Setiap orang memiliki permasalahan di dalam hidupnya; tidak ada satu orang pun yang hidupnya tanpa masalah. Namun terkadang ada permasalahan yang munculnya tiba-tiba dan tidak pernah disangka sebelumnya. Seperti dalam suatu kisah pertempuran antara seorang manusia yang ditelan dalam perut ikan yang sangat besar selama berhari-hari: dalam kegelapan, ia berusaha bertahan dan berdoa, berupaya mencari keselamatan dan jalan keluar.
Setiap orang pasti pernah mengalami fase yang terberat dalam hidupnya; berada dalam keadaan yang buntu dan terdesak; tidak menemukan solusi dan jalan keluar dari permasalahan hidup yang sedang dialaminya. Satu-satunya yang dapat menolong dan menyelamatkan hanyalah Sang Pencipta itu sendiri: Ia yang menciptakan seluruh alam semesta ini beserta segenap kehidupan yang ada di dalamnya.
Atas izin-Nya, permasalahan bisa muncul dalam hidup seseorang dan dengan Kuasa-Nya pula permasalahan itu dapat terselesaikan. Melalui doa dan puasa, dalam hitungan jam akhirnya semua permasalahan itu dapat terselesaikan.
Dalam doa–dengan membawa nama Tuhan didalamnya–hal pertama yang dilakukan adalah meminta maaf yang setulusnya kemudian menyadari bahwa semua yang terjadi ini adalah sebuah tanggung jawab yang harus diambil sepenuhnya.
Menyadari bahwa semua yang terjadi adalah atas izin-Nya, maka semua bentuk permasalahan–sebesar dan serumit apapun permasalahan itu–hanya dapat diselesaikan oleh-Nya. Bergantunglah semata-mata hanya kepada Tuhan. Setelah meminta maaf dengan sepenuhnya kepada Tuhan atas segala kesalahan yang telah kita lakukan, berdoalah dengan sungguh sungguh. Berdoalah dengan melibatkan segenap emosi dan perasaan didalamnya. Niatkanlah dengan segenap kekuatan yang ada di dalam dirimu untuk memohon bantuan Tuhan.
Dengan kekuatan keyakinan yang tak tergoyahkan, doamu akan menjadi keinginan Tuhan yang diikuti oleh segenap kekuatan alam semesta untuk mewujudkannya. Kekuatan doa menjadi ribuan kali lipat lebih dahsyat ketika diikuti dengan puasa. Ibarat jalanan yang penuh kemacetan, maka puasa adalah jalan tol yang membuat doa menjadi lebih cepat terwujud.
Dengan puasa, seseorang menjadi lebih fokus dan bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segenap emosi dan perasaan dalam berdoa. Dengan puasa, gelombang pikiran seseorang menjadi sinkron dengan gelombang alam semesta sehingga keinginan dan doamu menjadi doa dari seluruh alam semesta yang mengakibatkan seluruh kekuatan alam semesta akan berupaya untuk mewujudkan apa yang menjadi doa dan keinginanmu itu.
Kekuatan doa dan puasa yang bersifat spiritual dapat pula dijelaskan dalam ilmu pengetahuan modern saat ini. Para ilmuwan di bidang neurosains telah lama melakukan penelitian di bidang spiritual yang melibatkan para biksu di Tibet. Salah satunya adalah Sharon Begley dalam bukunya “Train Your Mind, Change Your Brain” yang menyebutkan bagian otak yang terkait dengan perasan dan emosi adalah thalamus, yang memungkinkan seseorang merasakan Tuhan secara nyata.
Kemudian ada amygdala yang berkaitan dengan rasa takut, cemas dan khawatir yang membuat seseorang merasa tertekan sehingga membutuhkan kehadiran Tuhan. Peran dari bagian otak striatum akan menghambat aktivitas dari amygdala sehingga membuat pikiran dan perasaan seseorang menjadi nyaman dan tenang ketika memikirkan tentang Tuhan dan membawa nama Tuhan didalam doa.
