17 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ibudaya Festival | Tubuh yang Tegang, Marwah Jasmine Okubo

Ibudaya FestivalbyIbudaya Festival
October 12, 2021
inKhas
Ibudaya Festival | Tubuh yang Tegang, Marwah Jasmine Okubo

Jasmine Okubo | Foto-foto dokumen Ibudaya Festival

Pukul setengah sepuluh. Saya berangkat menuju daerah Padang Galak, Denpasar, tepstnys ke kediaman Ibu Melati Popo. Saya dan Jasmine Okubo yang seorang koreografer perempuan, berjanji untuk wawancara santai di sana.

Dalam perjalanan, saya kembali mengingat  sejumlah pementasan Jasmine. Ia memang cukup produktif dalam berkarya, setidaknya 4 tahun terakhir ini. Satu di antaranya ialah “Kukusan Peken” yang sempat saya tonton di salah satu galeri di Denpasar tahun 2017. Dalam repertoar tubuh “Kukusan Peken”, ia hendak menjelaskan tentang lakon seorang ibu di dapur dan di pasar. Itu merupakan ruang privat sekaligus publik yang penuh dengan tanda, metafor, serta kaitannya terhadap keadaan sosial ekonomi orang Bali.
 
“Waduh, saya ketemu wong cerdas ini, engken carane metakon ne,” ujar saya dalam hati sebelum sampai di tujuan.
 
Tiba di tujuan, ketika saya menghampirinya, Jasmine Okubo sedang duduk menghadap laptop memakai baju kaos putih, bawahannya kain batik warna biru-putih, dirangkai sedemikian rupa menjadi semacam kulot yang estetik. Terang saja, selain menari, ia juga memiliki “Kita Poleng Fashion Bali”, lini khusus “Kita Poleng” untuk menjual hal-hal yang berkaitan dengan gaya busana. 
 
“Tunggu sebentar ya, Jong, aku lagi sedikit saja,” ujarnya sambil melirikkan matanya ke layar laptop.
 
Selang sedemikian waktu, kami berdua mencari tempat tenang untuk berbincang santai, karena kebetulan hari itu di rumah Bu Melati sedang diadakan pengambilan gambar terkait konten “Ibudaya Festival”.  Kami menuju  pos jaga di depan pintu masuk rumah, ada dua kursi, satu meja, serta sejumlah pohon tumbuh rapi di sekitarnya.
 

Jasmine Okubo

Ziarah Tubuh Keluarga Traveler
 
Jasmine Okubo ialah perempuan asal Jepang, yang mengkultuskan profesinya sebagai koreografer di Bali.  Ia mengisahkan bahwa ia lahir di Turki karena kedua orang tuanya gemar bepergian, dari satu negara ke negara lain. Sejak kecil ia mengikuti perjalanan orang tuanya mulai Asia, Eropa hingga Africa. Pada setiap pemberhentian ia selalu senang jika menonton  pertunjukan karena setiap tempat memiliki kebudayaannya masing-masing, dan menjadi hal yang menarik baginya dapat menikmati perbedaan tersebut.
 
Hingga suatu ketika ia mengunjungi Bali di usia 3 tahun, saat itu ia menonton salah satu pertunjukan Calonarang di daerah Ubud. Selesai menonton ia mengatakan kepada ibunya ingin menjadi penari Bali. Okubo kecil sangat terpesona dengan liku tubuh, kostum, gamelan serta atmosfer yang dihasilkan dari pertunjukan tersebut.
 
“Jadi aku terus merengek minta ke Bali, untuk belajar tari Bali, kemudian aku diajak untuk melihat tari-tari dari beberapa daerah lain karena aku masih kecil mungkin suka sesaat, tapi aku tetap ingin menari tari Bali,” ujarnya sembari ketawa
 
Alhasil keluarganya mengabulkan permintaan Jasmine Okubo, mereka pindah ke Bali, menuruti keinginan Jasmine belajar tari Bali. Selama di Bali ia belajar di sejumlah sanggar hingga pada tahun 2003 ia menempuh studi Jurusan Tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Baginya tari Bali itu sangat detail, dari komposisi gerak, lirikan mata, goyang kepala, hingga pernak-pernik yang melingkupinya, semua memiliki makna tertentu. Penggalian makna inilah yang mempengaruhi Jasmine dalam menggarap pertunjukannya, isunya selalu berkaitan tentang kebudayaan orang Bali dalam menjalani hidup sehari-hari.
 
