9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
June 5, 2021
inKhas
Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

Yennu Ariendra dalam diskusi A-Z Tuntas di Denpasar Bali

Senin, 31 Mei 2021, Denpasar kedatangan tamu spesial dari Yogyakarta, dia adalah seorang musisi yang penuh dengan mitos di kepala para pegiat kesenian kontemporer di Denpasar. Termasuk kalangan musik dan teater, karena dia aktif berkegiatan di kedua bidang tersebut meskipun perannya juga dalam teater adalah pengisi latar musik dalam sebuah pementasan.

Yennu Ariendra, adalah mas-mas yang aktif di bidang kesenian music, dia tergabung dalam sebuah kelompok teater di Yogyakarta bernama Teater Garasi, tergabung juga dalam sebuah band bernama Melancholic Bitch, dan projek duo bernama Raja Kirik, dan banyak lagi.  Senin itu, ada diskusi kecil-kecilan yang membicarakan atau menceritakan proses kreatif Yennu selama ini.

Pengalaman saya sendiri mengetahui Yennu dari ketidaksengajaan saya menyaksikan pementasan beliau berjudul “Menara Ingatan” beberapa tahun lalu, walaupun saya hanya dapat menyaksikan lewat You Tube tapi sampai saat ini pementasan itu sangat membekas dalam pikiran, menjadi sebuah pertanyaan besar apa yang melatar belakangi beliau mencipatakan sebuah karya yang saya rasa itu memiliki sifat yang begitu pribadi bagi Mas Yennu.

Dengan pementasan berdurasi 1 jam lebih 6 menit, saya seperti menyaksikan sebuah pagelaran musik yang panjang dengan diberi tempelan aktor yang memperagakan lewat bahasa tubuhnya. Narasi-narasi itu menjadi sebuah pertanyaan bagi saya, ini maksudnya bagaimana dan apa? Tapi sebagai penonton yang baik saya sepertinya tidak harus mengetahui jawaban itu secepat kilat.

Pada diskusi yang diberi judul “A-Z Sampai Tuntas” yang diadakan oleh Sumber Jaya Makmur bertempat di Diztro Darurat, Mas Yennu menceritakan banyak proses kreatifnya selama berkecimpung dalam musik.

Yennu Ariendra dalam diskusi “A-Z Sampai Tuntas” di Denpasar

Diskusi ini juga dimeriahkan oleh dua moderator yaitu Kasymin salah satu anggota dari grup musik Gabber Modus Operandi dan Bayu Krisna (Beka) salah satu anggota dari band Rollfast. Dan juga Raka Ibrahim adalah jurnalis sekaligus kritikus yang intens bicara menyoal musik.

Menara Ingatan

Mas Yennu juga menceritakan sedikit tentang projek pribadinya Menara Ingatan, dia menceritakan tentang kejenuhannya selama berkesenian, kemudian ada akal ingin menyudahinya dan memilih untuk bertani di kampungnya di Banyuwangi.

Sampai pada akhirnya Mas Yennu malah menemukan ide baru ketika berada di kampungnya, bahwa dia mengatakan ada semacam identitas yang ditanam dalam tubuhnya dari berlarut-larut lamanya. Entah itu dari bapak, kakek, dan moyangnya sekaligus.

Kemudian Mas Yennu mencoba mencari sekaligus mendekati identitas yang dia pikir tersebut. Sampai akhirnya Mas Yennu mendapati bahwa ada luka besar yang dialami oleh keluarga Mas Yennu, pada tahun 1968 kakek beliau ditangkap dan dihilangkan oleh tempelan isu-isu orde baru.

Yang jelas akhirnya luka itu mengendap menjadi sejarah yang dirawat apik oleh keturunannya sehingga menjadi identitas Mas Yennu sendiri, bahwa dia memiliki DNA itu dalam tubuhnya. Yang akhirnya perlahan itu harus didekatin lewat jalur mengulik ulang bagaimana sejarah panjang Mas Yennu dengan keadaan sosial, lingkungan, politik dan budayanya.

