AKU MENCUMBU WAKTU
aku mencumbu waktu
yang rebah di bahu kupu kupu
entahlah ia terbang
mencapai langit yang mana,
yang berwarna apa?
sekelebat raut pelangi lelah
menguap di jendela perjalanan
pada angin ia bertutur tentang jejak
yang bertebaran
tanpa luka dan angan angan
seperti udara yang mengantarkan gema semesta
berpeluk di kaki doa sekawanan umat
yang melenggang
meliuk harap
mencium ubun ubun
apakah Engkau akan mendekap suara suara keikhlasan
yang menyangkut di benak lalu lalang
atau Kau kibaskan
hingga berlalu begitu saja?
23 Januari 2021
JIKA KAU
kurebahkan harapan
pada langkah panjang
yang terlewat begitu saja.
pada bahu waktu kuterbangkan kenangan
pada angan kuselipkan ingatan
tentang engkau
yang mengarahkan panah
tepat di dadaku.
aku bungkam mengejar bayang.
engkau berlalu membawa jelaga
yang hinggap di dasar hati .
akankah kau sembunyi
di antara anak rambut
menggelapkan mata?
Aku lelah menatap awan yang berkejaran.
engkau di mana?
jika kau di sini,
pasti kuciptakan seribu puisi .
21 Januari 2021
SAATNYA BERMAIN KATA
aku tengah beranjak
menghening dunia
melesatkan panah menembus jeda
riak suka cita melayang sekilas
dan gemerlap tanda tanya
bagai layar teka teki
meminang sunyi
dan memabukkan mimpi,
bagai air gemericik jatuh
tak terhitung di atas kepala ranum
berpijak Dewa Dewi
asap jelaga meliuk menembus angan liar
meratapi suara parau di penghujung ingatan.
engkau yang tak tampak..
memudar dalam genggam
Kuasa-Mu merapikan segala yang sewajarnya.
duhai denyut nadi,
tetaplah menjaga ruh
14 Oktober 2021
MARI MELEPAS SAUH
mari melepas sauh
sesekali biarkan karam
agar kau tahu kedalaman nurani
juga dangkal bumi yang kau pijak
tidak hanya tempatmu menepuk dada
juga membelalakkan mata
tak selamanya ilalang bercerita tentang kepak kupu kupu
yang sayapnya luruh menerpa bayang bayang wajah
tak semudah engkau merenda asa
yang kau petik dari cahaya di ketinggian
hidup ini bukan untuk menjamu siapa siapa
tapi hanya kau catatkan padaNya
betapa kuingin menuang segala kata
tanpa menunggu besok dan membuka cerita kemarin
19 Juni 2020
HIDUP BERWARNA
hidup yang berwarna
berpeluk suka cita
mencintai angin layaknya udara yang memberi asa
mengabarkan padanya tentang perjalanan ruh
berteman gelombang dan kilatan bintang.
fatamorgana itu di hadapan,
tak harus memicingkan mata.
tatap keabadian mengukir jiwa
yang terbang bagai kapas,
tak beradu peran
tanpa beban muatan
melayang..
dan terkendali.
dalam cerita yang terbaca
engkau tak tampak sama.
datar
tanpa euphoria
hanya bertaut karma dan melukis catatanNya
26 Januari 2022
_____