Pernah berkunjung dan melihat keindahan Puncak Bromo di kawasan Tengger, Jawa Timur? Ah, pasti banyak yang mengacungkan tangan. Pernah ke Puncak Cokroniti yang masih berada di kawasan Tengger? Mungkin tak banyak yang angkat tangan.
Saya bersama teman-teman dari Komunitas Tasik Adventure baru pertama kali ke Puncak Cokroniti, dan langsung saya takjub dibautnya. Aroma magis dan mistik membangunkan bulu kuduk ketika memasuki kawasan ini, maklum lokasinya jauh dari perkampungan, jarang dijamah petualang, bahkan warga lokal sekalipun, kecuali pada saat upacara persembahyangan.
Tempat ini merupakan salah satu bibir kawah gunung purba di kawasan Bromo Tengger Semeru di Kabupaten Probolinggo. Dan Puncak Cokroniti berada jauh di arah barat laut, sehingga wilayahnya sudah termasuk Kabupaten Pasuruan.
Perjalanan ke Puncak Cokroniti dimuali dari base camp Tasik Adventure. O, ya, saya perkenalkan, Tasik Adventure bisa dibilang komunitas, tapi lebih pada komunitas suka-suka atau dalam istilah Bali disebut Sekaa Demen.
Anggotanya adalah sesama penyuka motor adventure clasik yang bertemu karena sama-sama suka. Resminya kami cuma ber-17 orang, dan punya acara tahunan yang bernama ride overland. Tahun ini adalah acara kedua. Acara pertama diadakan setahun lalu bertepatan dengan 17 agustusan.
Ride overland adalah perjalanan mengunjungi tempat tempat indah yang belum terlalu di-explore orang. Kami sebut somewhere nice. Mungkin banyak orang sudah berkunjung ke Bromo tapi tidak ke Puncak Cokroniti. Maka itulah kami melakukan perjalanan ke puncak itu. Perjalanan yang penuh tantangan.
Awalnya kami menghubungi penduduk lokal dan mencari pemandu sebelum memutuskan untuk berangkat, tepat pada hari Raya Kuningan, Sabtu 24 April 2021.
Subuh kami berangkat menuju Bromo melewati jalur Pantura dengan menempuh perjalanan jarak kira-kira 380 km. Kami menempuhnya dengan waktu sekira 8 jam perjalanan.
Jam 2 siang kami memasuki wilayah Taman Nasional Bromo Semeru.dengan kendaraan dual perpose yang memang dirancang untuk segala medan. Dengan gampang kami melahap medan berpasir di kawasan itu. Tujuan pertama kami adalah Pura Luhur Poten untuk sembahyang Kuningan bersama.
Selesai sembahyang kami melanjutkan perjalanan menuju puncak bukit di sebelah barat daya kawah Gunung Bromo dipimpin seorang pemandu. Saat itulah kami menyeberangi lautan pasir dan menaiki bukit dengan medan sangat terjal dan berbahaya, lalu memasuki hutan menuju puncak. Puncak itulah Cokroniti.
Perjalan kami dipandu Bapak Untung, seorang lokal berketurunan Meraoke yang sejak tahun sdh menetap di kawasan Probolinggo. Bapak Untung sekaligus ikut berkemah di puncak, karena ia harus juga memandu kami saat turun dari puncak. Apalagi malam-malam, sangatlah tidak mungkin kami turun tanpa pemandu.
Puncak Cokroniti 2.665 mdpl
Puncak Cokroniti berada di ketinggian, 2.665 mdpl. Untuk mecapai lokasi, dari kawah Bromo harus melewati jarak 30-50 km berkendara, dengan menyebrangi lautan pasir, melewati tanjakan, di lereng-lereng bukit, hingga bertemu jalur tanah setapak, berliku dan menanjak.
Dibutuhkan tenaga ekstra berkendara dengan beban motor dan muatan hingga 30 kg. Namun sedikit pun tidak menyurutkan niat pesera Tasik Adventure untuk mencapai tempat untuk berkemah, sebuah tempat yang sebelumnya benar-benar tidak kami ketahui.
Pada puncaknya terdapat sebuah pelinggih Hindu Jawa mirip seperti padma di Bali, namun terkesan sederhana, jauh dari kesan megah. Pelinggih itu dipagari bambu dan dikelilingi berbagai macam bunga yang indah. Suasana kusyuk dan hening sangat terasa. Pelinggih sederhana itu tentu saja tidak mengurangi makna dan syukur para pemedek-nya yang di tempat itu tergolong minoritas.
Di puncak, cuaca sangat sejuk Angin sepoi, kabut tebal dan terkadang ada aroma belerang dari semburan kawah Bromo, Suhu 15”C pada siang hari dan 10”c -8”C di malam hingga paginya membuat peserta camp susah sungguh menahan dingin. Hawa dingin seakan jadi selimut sepanjang malam hingga pagi. Untungnya pasokan kayu bakar cukup untuk menjaga api unggun tetap menyala hingga matahri terbit.
Untungnya lagi ada Bapak Untung, pemandu yang dengan sukarela ikut berkemah di lokasi ini. Ia dengan sabar, memasang tenda, menyiapkan perapian, sehingga para peserta bisa beristirahat dengan cukup nyaman di tenda masing-masing.
Malam itu, puncak sudah bisa seperti rumah semalam, meski gadget susah sinyal. Untuk berkabar kepada keluarga bahwa kami baik-baik saja di puncak, kami harus mencari tempat yang tepat untuk mendapatkan sinyal, salah satunya tempat di dekat pelinggih.
Seperti juga saat ke puncak, jalan pulang juga penuh tantangan. Tapi kami melewatinya dengan hati riang. Kami tidak berhenti di sini, nusantara masih menyimpan segudang tempat indah lengkap dengan cerita budayanya.
Sampai jumpa di Tasik Overland 2022.