“Mbak Jasmine, kebudayaan Jepang yang sangat meditatif dan gerak tarinya dominan pelan kan sangat berbeda dengan tari Bali yang dinamis, kenapa justru memilih tari Bali sebagai dasar tubuhmu?” tanya saya ingin tahu
 
Ia menjelaskan secara rinci sebenarnya laku orang Jepang dengan orang Bali ada kemiripan, terutama berkaitan dengan pemujaan leluhur dan keyakinan adanya alam lain. Pengaruh kegiatan traveler  orang tuanya yang serba cepat, melompat dari ruang budaya satu ke lainnya, riuh perjalanan, pikuk pengembaraan menyebabkan Jasmine sedikit berjarak terhadap Jepang yang gerak tarinya meditatif dan pelan.  
 
Ketegangan tubuhnya ia rasakan, misalnya saat di Turki ia dicap orang Jepang, sementara di Jepang ia tidak dianggap seperti orang Jepang, sementara di Bali ia dianggap asing. Sehingga untuk mengisi kekosongan itu ia harus memilih satu metode tubuh dalam penciptaannya. Ialah tari Bali.
 
“Aku waktu di Jepang, tidak memilih belajar tari Jepang, malah aku belajar Taiko, seni memukul drum. Pada dasarnya aku memang suka yang energik seperti tari Bali,” terangnya.

Jasmine Okubo di Wihara Banjar, Buleleng

Lebih jauh ia menguraikan bahwa identitas diri yang tegang, serta wajah yang oriental sempat menjadi hambatan dalam belajar tari Bali, dirinya selalu mendapat peran untuk menari kontemporer bukan tari tradisi Bali.
 
“Dulu saya sering diajak almarhum Nyoman Sura untuk menari kontemporer ke sana ke mari, dari sana saya belajar banyak,  bahwa taksu itu dapat ditempa melalui penghayatan yang sungguh,” kenang Jasmine.
 
Merangkai Kehidupan di Bukit Ser
 
Kendati tidak mendapatkan kesempatan untuk menari tradisi dalam ajang tertentu, justru Jasmine menjadikannya peluang sebagai dasar penciptaannya. Ia yang dibekali pisau bedah ilmu tari dengan tekun mendedah laku orang Bali dalam berkebudayaan. Kemudian mentranformasikannya ke penghayatan gerak tari Bali, lalu mengkonstruksinya menjadi pertunjukan kontemporer. Hal ini bisa dikatakan memberi marwah baru terhadap karya-karyanya. Sebut saja nomor pementasannya selain “Kukusan Peken”, ada “Kukusan Paon”, “Wong Peken”, “Wong Gamang” dan lain sebagainya.
 
Dalam “Ibudaya Festival 2021“, Jasmine menjabarkan ulang arti pohon kelapa bagi orang Bali. Ia mengamati bagian-bagian pohon kelapa selalu menjadi komponen dalam setiap sendi kegiatan.
 
Janur muda dirangkai menjadi alas canang, daun yang tua dirangkai menjadi klangsah untuk kegiatan upacara, diulat menjadi kulit tipat, dituas menjadi hiasan untuk dekorasi, dirangkai menjadi kisa — tempat untuk membawa ayam jago. Kemudian janur kering  (danyuh) dan pelepahnya digunakan sebagai kayu bakar.
 
Bagian batangnya untuk sarana pembuatan garam di beberapa daerah pesisir Bali, seperti Amed – Karangasen dan Les – Buleleng, juga yang lebih berkembang untuk barang kerajinan dan furniture.
 
