6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Kolaborasi Apa Adanya” | Catatan Pra Release Benten+62

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
March 15, 2021
inEsai
“Kolaborasi Apa Adanya” | Catatan Pra Release Benten+62

Benten+62

Pada masa-masa seperti sekarang ini, produktifitas pasti dipertanyakan. Ditambah lagi bagaimana kita mengidentitaskan diri sebagai seorang “sok seniman”. Yang artinya sebagian kawan atau orang yang mengenal kita akan mempertanyakan suatu hal yang lumrah. Misal dengan pertanyaan, “ada projek apa sekarang?”, atau “eh, Guk gimana Teater Kalangan? Ada garapan apalagi sekarang?”. Pertanyaan-pertanyaan itu bakal lumrah ditanyakan oleh teman dekat kita ketika bertemu. Baik dari lintas disiplin manapun. Yang akhirnya mau tidak mau sebagai seorang yang bergerak dibidang kesenian selalu mencari jawaban yang benar-benar “nyeniman”.

Sebagai sebuah pertanggungjawaban atas diri sendiri dan juga atas kelompok. Saya akhirnya menjaga diri tetap awas jika suatu waktu bertemu teman dan pertanyaan itu keluar. Akhirnya haus produktifitas terjadi. Ditambah lagi dengan situasi seperti ini. Jarang ada konser musik, pentas teater dan kegiatan nyeni lainnya. Sebagai orang yang sering berkegiatan di arena kultural seperti ini keresahan pasti timbul. Mencari kemungkinan lain untuk menjaga ide-ide kreatif tetap ada.

Kemudian mulai menalaah lebih jauh lagi. Apa yang sekiranya bisa dilakukan di situasi seperti ini? Membaca diri pada hari ini. Apa saja kecendrungan kegiatan yang sering dilakukan saat masa-masa sulit seperti ini. Akhirnya saya menemukan jawaban. Belakangan ini saya sering mendengarkan musik, menonton arsip pertunjukan teater, dan lain sebagainya. Sebagai sebuah perasaan rindu terhadap kegiatan di hari-hari normal. Banyak ide yang kemudian muncul dan mengendap di kepala. Ingin buat ini itu di saat nanti pandemi sudah berakhir. Tapi adakah kemungkinan lain yang bisa direalisasikan dari ide-ide yang mengendap belakangan ini?

Kalaupun nekat sepertinya bisa saja saya membuat sesuatu dan mengadakan acara dengan memanfaatkan situasi seperti sekarang. Saat segala pertemuan dibatasi. Saat segala pertemuan memiliki kapasitas yang distandarisasi. Memaksakan diri untuk membuat sesuatu dan bertemu oleh publik yang banyak, memang mustahil terjadi belakangan ini. Ibarat menjemput kematian dengan sengaja. Ternyata banyak pula kemungkinan buruknya yang mesti ditawar.

Tapi jika kemudian dibaca ulang, ada cara bertemu dengan publik luas tanpa harus melakukan pertemuan dan mendatangkan massa yang banyak. Membaca seberapa jauh akhirnya media sosial mencapai ruang-ruang pribadi kawan sekitar. Bahkan lebih, dia bisa mengakses dan muncul pada beranda orang yang bahkan tidak kita kenal. Katakanlah misalnya Instagram, Youtube, Twitter dan aplikasi lainnya. Yang sangat membantu kita untuk bertukar kabar lewat dunia maya. Pada hari ini segala kegiatan dan waktu kita hampir habis berada di depan smartphone pribadi kita. Saya mulai membaca ulang bisakah pengendapan ide kreatif saya menyentuh ruang-ruang itu?

Apalagi di saat kelompok sendiri sedang menyiapkan sesuatu yang panjang, saya pribadi butuh sebuah tantangan tersendiri sebagai angin segar. Sembari menjalankan apa yang sedang disiapkan oleh kelompok pada waktu mendatang. Apa yang dapat saya lakukan dalam waktu dekat ini? Berkolaborasi. Kolaborasi yang melibatkan pertanggung jawaban individu tanpa melibatkan kelompok. Walaupun pada akhirnya orang akan tetap membaca saya sebagai bagian dari Teater Kalangan. Kebetulan waktu itu teman saya Hendra Harmanda atau yang akrab saya panggil Ginting, menghubungi untuk mengajak kolaborasi.

Ginting memiliki sebuah grup band bernama Benten+62, sebuah band bergendre rock alternative asal Denpasar. Yang beranggota 4 orang anak muda mahasiswa yaitu Ginting (Vocal/Gitar), Dona (Gitar), Edo (Bass), dan Acong (Drum). Ginting dan bandnya hendak merilis sebuah single yang ingin dijadikan bentuk film pendek, atau video clip. Ginting kemudian menguhubungi saya untuk mengisi peran dalam video clipnya. Saya mengiyakan. Ternyata, tidak hanya mengisi peran dalam video clip saja. Tapi saya juga ditugaskan untuk mengisi vokal utama dalam lagu tersebut.

Bertanya saya kepadanya, “liriknya mana, Ting?”. Dia menjawab dengan nada yang santai, “kau dah yang buat, Guk.” Saya kaget bukan kepalang, apa-apaan saya yang notabene tidak punya latar belakang menyanyi dan menulis lirik kemudian dimintai pertanggung jawaban atas hal ini. Tapi Ginting tidak melempar hal itu dengan begitu saja. Dia tetap mendirect seperti seorang sutradara dalam sebuah pementasan teater. Dia intens mengajak saya untuk bertemu. Membicarakan segala konsep yang hendak direalisasikan oleh ide-idenya. Sebagai orang yang diajaknya dalam penggarapan ini tentu menempatkan diri bak gawang yang menerima segala idenya.

