30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kontribusi Paus Besar yang Terabaikan

Doni Sugiarto WijayabyDoni Sugiarto Wijaya
June 5, 2021
inOpini
Kontribusi Paus Besar yang Terabaikan

Paus Biru

Setiap orang butuh udara segar selama dia hidup. Banyak yang tidak menyadari asal dari udara ini. Kebanyakan orang hanya menganggap sudah sepert ini keadaanya. Dianggap bahwa udara segar itu didapat secara cuma-cuma. Di balik udara segar yang vital untuk kita bernafas, ada peran organisme lain yang sering diabaikan. Peran organisme ini jauh lebih penting dari yang disangka.

Lebih dari separuh oksigen yang ada di bumi dan  dihirup manusia berasal dari lautan. Lautan menghasilkan oksigen dan menyerap gas rumah kaca dengan proses pembuatan makanan oleh phytoplankton (ganggang laut) dengan memanfaatkan sinar matahari dan nutrient (fotosintesis) sama seperti tanaman di daratan.

Nutrient yang didapat ganggang berasal dari air di bawah permukaan yang naik ke atas, membawa nutrient ke tempat yang terjangkau cahaya matahari sehingga ganggang terus berfotosintesis. Phytoplankton ini merupakan dasar dari ekosistem laut. Mahluk ini menjadi makanan bagi plankton yang kemudian memberikan energi pada ikan kecil dan invertebrata berukuran serupa di lautan.

Dua golongan hewan laut ini merupakan sumber kehidupan bagi spesies spesies hewan laut yang kita makan sehari hari mulai dari tuna, tongkol, sarden, cumi cumi dan lain lain. Lalu ada spesies spesies hewan besar yang punya peran vital dalam kehidupan phytoplankton yaitu paus paus besar seperti paus biru, paus bungkuk, paus bergigi dan semua paus lain yang hidup di samudera.

Nutrient pada laut berbeda-beda sesuai dengan kedalamannya. Semakin dalam, semakin kaya, sedangkan semakin dekat permukaan semakin miskin. Hal ini berlaku di lautan tropis dan subtropis. Di dua kawasan lautan itu, ganggang mendapat asupan nutrisi dengan bantuan paus. Ini berlangsung selama puluhan juta tahun dan phytoplankton berevolusi dengannya bersama sama.

Bagi yang pernah mengamati paus di lautan, dapat melihat pancuran air yang keluar dari hidung paus saat bibirnya muncul ke permukaan. Setiap hari, paus-paus itu menyelam ke dasar laut hingga kedalaman 1000 meter untuk mencari makanan. Saat akan naik ke permukaan laut untuk bernafas, seekor paus mendorong laut yang kaya nutrient ke permukaan. Ini merangsang phytoplankton untuk berfotosintesis di lautan yang miskin nutrient seperti laut tropis karena tidak terdapat  angin kencang yang mendorong air dalam laut ke atas. Oksigen dihasilkan berkat ini dan gas rumah kaca diserap oleh phytoplankton.

Setiap individu paus dapat dikatakan membudidayakan makanannya sendiri karena setiap hari merangsang pertumbuhan populasi ganggang laut dengan perilaku ini yang membuat lalu populasi plankton dan ikan kecil meningkat  selanjutnya menjadi makanan oleh paus dan spesies lain. Kemudian saat mengeluarkan sisa makanan, kotoran itu memberikan nutrient tambahan kepada alga.

Jadi kontribusi paus besar pada udara yang kita hidup dan makanan yang kita makan luar biasa penting. Paus merupakan spesies kunci di lautan yang mana jika ia punah, ekosistem laut akan terganggu dan semakin miskin. Ganggang laut akan menurun populasinya karena tidak mendapat asupan nutrient dari dasar laut ataupun permukaan laut dengan peran paus.  Ikan sarden dan tongkol yang memakan plankton dan ikan kecil serta menjadi makanan rakyat Indonesia telah hidup selama jutaan tahun bersama paus di lautan tidak dapat diprediksi nasibnya saat paus paus besar punah.

