Pendidikan Seni dalam lingkungan masyarakat umum, hingga di lingkungan sekolah merupakan bentuk proses aktif yang dilakukan oleh seseorang guna membangun pengetahuan dan menambah wawasan, khususnya dalam bidang seni. Pembelajaran seni, salah satunya seni karawitan Bali di lingkungan sekolah mempunyai kecenderungan yang kaku dan kurang dikenal oleh peserta didik sehingga hal ini membuat peserta didik menjadi jenuh karena tidak diimbangi dengan musik yang populer di dunia mereka pada zaman modern saat ini. Terlebih, seni karawitan tradisional, yang termasuk dalam gamelan klasifikasi kuna.
Dengan diterapkannya pendidikan seni di lingkungan sekolah, maka dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam proses pengembangan diri untuk berjiwa mengkonstruksi pemikiran kreatif dengan mempelajari kesenian, termasuk seni karawitan bali khususnya gamelan yang tergolong kedalam gamelan klasifikasi kuna/jaman terdahulu. Salah satu gamelan klasifikasi kuna dan memiliki identitas musikal yang khas ialah Gamelan Selonding.
Gamelan Selonding adalah salah satu gamelan kuna yang masih sanggup bertahan di Bali dengan keasliannya sampai saat ini, walaupun telah sembilan abad berlalu secara tekstual muncul di Bali (Prasasti Campetan 1071S). Gamelan Selonding merupakan salah satu bagian dari khazanah gamelan Bali yang begitu beragam.
Gamelan yang secara populasinya banyak ditemukan di Bali Timur (Karangasem dan sekitarnya) memiliki nilai vitalitas bagi keberlangsungan prosesi adat di setiap desa yang ada khusunya desa-desa Bali Aga (desa Bali kuna). Gamelan Selonding lahir sebagai suatu penuangan ide dan konsep-konsep yang cemerlang dari para leluhur yang diciptakan dalam suasana jiwa yang sedang menikmati rasa kedamaian dan kesucian yang tinggi (ekstasis), yang dipersembahkan sebagai sarana kebaktian (Yantra) kehadapan Sang Pencipta serta pengabdiannya kepada masyarakat (Tusan, 2001:190).
Kata Gamelan Selonding berasal dari kata Salon dan Ning yang artinya tempat suci. Dilihat dari fungsinya, Gamelan Selonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan. Mengenai sejarah Gamelan Selonding ini belum diketahui secara jelas angka tahun kemunculan dan kronologisnya. Terdapat sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dahulu di Desa Adat Tenganan Pegringsingan mendengar suara gemuruh dari angkasa dan suara itu terdengar datangnya secara bergelombang.
Pada gelombang pertama, suara itu turun di Bungaya (sebelah timur laut Tenganan) dan pada gelombang kedua, turun di Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang awalnya bersuara kecil, kemudian semakin lama suaranya menjadi semakin besar. Setelah sampai di bumi, ditemukan Gamelan Selonding yang berjumlah 3 (tiga) bilah besi.
Lalu, munculah sabda yang mengutus masyarakat Tenganan untuk membuat Gamelan Selonding. Bilah-bilah besi tersebut dikembangkan sehingga menjadi Gamelan Selonding seperti saat ini dengan laras7 (tujuh) nada. Namun, pada saat itu Gamelan Selonding di Desa Adat Tenganan Pegringsingan 3 (tiga) bilah tersebut tidak boleh dipukul, hanya dijadikan sebagai pretima. Gamelan Selonding di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, terdiri dari 40 (empat puluh) bilah, 6 (enam) tungguh masing-masing berisi 4 (empat) bilah dan 2 (dua) tungguh berisikan 8 (delapan) bilah. Gamelan Selonding dikalangan masyarakat Tenganan Pegringsingan, diberi nama Bhatara Bagus Gamelan Selonding.
Pembelajaran Gamelan Selonding melalui aplikasi berbasis android merupakan suatu terobosan baru yang menjadi alternatif dalam mempelajari Gamelan Selonding secara praktis. Aplikasi ini dapat membantu pengguna yang ingin belajar Gamelan Selonding hanya dengan memanfaatkan android, sehingga pengguna dapat belajar Gamelan Selonding melalui aplikasi ini. Terciptanya Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Gamelan Selonding Berbasis Android ini, proses belajar Gamelan Selonding akan menjadi fleksibel yaitu jika seseorang ingin mengetahui cara belajar Gamelan Selonding dapat diakses dimanapun dan kapanpun melalui sebuah aplikasi yang ada di android.
Dengan adanya aplikasi pembelajaran Gamelan Selonding yang dapat diakses melalui android sebagai bertujuan sebagai media tambahan (penunjang) dalam belajar Gamelan Selonding, dan sebagai bentuk inovasi di era revolusi 4.0, Gamelan Selonding tetap dapat dilestarikan untuk menunjang kesenian ini agar lebih diminati oleh masyarakat Bali khususnya generasi muda.
Dalam aplikasi pembelajaran ini membahas tentang pengetahuan dasar Gamelan Selonding, masing-masing instrumentasi Gamelan Selonding, struktur nada, teknik dasar memainkan, saih (tugas-tugas nada), teknik permainan, gending Gamelan Selonding, kuis (soal latihan), dan profil pembuat aplikasi. Pembelajaran melalui aplikasi ini ditampilkan dengan desain animasi, gambar, video dan audio sehingga mudah untuk dipahami dan dipelajari oleh pengguna aplikasi.
Manfaat aplikasi ini tentunya sebagai media pembelajaran Gamelan Selonding bagi pengguna yang ingin mempelajari Gamelan Selonding, namun tidak memiliki seperangkat Gamelan Selonding. Selain itu, mempermudah seseorang dalam memantapkan dirinya kembali setelah praktik menggunakan tungguhan aslinya.
Besar harapan penulis dengan terciptanya aplikasi ini, penggiat Gamelan Selonding, salah satunya di kalangan muda dapat memanfaatkan teknologi di era revolusi 4.0 saat ini secara bijak untuk media pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan menggunakan aplikasi pembelajaran ini dengan baik dan bijak, tentunya dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pengguna dalam bermain Gamelan Selonding. [T]
- DAFTAR RUJUKAN
Tusan, Pande Wayan. 2001. Gamelan Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuna Abab X-XIV. Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.