Bagian otak terakhir yang terkait dengan Tuhan dan tidak kalah penting adalah anterior cingulate, dimana seseorang dapat merasakan pengalaman dicintai, dikasihi, dan disayangi oleh Tuhan. Semua bagian otak ini saling terkait satu sama lain dan cara kerjanya dibantu oleh triliunan sel saraf yang membentuk sinaps atau jalinan komunikasi antar sel saraf.
Selain bagian otak yang berperan di dalam spiritual, ada peran neurotransmiter yang menyebabkan seseorang merasakan kebahagiaan ketika membawa nama Tuhan didalam doa dan puasa. Andrew Newberg, dalam bukunya “How God Changes Your Brain” menjelaskan mengenai beberapa neurotransmiter yang berperan penting dalam membuat seseorang menjadi bahagia, diantaranya adalah: dopamin, serotonin, endorphin, dan oksitosin.
Dopamin berkaitan dengan “reward system” yang membuat seseorang termotivasi untuk mendapatkan pengakuan, pujian dan penghargaan. Serotonin terkait dengan “mood stabilizer” yang membuat seseorang menjadi nyaman, rileks, dan tenang. Kegiatan relaksasi nafas seperti meditasi dapat meningkatkan kadar serotonin didalam tubuh. Selain itu, cinta dan kasih sayang terkait dengan neurotransmiter oksitosin.
Contoh dari hadirnya oksitosin adalah pada ibu yang sedang hamil ataupun menyusui yang kadar cinta dan kasih sayangnya begitu besar seiring dengan meningkatnya kadar oksitosin di dalam tubuhnya–hal yang sama juga terjadi pada orang yang sedang jatuh cinta. Doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh melibatkan fokus dan konsentrasi yang terkait dengan dopamin; metode relaksasi nafas ataupun alunan doa yang membuat perasaan seseorang menjadi nyaman melibatkan serotonin dan endorphin.
Ketika doa telah selesai dipanjatkan dan seseorang merasakan cinta dan kasih Tuhan mulai tercurah kepadanya, maka saat itulah kadar oksitosin di dalam tubuhnya meningkat.
Puasa adalah kegiatan seseorang untuk membatasi asupan makanan dan minuman di dalam tubuh; kegiatan itu sudah dilakukan oleh manusia bahkan sejak awal peradaban manusia itu sendiri. Hal tersebut dijelaskan oleh David Perlmuttter dalam bukunya “Brain Maker” yang menjelaskan mengenai “Gut-Brain Axis” dimana saluran pencernaan manusia terkait erat dengan otak manusia.
Dalam berbagai literatur lain juga disebutkan bahwa saluran cerna adalah “otak kedua” yang dimiliki manusia. Di dalam saluran cerna inilah terdapat mikrobiota usus yang memiliki peran penting dalam banyak hal, termasuk menjadi bahan baku dibentuknya neurotransmiter dan seluruh komponen penting yang mengalir ke semua bagian tubuh manusia.
Ketidakseimbangan dari mikrobiota usus ini akan memunculkan proses peradangan yang menjadi sumber utama semua penyakit di dalam tubuh seseorang. Puasa adalah cara dan jalan terbaik untuk menyeimbangkan mikrobiota usus sehingga dapat menciptakan keseimbangan dan keharmonisan di dalam tubuh seseorang.
Dengan puasa, sel-sel di dalam tubuh menjadi semakin kuat melalui proses apoptosis yang hanya akan menyisakan sel sel tubuh yang sehat saja untuk bertahan. Kombinasi dari mikrobiota usus yang seimbang, sel-sel yang sehat, serta produksi neurotransmiter yang berkualitas akan lebih memudahkan seseorang untuk mewujudkan apapun yang menjadi doanya. Itulah kenapa puasa selalu dianjurkan dalam setiap kegiatan dan ritual keagamaan karena perannya yang begitu penting, baik untuk kesehatan tubuh maupun dalam terwujudnya suatu doa. [T]