Meski paus-paus ini telah berkontribusi pada udara untuk pernafasan  dan makanan untuk nutrisi bagi manusia, nasibnya amat tragis. Obsesi mengejar pertumbuhan ekonomi dimana setiap barang harus terus dikonsumsi dan dijual dalam waktu yang secepat-cepatnya, dan bertujuan meraih laba jangka pendek dengan mengorbakan planet bumi termasuk satwa liar adalah pemicu utama sampah plastik dan perikanan industri yang memusnahkan biota laut.

Paus Sperm

Perusahaan produsen plastik mendesain barang yang paling murah dan cepat dibuang supaya orang-orang membeli lagi.  Kadang kadang kita mendengar atau mungkin pernah melihat langsung paus yang mati terdampar, dan saat dibedah terdapat sampah plastik. Plastik yang ditelan oleh organisme menyumbat sistem pencernaan sehingga makanan tidak tercerna dan menyebabkan mati kelaparan.

Di Bali dan bagian selatan Pulau Jawa,  sampah plastik yang mengalir ke laut, berakhir di samudera Hindia tempat paus berenang. Sampah plastik ini secara tidak langsung mengurangi produksi oksigen dan plankton di lautan karena nutrient yang tersalurkan ke permukaan berkurang. 

Ancaman kedua yaitu, perikanan industri yang menggunakan jaring raksasa amat besar dan panjangnya mencapai satu kilometer yang mana sering membuat paus besar tersangkut jaring dan mati terjerat. Jaring raksasa itu ditujukan untuk menangkap ikan-ikan yang bernilai komersial dan dihidangkan di meja makan setiap hari.

Selain paus yang terjerat oleh jaring itu adalah lumba lumba, burung laut, dan penyu. Hampir dua per lima tangkapan ini dibuang kembali ke laut karena tidak bernilai komersial dan mati sia-sia. Begitulah boros dan rusaknya sistem perikanan industri ini. Bahkan dengan sertifikat makanan laut berkelanjutan yang katanya ramah untuk lumba lumba dan paus, tidak menjamin hal tersebut.

Jaring pukat dan peralatan penangkapan ikan yang sudah dianggap rusak dibuang begitu saja ke laut, dan ini menyumbang hampir setengah dari total sampah plastik di lautan. Jadi di balik lezatnya makanan laut yang disantap saat pesta atau acara tertentu, ada mahluk berharga dengan peran vital bagi manusia yang tercekik oleh pukat karena semakin terlilit olehnya saat berenang semakin cepat untuk membebaskan diri dan berakhir mengenaskan di dasar laut yang gelap.

Untuk mengobati lingkungan laut yang sedang sakit ini, setiap orang dan lembaga harus melakukan tiga hal yaitu mengurangi, menggunakan kembali atau mendaur ulang. Langkah darurat yang harus segera diambil adalah dirikan pengolahan sampah yang ramah lingkungan (bukan pembakaran).

Sampah plastik yang ada harus dipilah , lalu dibersihkan kemudian digolongkan berdasarkan kegunaannya. Sebagian botol, alat makan, mangkuk, dan piring dapat digunakan kembali setelah dibersihkan dan diwarnai hingga seperti baru kembali. Plastik yang hancur atau berasal dari mainan dapat didaur ulang menjadi produk baru. Berusaha mencoba mengurangi belanja produk yang tidak dibutuhkan serta tidak membuang barang plastik yang masih berfungsi dengan layak.

Kemudian tiap industri pengolahan plastik harus membuat produk plastik itu dapat digunakan kembali dalam jangka waktu lama yang kemudian didaur ulang setelah melewati jangka waktu tersebut. Ini akan mengurangi produksi plastik. Industri yang dimiliki swasta hampir mustahil melakukan ini karena prioritasnya adalah laba jangka pendek dengan pengeluaran terkecil yang mana ia akan cenderung membuat plastik sekali pakai dan sulit hingga tidak dapat didaur ulang sehingga dibuang.