Ternyata latar belakang itu yang membuat Mas Yennu akhirnya tergerak dan semacam menemukan titik gairah lagi dalam berkarya, sehingga akhirnya mengumpulkan banyak data yang berkaitan dengan isu-isu itu di tempat kelahirannya. 

Data-data itu dia kumpulkan dari cerita-cerita orang, literasi bahkan bentuk kesenian daerahnya sekalipun yang dia percayai memiliki kaitan dengan identitas dirinya. Kemudian data-data itu dia kumpulkan dan mengendap dalam dirinya, kemudian dijadikanlah pentas “Menara Ingatan”.

Menariknya adalah bagaimana proses Mas Yennu percaya dan disiplinnya memilah data untuk didekonstruksi ulang menjadi sebuah narasi satu-kesatuan. Sebab saya sangat meyakini dalam proses pencarian data itu tidak mungkin bisa menemukannya dengan terstruktur, ada ulang-alik wacana yang jika dipikirkan alurnya seperti maju mundur bahkan tumpang tindih.

Kemudian data-data itu dia ubah menjadi sebuah musik yang awalnya sangat kental akan tradisi jika dibaca dari bentukan lirik dan alunan utama musik di tiap repertoarnya, dia kemas ulang menjadi sedikit berbeda dengan sentuhan alat musik elektronik dan techno, yang menjadikan pentas ini kemudian menjadi sangat menarik disaksikan.

Mas Yennu mengatakan bahwa identitas dirinya sangat dia yakini memiliki hubungan dengan identitas-identitas orang di sekitarnya, dia percaya bahwa tiap diri memiliki lukanya masing-masing walaupun bentuknya berbeda pula. Memiliki sejarah kekerasannya sendiri dan memiliki DNAnya sendiri, yang kemudian dipecahbelahkan karena komunikasi bahasa pada tiap orang-orang.

Akhirnya Mas Yennu meyakini hanya tubuh satu-satunya komunikasi bahasa yang bisa menjembatani dan menghubungkan satu sama lain menjadi sebuah memori kolektif bersama. Saya mengamini itu akhirnya ketika setelah mendengar Mas Yennu mengatakan hal tersebut, saya langsung terlempar ke waktu pertama kalinya saya menyaksikan Menara Ingatan.

Bagaimana saya seolah dipaksa mengerti oleh tubuh-tubuh aktornya di atas panggung. Bagaimana tubuh itu seolah membahasakan lirik, musik dan narasi yang Mas Yennu bangun. Kemudian tubuh-tubuh itu seperti memancarkan sebuah arti yang hanya antara aktor dan penonton itu sendiri yang mengerti, dan puncaknya adalah ketika di tengah pementasan Mas Yennu menempatkan satu repertoar yang berisi alunan musik dangdut yang diremix ala-ala house musik. Yang secara tanpa disadari oleh penonton temasuk saya seperti merasa hanyut oleh suasana itu, tubuh seolah sepakat memiliki bahasanya sendiri ketika mendengar musik.

Akhirnya ini mungkin yang dikatakan Mas Yennu sebagai memori kolektif bersama. Pembukaan diskusi menjadi sangat hangat oleh cerita latar belakang proses kreatif dari Mas Yennu. Yang kemudian itu menjadi riset berkelanjutannya termasuk ke dalam projek-projek selanjutnya termasuk yang melatarbelakangi karya-karyanya di Raja Kirik. Itu sangat terasa ketika saya juga mencoba riset ala-ala mencari tau tentang Mas Yennu di Raja Kirik. Sangat terasa bagaimana itu adalah identitas yang begitu dekat oleh Mas Yennu, saya hanya bisa merasakan dan mencari celah adakah hal serupa dalam identitas saya yang hampir sama dengan yang Mas Yennu abadikan dari identitas dirinya lewat karya.