Kemudian setelah beberapa pertemuan akhirnya kami merasa bahwa bentuk kasar dalam apa yang hendak dibuat sudah terbayang dalam pikiran. Kemudian pengembangan ide pasti terjadi. Bagaimana sudut pandang memandang ide awal itu pasti memiliki perkembangan antara saya dan Ginting. Ide memang harus terus berkembang sampai nanti penggarapan berlangsung. Kemudian selang beberapa hari Ginting kembali mengabarkan bahwa akan mengajak salah satu teman nongkrong kami untuk ikut dalam kolaborasi ini. Galih, seorang mahasiswa Sastra Indonesia teman kampus Ginting. Tergabung dalam penggarapan ini sebagai orang yang nanti mengatur pengambilan gambar dan video.

Artinya, kini ada tiga kepala dan satu ide. Yang kemudian menjadikan ide awal yang disepakati menjadi berhamburan kesana kemari. Segala macam reverensi masuk. Sagala macam bentuk diceritakan sesuai pengalaman antara kami memandang video clip sebuah band. Tapi dari segala percakapan soal ide awal yang kini sudah jauh berkembang, akhirnya kami harus menyadari bahwa ide tersebut tidak bisa kami biarkan begitu saja ejakulasi.

Kami harus dengan sadar mendisiplinkan diri untuk mengetahui batasan-batasan ide. Kami seolah harus memberi pagar dalam semua ide yang diutarakan. Akhirnya kami menyepakati konsep sederhana yang hendak kami garap. Kami menghabiskan waktu dua minggu untuk sekedar membicarakan ide tersebut. Intensitas pertemuan di antara kami terawat dijaga. Hampir setiap hari kami berusaha bertemu walau hanya 1-2 jam untuk membicarakan penggarapan mendatang.

Menyatukan sebuah gagasan dengan sudut pandang berbeda-beda memang sangat tegang sekaligus seru. Bagaimana menyampaikan suatu gagasan dari lintas disiplin yang biasa intens dilakukan. Seperti saya yang berlatar belakang sebagai aktor dalam sebuah kelompok teater. Ginting sebagai anak band yang berkutat pada musiknya. Dan Galih seorang mahasiswa Sastra yang tidak sastra-sastra banget, yang berusaha menampung ide antara kami untuk divisualkan.

Saya rasa letak kolaborasi itu berada pada titik ini. Bagaimana kami dengan latar belakang yang berbeda tidak saling tumpang tindih dalam mengambil keputusan. Menyusun segala persiapan dengan pertanggung jawaban yang pasti. Agar kemudian jika nantinya yang kami lakukan dipertanyakan oleh teman atau kalangan manapun, pertanggung jawaban atas karya itu ada.

Beberapa waktu mendatang kami akan merilis sebuah video clip untuk band Benten+62, berkolaborasi bersama saya dan Galih. Berjudul “Penguntit”, yang lirik kami tulis dengan kesepakatan bersama dan mengalami perombakan yang berulang. Penempatan dan pemilihan ruang yang kami jadikan set utama dalam video clip-pun telah kami sepakati bersama. Bagaimana kostum dan segala simbol lainnya sudah kami pikirkan dengan matang. Tapi pada catatan pra realese ini saya tidak akan mengintervensi para penonton. Kami biarkan apa yang kami godok bersama menjadi sebuah hidangan yang dinikmati publik. Kami tidak akan memberitahu resep yang ada dalam tiap detik lagu dan video clip nanti. Kami biarkan hal tersebut terjadi begitu saja pada pikiran penotnon. Tapi sebagai sebuah pertanggung jawaban, nantinya akan ada juga catatan paska realese. Itupun kami susun bukan untuk membunuh segala interpretasi penonton paska menonton video clip “Penguntit”. Tapi yang sudah kami sepakati, itu hanya sebuah pertanggung jawaban kami dari tiap kolaborator dalam merealisasikan maksud dan idenya.

Menceritakan ketegangan dalam ruang diskusi dalam penggarapan video clip tersebut. Video clip “Penguntit”, tidak seseram dan setegang bagaimana catatan pra realese ini ditulis. Kami menggarapnya dengan sebegitu sederhana. Alat yang apa adanya, ruang yang apa adanya. Segala yang apa adanya. Dan hasil yang apa adanya.

Setidaknya di antara kami sama-sama puas ketika ide itu menjadi berguna. Ya walaupun sekali lagi jika nanti hasilnya apa adanya, dinikmati saja. Karena memang begini adanya. Catatan inipun ditulis apa adanya. Tidak menggebu-gebu. Sebagai penutup, FYI nantikan video clip “Penguntit” dari Benten+62, berkolaborasi dengan Agus Noval Rivaldi salah satu anggota dari Teater Kalangan dan AA Gita Galih Gumalang seorang mahasiswa Sastra Indonesia yang tidak sastra-sastra banget.

Untuk info lebih lanjut, teman-teman bisa pantau media massa Benten+62. Di akun Instagramnya : bentenofficials, Twitter: @bentenofficials dan karya-karya dari Benten+62 dapat didengarkan di Spotify: Benten 62, Soundcloud: BENTEN+62, dan digital platform lain kesayangan kalian. Salam 😊 [T]

Tags: Benten+62Teater Kalangan
Previous Post

Tahun ‘Caka’ Tidak Ada

Next Post

Api Baru Usai Hening

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Akar Pohon Keheningan | Renungan Nyepi

Api Baru Usai Hening

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co