Oleh karena itu warga dan daerah bekerja sama mendirikan dan mengelola pabrik ini untuk memenuhi kebutuhan daerah itu. Warga membuat keputusan langsung produk yang dibuat dan bahan baku yang dipilih berdasarkan daya tahan, daya guna dan kemudahan daur ulang demi integritas lingkungan.

Untuk perikanan, perluas hak komunitas untuk mengelola wilayah tersebut. Mereka dapat menjadi penjaga kelestarian laut. Pada ekosistem laut yang begitu parah terdegradasi karena dikeruk oleh pukat penangkap ikan yang merusak dasar laut dan wilayah dimana biota laut amat sedikit, diberlakukan larangan untuk aktivitas apapun di situ seperti penangkapan ikan dan penambangan selama beberapa tahun sampai pulih kembali.

Kemudian negara negara konsumen ikan dari Eropa, Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat harus berhenti mensubsidi perikanan industri yang merusak ini. Semakin sedikit hasil laut yang diperoleh memaksa orang beralih ke sistem budidaya.   Setengah dari makanan laut yang beredar sekarang berasal dari pembudidayaan. Kita harus sikapi ini dengan hati hati karena dampak yang ditimbulkan.

Dalam film Seaspiracy, untuk mendapatkan satu kilogram daging salmon dibutuhkan beberapa kilogram ikan kecil untuk makanan salmon yang mana ditangkap dengan kapal pukat  serta berpotensi menjerat paus. Ini tetap saja menghidupkan sistem perikanan industri yang merusak itu. Kegemaran menyantap udang memicu perluasan pertambakan udang di Asia yang merusak hutan bakau dimana ini menghancurkan perlindungan warga pesisir dari tsunami dan gelombang laut saat musim angin siklon. Orientasi dari tambak ini adalah ekspor untuk modal uang di atas kelestarian lingkungan.

Sebagian besar biota laut yang dibudidayakan itu adalah karnivora yang membutuhkan protein hewani. serangga dan hama tanaman layak diteliti sebagai makanan alternatif biota ini  untuk mengurangi penangkapan ikan kecil dengan kapal pukat. Perikanan di dekat pantai mempunyai masalah serius karena lautnya dangkal sehingga kotorannya dekat dengan ikan dan laut tidak mencuci tubuh ikan, yang memudahkan parasite menginfeksinya. 

Untuk memperkecil kotoran yang menumpuk, dan memudahkan penyebaran parasite, pembudidayaan ikan laut dilakukan di laut lepas dengan kedalaman di 15 meter atau lebih (lepas pantai) karena arus laut yang mengalir cepat akan mencuci tubuh ikan dari parasite dan limbah tersebar luas di laut sehingga cepat larut. Kemudian , hutan bakau berfungsi sebagai tempat perawatan ikan dan udang, doronglah pembudidayaan ikan dan udang yang benar benar cocok dengan ekosistem bakau seperti bandeng dengan tetap menjaga kelestariannya dan pengolahan limbah yang memadai. [T]

Sumber:

  • Monbiot, George. Why whale poo matters. 12 December 2014. https://www.theguardian.com/environment/georgemonbiot/2014/dec/12/how-whale-poo-is-connected-to-climate-and-our-lives. Diakses tanggal 2 Juni 2021
  • Moniot, George.2015. How Whale Changes Climate. https://www.youtube.com/watch?v=M18HxXve3CM. Directed by SustainableHuman
  • Andersen, Kip.2021. Seaspiracy. Britain. A.U.M. Films Disrupt Studios.89 Minute
Tags: alamIkan PauslautlingkunganPaus Birupecinta alam
Previous Post

Suatu Senja di Pantai Batu Belig, Seorang Perempuan dan 50 Anjing

Next Post

Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

Next Post
Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co