10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Depresi Berujung Bunuh diri, Siapa yang Mesti Peduli?

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
March 25, 2021
inEsai
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa

Pagi itu saya terlambat pergi ke kantor. Saya meluangkan sedikit  waktu  saya untuk mendengarkan curhat  sepasang suami  istri yang baru saja kehilangan putranya, yang memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Sang ibu sesekali terisak menceritakan kehidupan putranya dari masih bayi,  sang suami turut  menimpali sambil menarik nafas panjang , berusaha terlihat tegar.

Kebetulan sekali, kami kalangan medis di Bali sempat dikejutkan dengan kejadian sama yang menimpa rekan sejawat kami , yang juga memilih jalan  serupa meskipun dengan cara yang sedikit berbeda. Namun tak mengurangi  keterkejutan kami yang pernah mengenalnya dulu semasa pendidikan.

Mengakhiri  hidup dengan bunuh diri, karena sebab apa pun tak diterima oleh semua agama dan budaya. Kecuali bunuh diri saat situasi perang yang dilakukan para prajurit Jepang dahulu yang mungkin masih bisa dimaklumi, karena terkait dengan kehormatan diri yang diyakini oleh  pelakunya. Masyarakat Hindu Bali menganggap mereka yang bunuh diri sebagai  tindakan salah pati, yang  membuat atma mereka  lebih susah untuk bersatu dengan sang penciptanya (parama atma). Bahkan BPJS  pun tak akan membayar klaim seseorang yang mengalami sakit akibat usaha bunuh diri yang dilakukannya. Pun begitu buruknya pandangan masyarakat tentang hal ini, tak mengurangi niat seseorang untuk bunuh diri, dan kejadiannya pun masih tetap ada di masyarakat.

Terasa sekali bedanya saat mereka yang melakukan bunuh diri itu adalah orang yang kita kenal, lama sekali bayangan mereka terlintas di pikiran kita. Dan ada kesempatan bagi saya untuk menyesuaikan teori yang saya pelajari waktu kuliah dengan situasi yang bisa saya tangkap dari informasi orang terdekat, keluarga maupun teman yang bersangkutan. Saya akan coba menuliskannya di sini, dengan mengutip apa yang saya pelajari dan coba saya sempurnakan berdasarkan penalaran sederhana saya.

Penyebab  seseorang memilih jalan  bunuh diri bisa kita sederhanakan menjadi dua. Penyebab yang bersifat kronis (menahun) dan yang bersifat akut  (mendadak). Yang bersifat kronis biasanya adalah gangguan depresi yang dialami oleh pelaku, dan yang akut adalah faktor pencetus yang terjadi pada pelaku saat melakukannya.

Kondisi ekonomi yang menurun drastis selama pandemi Covid 19, kita takutkan menjadi penyebab akut dari mereka yang menderita depresi untuk melakukan bunuh diri. Situasi pandemi yang berkepanjangan saat ini memaksa kita untuk lebih peduli kepada tetangga maupun keluarga yang terlihat menunjukkan gejala-gejala depresi.

Gejala depresi yang khas adalah saat seseorang terlihat menarik diri dari lingkungan sosial bahkan mungkin yang paling dekat seperti keluarga. Dan saat kita merasa kehilangan minat pada kesenangan-kesenangan kita selama ini, waspadalah terhadap kejadian depresi ini. Misalnya untuk saya pribadi membuat sebuah indikator sederhana. Kapan pun saya mulai tak berminat lagi bermain tenis ataupun menonton pertandingan klub sepakbola kesayangan, maka saat ini saya mesti waspada pada kondisi kejiwaan saya.

Beberapa faktor yang dikatakan berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang menderita depresi antara lain faktor kepribadian. Mereka dengan kepribadian introvert melankolis lebih cenderung gampang depresi. Anak yang dibesarkan oleh ibu tiri dan diberlakukan berbeda oleh orang tua maupun saudaranya juga demikian. Faktor keturunan juga berpengaruh, yang saya temukan kejadian bunuh diri pada dua orang yang masih bersaudara kandung. Mereka dengan kelainan fisik, maupun penampilan dan sering diejek oleh lingkungannya, juga berkesempatan besar menderita depresi.

Yang menjadi perhatian saya, dari cerita beberapa pasien yang merasa salah memilih pekerjaan yang ditekuni. Mereka dengan corak kepribadian tertutup, dipaksa untuk menjalani pekerjaan yang mengharuskan mereka mesti berkomunikasi aktif dan sering berbicara di depan banyak orang. Walaupun ini tak ditunjukkan sebagai sesuatu yang mengganggu bagi mereka, namun akan dimanifestasikan dalam wujud keluhan-keluhan fisik tanpa penyebab yang jelas bagi kami dari kalangan medis.

