya. Selanjutnya, Gede Sura akan memberanikan diri mengatakan kepada istrinya bahwa dia akan menikah lagi agar bisa memiliki anak laki-laki.

“Bli mau menikah lagi, Luh,” uajar Gede Sura tanpa berani menatap istrinya.

“Tiang sudah mendengar rencana Bli mau menikah lagi. Kasak-Kusuk dari orang-orang terdekat Bli, katanya Ibu sakit karena Bli menolak untuk menikah lagi. Baiklah Bli. Tiang akan mengizinkan Bli untuk menikah lagi dengan syarat biarkan tiang dan anak-anak kita untuk sementara waktu tinggal di Denpasar bersama orang tua,” jelas Luh Manik.

“Sampai kapan, Luh?” tanya Gede Sura.

“Sampai Bli punya anak laki-laki.”

Dengan memenuhi persyaratan Luh Manik, Gede Sura menikah dengan Komang Sudasih, anak dari Made Jagel, teman dekat Ayah Gede Sura. Acara pernikahan Gede Sura dan Komang Sudasih digelar dengan sederhana. Tidak ada acara resepsi, hanya dihadiri kerabat dekatnya.

Tiga bulan setelah pernikahan itu, Komang Sudasih hamil. ibunya meminta  Gede Sura untuk lebih banyak tinggl di rumah, merawat Komang Sudasih yang sedang hamil. Ada harapan besar Komang Sudasih akan melahirkan anak laki-laki. Dilihat dari sisilah keluarganya, Luh Sudasih adalah anak satu-satunya perempuan, lima kakaknya adalah laki-laki. Keluarga Made Jegel, ayah Komang Sudasih, memiliki garis keturunan yang sangat mudah mendapatkan anak laki-laki.

Bulan demi bulan Gede Sura merawat Komang Sudasih dengan talaten. Namun, sudah hampir setahun pernikahannya perasaan Gede Sura belum bisa menerima Komang Sudasih sebagai istrinya. Pikirannya jauh memikirkan istrinya yang kini tinggal di Denpasar.

“Ini akan belalu. Aku akan segera bisa menemui Luh Manik,” pikir Gede Sura di hari-hari penantiannya menjelang persalinan Komang Sudasih.

Akhirnya Komang Sudasih merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Dia segera dibawa ke rumah sakit. Komang Sudasih dibawa ke ruang pesalinan. Menunggu persalinan istri keduanya ini, Gede Sura merasakan penantian yang sama dengan menjelang kelairan anak perempuannya yang keempat. Namun persalinan Komang Sudasih kali ini berjalan dengan lancar.

Dari pintu ruang persalinan, seorang bidan memanggil. “Keluarga Gede Sura?”

“Ya ya, Bu,” Gede Sura bergegas mendekati bidan itu.

“Selamat, Pak. Istri Bapak melahirkan anak yang sehat dan lengkap,” jelas sang bidan

“Apakah dia tampan, Bu?” tanya Gede Sura.

“Dia sangat cantik!” [T]

  • Cerpen ini adalah hasil “Workshop Penulisan Cerpen Sehari Langsung Jadi” dalam acara Tatkala May May May 2022 yang digelar tatkala.co, Sabtu 21 Mei 2022

_____

KLIK UNTUK MEMBACA CERPEN-CERPEN LAIN

Menjadi Sarjana | Cerpen Teddy Chrisprimanata Putra
Tags: CerpenTatkala May May May 2022
Previous Post

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Balada Surat Cinta

Next Post

Perang Ukraina, Tantangan Buat Indonesia

I Komang Mudita

I Komang Mudita

Guru SMAN 1 Singaraja

Next Post
Kawasan Wisata Mandalika, Kawasan “Beyond” Bali

Perang Ukraina, Tantangan Buat Indonesia

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

LELUHUR JAGUNG

by Sugi Lanus
June 13, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

—Catatan Harian Sugi Lanus, 13 Juni 2025 *** Ini adalah sebuah jejak “peradaban jagung”. Tampak seorang ibu berasal dari pulau...

Read more

Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

by Vincent Chandra
June 12, 2025
0
Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

Artikel ini adalah bagian dari tulisan pengantar pameran tunggal perupa Gusti Kade di Dinatah Art House, Singapadu, opening pada tanggal...

Read more

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit

by I Made Pria Dharsana
June 10, 2025
0
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit : Pasca Putusan MK Nomot 67/PUU-XI/2013 Penulis: Dr. I Made Pria Dharsana, SH., MHumIndrasari...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co