Mungkin banyak yang bertanya-tanya kenapa Toyota dan Daihatsu kok bisa-bisanya buat mobil yang serupa tapi tak sama. Harusnya mereka ini berkompetisi bisnisnya. Ini kok malah berkolaborasi dengan kompetitor.
Kolaborasi ini pun tak main-main. Tercatat sudah ada 5 jenis mobil yang diproduksi oleh ADM (Astra Daihatsu Motor) dan kelima-limanya laku keras di pasaran Indonesia. Nothing to worry. Daihatsu profit, Toyota pun profit. Berdua sama-sama bertumbuh. Kenapa? Mari kita simak bersama.
- Sejarah Kolaborasi
Pertama-tama yang harus disadari bahwa ternyata saham Daihatsu per tahun 1998 itu sudah dikuasai 51% oleh Toyota Motor Group. Kenapa Toyota ingin menguasai majority saham Daihatsu? Karena Toyota ingin membuat berkurangnya persaingan industri mobil. Daihatsu memang dikenal memiliki keunggulan untuk penjualan di negara-negara berkembang, dari Indonesia, Malaysia, sampai Afrika. Mobil Daihatsu yang harganya lebih terjangkau daripada Toyota banyak peminatnya di negara-negara tersebut. Ceruk pasar ini yang ingin dicicipi pula oleh Toyota.
Daripada mengembangkan mobil baru dengan harga terjangkau yang tentunya butuh waktu perancangan, riset, pengujian, dan lainnya yang akan sangat banyak memakan waktu dan biaya. Maka jalan pintas ditempuh oleh Toyota adalah menguasai saham Daihatsu, kemudian meminta Daihatsu untuk memproduksi mobil bersama-sama antara Toyota dan Daihatsu.
Maka sejak saat itulah, Daihatsu mulai berhenti bersaing dengan Toyota. Sebagai keluarga besar Toyota Group, mereka sekarang tinggal fokus memperlebar pasar dan bersaing dengan brand-brand lainnya, seperti Honda, Mitsubishi, Nissan, dan lainnya.
- Berbagi Pasar
Karena sudah dalam satu induk perusahaan Toyota Group, maka Toyota dan Daihatsu pun membagi pasarnya agar bisa memimpin persaingan yang ada. Daihatsu difokuskan oleh garap mobil yang identik dengan harga murah dan merakyat. Sangat cocok di negara-negara berkembang yang pasar menengah ke bawahnya sangat besar. Sedangkan Toyota tetap bermain di kelas medioker, menengah ke atas. Selain itu juga, Toyota juga punya brand Lexus yang hanya bertarung untuk kelas premium.
Jadi secara garis besar, Toyota Group ingin menguasai persaingan industri mobil secara menyeluruh. Ini akan memberatkan kompetitor lainnya untuk bertarung langsung dengan Toyota Group karena mereka sekarang memiliki resources yang kuat. Hal ini tentunya berpengaruh sangat besar pada struktur biaya produksinya yang menjadi lebih murah dan pertarungan di pasar pun jadi lebih leluasa sehingga margin profitnya bisa makin lebar.
Cakep kan kalo bisa begini. Hal yang diidam-idamkan oleh semua pebisnis ketika cost of production bisa rendah dan pada saat yang bersamaan, sales juga meningkat. Cuannya jadi lebar sehingga plot biaya untuk riset, marketing, distribusi dan lainnya bisa dieksekusi lebih masif lagi. Mantaapppp..
- Perbedaan Fitur
Walau produksi yang dilakukan dalam 1 pabrik, namun Toyota dan Daihatsu tetap mengusung hal yang berbeda yang menjadi ciri khas mereka. Hasil produksinya beti alias beda tipis, serupa tapi tak sama. Teknologi yang diusung dari masing-masing brand ini pun berbeda.
Daihatsu difokuskan pada pengembangan teknologi yang irit bahan bakar sehingga customernya bisa lebih hemat dalam membeli bensin. Persis dengan karakter target marketnya yang menengah ke bawah. Tentu ini menjadi fitur unggulan yang dinanti-nanti.
Sementara itu Toyota, lebih mengedepankan mobil yang lebih ramah lingkungan dan mengedepankan kenyamanan penggunanya. Fiturnya setingkat lebih berkelas dari Daihatsu.
Singkatnya, kalau mau nyaman saat berkendara, belilah Toyota. Tapi kalo duitmu terbatas tapi butuh mobil, maka beli saja Daihastu. Tapi kalau mau yang mewah, ya beli Lexus.
Ketiga brand ini membawa gengsi yang berbeda sesuai dengan profil customernya. Tentu hal ini sudah dipetakan baik oleh Toyota Group dengan serangkaian riset hingga ke tahap eksekusinya.
Ternyata begini konsep bisnis yang dimainkan oleh Toyota Group untuk pasar Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Tak heran pula jika melihat data penjualan yang dilansir oleh Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) yang menunjukkan bahwa kedua brand Toyota dan Daihatsu ini menguasai 51% market share penjualan mobil di Indonesia. Pencapaian ini konsisten terjadi dari tahun 2011 hingga kini.
- Saatnya Berkolaborasi
Kolaborasi ini mengingatkan saya pada pertemuan dengan Alex Chandra, founder BPR Lestari bersama kawan-kawan HIPMI Buleleng beberapa saat yang lalu. Ia menyatakan pula bahwa saat ini BPR Lestari terus melakukan kolaborasi dengan BPR-BPR lainnya di seluruh Indonesia.
Rangkaian penandatangan Memorandum of Understanding terus dilakukan oleh Alex Chandra. Tentu kerjasama ini sifatnya simbiosis mutualisme. Everybody is happy. Ada klausul tertentu yang membuat kerjasamanya menjadi menarik bagi kedua belah pihak.
BACA JUGA:
- Nama Supermarket Mirip Nama Koperasi, Apa Ada Pengaruhnya Terhadap Pelanggan?
- Ilmu Bisnis Ada di Mana-mana, Jika Hanya Rebahan Tak Bakal Ketemu
- “Bertumbuh atau Mati”, Pesan Singkat Penuh Makna untuk Pengusaha
Buat saya, sungguh menarik melihat dunia bisnis sekarang. Sudah saatnya melakukan kolaborasi demi kolaborasi dalam rangka menjaga pasar yang ada. Daripada berkompetisi sengit, gontok-gontokan yang berakhir dengan win or lose, maka arah bisnis mendatang lebih ke arah bagaimana bisa you win and I win. Sebuah paradigma bisnis yang menarik untuk dicermati.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita semua agar bisa menjadi pelaku utama dalam industri masing-masing. Jangan ragu untuk berkolaborasi ketika itu yang terbaik untuk kemajuan bisnis anda.
Akhir kata, ijinkan saya mengutip sebuah quote sebagai penutup tulisan ini.
“Datang bersama adalah awal,
tetap bersama adalah kemajuan,
dan bekerja bersama adalah kesuksesan”
– Henry Ford –