Penanganan secara sosial budaya terkait kasus bunuh diri ini menurut saya kurang menyeluruh, dan menafikan kemungkinan upaya pencegahan agar tak terulang kembali pada keluarga atau anggota masyarakat yang lainnya. Tradisi metuunan saat ada orang yang meninggal, sudah lama mempesona dan menjadi perhatian guru saya, psikiater terkemuka Bali, LK Suryani. Begini isi kuliah beliau yang bisa saya ingat “ Mungkin hanya di Bali, seseorang atau keluarga bisa seketika hilang kesedihannya saat menerima kematian orang terdekat, hanya dengan mendengarkan kata-kata baas pipis, yang dimediasi oleh orang pintar. Seharusnya kepercayaan ini juga bisa untuk menanggulangi kejadian gangguan jiwa lain yang mungkin terjadi di masyarakat kita”, begitu keyakinan beliau menutup kuliah hari itu.

Terkhusus kejadian bunuh diri ini, saya melihat pendekatan dengan tradisi metuun kurang pas untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut. Saat metuunan ada jawaban singkat ”nak mule jalane amonto”, maka berakhir pula cerita dan latar belakang yang bersangkutan mengakhiri hidupnya. Saat kita menengok ke belakang, ke riwayat keluarga besar dulu, entah kakek, buyut ada yang sering inguh, kemudian mengingat dari kecil almarhum memang pendiam, tak banyak omong, tak banyak teman. Semestinya kita sadar ada yang perlu dipelajari agar tak terulang kejadian ini pada generasi mendatang. Saat seperti inilah kita perlu bantuan seorang profesional di bidangnya. Dalam hal ini seorang psikolog atau psikiater.

Untuk kasus mereka yang merasa salah memilih pekerjaan, mungkin kita mesti mengevaluasi sistem pendidikan kita. Dulu saat SMA kita dibimbing guru BP/BK memilih jurusan hanya dari kemampuan akademik saja. Kalau dari SMA kita melibatkan psikolog dalam hal ini dengan mempertimbangkan tipe kepribadian anak didik, mungkin  dari awal bisa kita antisipasi situasi seperti ini biar tak terlambat. Pemilihan pekerjaan yang diawali dari pilihan jurusan sejak sekolah menengah dengan  mempertimbangkan kepribadian anak didik saya rasa sebuah usaha yang patut dicoba.

Penanaman simpati pada mereka yang mempunyai kekurangan, entah fisik ataupun penampilan dan jangan sampai mengejek, mesti kita tanamkan sejak kecil kepada anak anak kita. Keberanian untuk berkata tidak pada sesuatu yang dirasakan tidak benar juga harus terus dipupuk, biar mereka tak mengikuti suara banyak orang yang jelas jelas bertentangan dengan norma agama maupun etika.

Permasalahan kesehatan jiwa ini sebenarnya telah lama menjadi prioritas pemerintah di bidang kesehatan. Di mana penanganan penderita gangguan jiwa menjadi target standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang mesti dikerjakan oleh daerah. Tetapi yang saya lihat ini lebih ke aspek pengobatan/terapi orang yang sudah menderita gangguan jiwa, bukan ke pencegahan masyarakat yang terlihat sehat, padahal sesungguhnya sedang mengalami gangguan jiwa, entah derajat ringan, sedang maupun berat yang kadang tak terlihat kasat mata dari luar. Mungkin di sinilah peran psikolog untuk menerapkan ilmunya di tengah tengah masyarakat. Pelibatan psikolog dan psikiater secara masif dan terstruktur, bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain, saya kira akan bisa memberikan hasil yang lebih optimal untuk tujuan kita menjaga kesehatan jiwa masyarakat.

Peran tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat lain saya rasa juga tak kalah pentingnya. Di satu sisi kita sudah mempunyai tradisi yang terbukti ajeg dan bisa menjaga keharmonisan kita sebagai masyarakat Bali. Tetapi di sisi lain kita mesti kritis juga untuk menilai bagian mana tradisi itu yang mesti disesuaikan kembali dengan perkembangan zaman. Dan di sinilah kita bisa menilai kebijaksanaan seseorang, saat dia mampu memilah keduanya dengan benar tanpa menimbulkan resistensi dari masyarakat umum pemegang tradisi tersebut.

Kesehatan jiwa kadang memang terdengar sangat abstrak, kita tak ingin membicarakannya saat dia belum terlihat jelas. Kita baru kebingungan saat ada anak kita yang tiba-tiba mengurung diri di kamar, dan tersentak kaget saat mendengar ada tetangga kita  mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.

Selalu aktual apa yang menjadi tujuan (goal ) dari WHO, tak ada kesehatan, tanpa kesehatan jiwa. [T]

Tags: kesehatankesehatan jiwa
Previous Post

Ni Luh Menek | Memupuk Pohon Kesenian dan Merawat Cendrawasih di Bali Utara

Next Post

Membaca Menarikan Menyanyikan Puisi Garin Nugroho dalam Segalanya Cinta

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Membaca Menarikan Menyanyikan Puisi Garin Nugroho dalam Segalanya Cinta

Membaca Menarikan Menyanyikan Puisi Garin Nugroho dalam Segalanya Cinta

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co