Ekosistem Musik

Kemudian diskusi berlanjut ke arah pembicaraan ekosistem musik yang hari ini memang patut menjadi pembicaraan di skena musik manapun. Bahwa ekosistem itu memang harus dibangun dengan sadar bersamaan dengan melesatnya kelahiran karya di sekitar ruang lingkup itu. Misal jika menggunakan Denpasar sebagai objeknya, maka ekosistem permusikan Denpasar itu memang harus dimulai dari sekarang.

Membaca musik bisa sampai sejauh mana dan memasuki ruang-ruang berbentuk apa saja? Yang dalam artiannya memiliki banyak orang-orang yang memang harus siap terjun di luar kekaryaan musik, semisal tentang pembentukan pasar, jurnalis musik bahkan hingga kelangsungan hidup musisi dan teamnya sekalipun.

Mas Yennu mengatakan bahwa sebenarnya seniman musisi itu tidak boleh dibebani oleh pikiran biaya dan lain sebagainya, yang menghambat musisi itu untuk menciptakan sesuatu, musisi biarlah bekarya. Maka orang-orang yang di belakangnya ini yang harus siap menjadi penimba air bagi musisinya, mencarikan dana, mengurus pengemasan karya hingga membaca pasar karya tersebut, bahkan harus menyiapkan pengarsipan karya tersebut baik itu lewat tulisan dan lain sebagainya.

Suasana diskusi “A-Z Sampai Tuntas” di Denpasar

Maka ekosistem itu menjadi penting dalam sebuah skena untk menyelaraskan membludaknya karya yang keluar, bagaimana kemudian memanagement dan mengatur itu semua agar menemukan ruang dan pendengarnya masing-masing. Sedangkan jika dibaca ulang, Denpasar mengalami masalah ekosistem yang memang cukup rentan dalam hal ini, walaupun tidak semua kelompok musik berada di daftar tidak merah tersebut.

Ada beberapa kelompok musik yang sudah mulai melakukan itu dan malah memilih keluar dari Denpasar untuk membuka ruang kemungkinan mencari ekosistem yang baik. Dalam artian keluar bukan merasa mengasingkan diri dan tidak menganggap Denpasar sebagai sebuah domisilinya, tapi karena faktor utama tadi. Tidak ada ekosistem yang siap untuk membantu para musisi dalam bidang keberlangsungan kekaryaan.

Yang menjadi masalah kemudian adalah tiap grup musik atau band merasa memiliki jalannya masing-masing, seolah satu dengan lainnya tidak memiliki kepentingan apapun. Termasuk menutup diri terhadap lintas disiplin lainnya, mungkin itu yang kemudian menghambat kesadaran para pegiat musik menyadari pentingnya sebuah ekosistem dalam berproses kreatif.

Mas Yennu juga mengatakan bahwa identitas dan ekosistem adalah hal paling terpenting dalam sebuah kekaryaan sebagai rujukan untuk menemukan dan membuat pasar musiknya sendiri. Sebagai penutup kapan Denpasar akan memulai hal tersebut?

Jika memang sudah kenapa tidak terdengar dan sampai kepada para pegiat musik yang lebih luas. Mungkin terlalu naif mengatakan mari kita bangun bersama ekosistem dan pasar musik Denpasar yang apik, berbudi luhur dan adi luhung. Mungkin sederhananya kapan para pegiat kesenian antar lintas disiplin mulai sadar dan membuka diri untuk membuat ruang-ruang diskusi yang lebih intens. Sekian. [T]

Tags: balimusikTeaterYennu AriendraYogyakarta
Previous Post

Kontribusi Paus Besar yang Terabaikan

Next Post

Tradisi “Masambetan” di Nusa Penida di Ambang Punah

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Tradisi “Masambetan” di Nusa Penida di Ambang Punah

Tradisi “Masambetan” di Nusa Penida di Ambang Punah

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co