Di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, terdapat kelompok petani muda. Kelompok ini mulai mengelola hutan desa sejak 2015. Secara perlahan, Wanagiri yang memang sejak dulu kala jadi penghasil kopi, kini makin mengukuhkan citra menjadi desa penghasil kopi yang unggul.
“Kami mengelola hutan desa bersama dengan 212 kepala keluarga yang merupakan kelompok tani muda Wanagiri,” kata Made Darsana.
Made Darsana adalah Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Wanagiri atau Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kopi Wanagiri. Kelompok itu sebagaian besar anggotanya petani muda yang memang punya niat besar mengembangkan kopi di Wanagiri.
Menurut Darsana, kelompok yang dipimpinnya itu mengelola hutan desa seluas 250 hektar. Pengelolaan hutan tersebut berdasarkan dengan Surat Keputusan Menteri LHK RI Nomor: P.21/MenLHK-II/2015 tanggal 4 Juni 2015 dan juga SK Gubernur Bali Nomor: 2017/03-L/HK/2015 tanggal 30 Oktober 2015.
“Dari 250 hektar itu, lahan untuk ditanami kopi kurang lebih seluas 100 hektar,” ujar Made Darsana.
Dasar memang petani yang selalu gelisah dan kreatif, di sela-sela mengurus tanaman kopi, mereka juga membuat film. Tentu saja film tentang kopi.
Kebetulan awal tahun 2022 ini ada Lomba Film Pendek Kopi Agroforestry Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI. Mereka ikut serta mewakili KUPS Kopi Wanagiri. Dan film yang dibuat dengan judul Laku Lokal Tani Kopi Wanagiri itu meraih juara satu.
I Made Darsana selaku Ketua LPHD Wanagiri atau Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kopi Wanagiri secara langsung menerima piagam penghargaan yang diserahkan langsung oleh Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Bambang Supriyanto, Kamis, 27 Januari 2022.
Tentu saja Made Darsana senang dan bangga atas prestasi bergengsi yang diraih KUPS Kopi Wanagiri dalam lomba film pendek kopi agroforestry.
“Penghargaan sebagai juara satu ini dapat memotivasi kelompok untuk lebih meningkatkan lagi produktivitas pengelolaan kopi di hutan Desa Wanagiri,” katanya.
Apa isi cerita film pendek itu sehingga bisa menang?
Tentu saja isinya tentang seluk-beluk kopi Wanagiri yang tak bisa dipisahkan dengan adat dan budaya Bali dalam menjaga keseimbangan kehidupan yang harmoni.
Di Wanagiri, seperti juga di desa-desa penghasil kopi yang lain di Bali, proses penanaman kopi memang tak bisa dipisahkan dari upacara dan ritual bernapaskan Hindu. Dari awal menanam kopi hingga panen masyarakat Bali dilengkapi dengan berbagai upacara secara Hindu.
“Proses itulah yang diangkat dalam film, dan hal itu yang menjadikan kami juara,” kata Made Darsana.
Atas juara itu, Kementerian LHK RI memberi hasih istimewa berupa perjalanan studi banding ke wilayah penghasil kopi terbaik.
Kembali soal kopi Wanagiri, Made Darsana menuturkan hutan desa 100 hektar itu tidak serta merta hanya terdapat tanaman kopi saja, melainkan juga bercampur dengan pohon-pohon asli yang ada di hutan.
Maka dari itu Made Darsana bersama anggotanya baru dapat menghasilkan panen kopi arabika dan robusta sebanyak 15 sampai dengan 25 ton per tahun. “Hasil panen kopi kami mayoritas adalah arabika. Kami mengolah biji kopi dengan baik sehingga memiliki cita rasa yang khas dan telah melalui uji test dengan skor 84 lebih. Kopi kami masuk kelas premium,” terangnya.
Made Darsana mengaku pasar hasil panen kopinya telah menyentuh ke beberapa wilayah di Bali, Surabaya dan Jakarta. Produksi kopi dalam kemasan dengan brand Wanagiri Bali Kopi memang diproduksi dalam jumlah yang sedikit, hal itu dilakukan sebagai sikap toleransi kepada pentani kopi lainnya di Wanagiri.
“Sengaja kami memproduksi kopi dalam kemasan hanya sedikit saja, agar petani kopi lainnya yang punya lahan tidak tersaingi oleh kopi yang kami kelola di hutan. Kami fokus menjual kopi green bean di Bali, Surabaya dan Jakarta,” ujarnya.
Ke depan, Darsana berharap Desa Wanagiri dapat menjadi sentra kopi arabika yang tidak hanya menghasilkan kopi saja, melainkan juga menjadi pusat tempat belajar di Buleleng bahkan seluruh Bali. Menurutnya, sumber daya alam sudah sangat mendukung, hanya membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih ungggul untuk produktivitas kopi Wanagiri. [T][Ado/*]