Daging buahnya bahan dasar lengis tanusan, serundeng (saur), juga untuk membuat serapah, lawar klungah, dan jukut serombotan,  airnya dipergunakan sebagai netralisir racun,  batok kelapa untuk mangkok atau peralatan dapur, kulit yang kering diakai untuk upacara pernikahan dalam prosesi tanjung sambuk, atau untuk memanggang babi guling. Dan akarnya diracik  untuk obat-obatan tradisional.

Jasmine Okubo di Bukit Ser, Gerokgak, Buleleng

Bagi Jasmine pohon kelapa itu lambang dari kehidupan. sangat relevan untuk dibawa ke Bukit Ser sebagai tempat yang memiliki energi postitif dan rujukan wisata spiritual dari rangkaian “Ibudaya Festival”.

Kawasan Bukit Ser atau Tanjung Ser yang terletak di Dusun Yeh Panes, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak – Buleleng, merupakan pelabuhan kuno pada masa prasejarah, para peneliti arkeologi yang sempat melakukan ekskavasi pada situs ini menemukan pecahan gerabah, keramik, cangkang kerang, tembikar serta benda-benda yang berasal dari luar pulau Bali. Temuan tersebut membuktikan bahwa adanya suatu pemukiman atau desa yang dibangun cukup lama, lebih jauh terjadinya akulturasi budaya yang terjalin hingga menghasilkan suatu kebudayaan di tempat tersebut.

Bahkan jauh sebelum temuan-temuan itu, masyarakat yang bermukim di sekitar Bukit Ser menemukan dua buah Arca, yakni Arca Dewi dan Arca Nandi yang diduga berasal dari masa prasejarah terutama masa Hindu-Budha, temuan kedua arca ini diyakini adanya kegiatan atau aktivitas megalitik oleh penghuni lewat pemujaan batu-batu.

Seperti semangat “Ibudaya Festival – Mula Ka Mula”, Bukit Ser semacam situs untuk mengunjungi asal muasal yang kini tiada, hanya gersang, panas, debu, serta bukit-bukit bisu yang menjadi saksi yang diam. Cara menghayatinya melalui energi positif serta mensyukuri pemandangan yang eksotik, seolah membayangkan bagaimana leluhur terdahulu menjalani hidupnya di Tanjung Ser.

Dalam bingkai premis di atas Jasmine meraba kembali denyut nadi kehidupan, merangkai sejarah panjang melalui repertoar gubahannya.

“Waktu itu kami dan tim datang sore hari, lalu hujan, kami menunggu hujan reda. Saat reda aku melihat awan masih mendung, matahari senja berwarna orange kekuningan menyusup diantaranya, dan tanah masih sedikit basah seolah menghalau gersang. Aku kayak di alam lain, itu yang bikin aku merinding dan segera menangkap momen itu dalam tubuhku,” pungkasnya. [T]

  • Penulis: Jong Santiasa Putra

______

BACA JUGA

Ibudaya Festival, Merawat Negeri dari Bali Utara

Ibudaya Festival, Merawat Negeri dari Bali Utara

_____

Tags: festivalfestival di bali utaraIbudaya FestivalPerempuan Baliseni pertunjukan
Previous Post

Mengenang Bom Bali, Mengingat “Bali Black October” Karya Wayan Gawiarta

Next Post

“Pindekan”, Rare Angon, Hobi Baru

Ibudaya Festival

Ibudaya Festival

Ibudaya merupakan festival perempuan yang digagas Ayu Laksmi melalui Bali Wariga. Ibudaya Festival 2021 mengangkat tema Mula ka Mula yang akan dilaksanakan secara virtual di sebuah rumah kolonial di Buleleng.

Next Post
“Pindekan”, Rare Angon, Hobi Baru

"Pindekan", Rare Angon, Hobi Baru

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more

Suatu Kajian Sumber-Sumber PAD Menurut UU No. 1 Tahun 2022

by Suradi Al Karim
May 16, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

TULISAN ini akan menarasikan tentang pentingnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Karena  PAD adalah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co