6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyepi | Percakapan dari Sebuah Kafe

Nyoman Sukaya SukawatibyNyoman Sukaya Sukawati
March 13, 2021
inEsai
Nyepi | Percakapan dari Sebuah Kafe

Ilustrasi diambil dari potongan poster pentas Teater Kalangan berjudul Bebunyian

Nang Kocong dan Pan Gobyah tiba agak malam di kafe. Seorang waiters menghampiri dan menyapa ragu-ragu, “Om Swastyastu Bapak, maaf nggih, sesuai protokol terbaru pencegahan Covid, saat ini kami tidak boleh melayani makan di tempat karena telah lewat jam delapan.”

“Kami tidak makan, hanya mau minum.” sahut Pan Gobyah.

“Inggih Pak. Kami dilarang pemerintah melayani tamu di tempat. Kalau dibungkus bisa. Minumannya kami bungkus saja ya.”

“Kalau begitu, kami hanya duduk-duduk saja sebentar,” sahut Nang Kocong, “Bawakan kami dua gelas minuman, hanya dua gelas, juga sedikit makanan ringan. Letakkan saja di bawah meja, di dekat kaki kami, jangan di atas meja supaya tidak terlihat,” Nang Kocong memberi ide.

Waiters mengangguk pelan.

“Nanti kalau gelasnya sudah kosong, tinggal kamu bawakan lagi gelas baru.”

“Saya akan duduk di sini saja, dia di seberang meja, dalam jarak aman. Kursi yang bertanda silang tak akan kami duduki,” sambung Pan Gobyah sambil membenahi tali maskernya yang merosot.

Waiters berlalu menyiapkan dua gelas minuman kesukaan kedua pelanggan itu.

“Setelah selesai di sini, saya minta satu botol, dibungkus ya untuk persediaan Nyepi di rumah,” pinta Nang Kocong kepada waiters.

“Cong, Nyepi besok kamu tidak puasa, kok bawa minuman ke rumah?” tanya Pan Gobyah heran.

“Sebagai persiapan saja. Palingan juga minum sedikit-sedikit di sela-sela puasa.”

“Yaih! Itu sama saja bohong, Cong. Puasa ya puasa, tidak boleh minum walau cuma sedikit.”

“Nanti aku minum di kamar saja supaya tidak dilihat orang.”

“Apa kamu mengerti makna Nyepi?”

“Ngertilah, kan sudah sering ditulis orang di medsos,” jawab Nang Kocong.

“Itu hari suci yang unik. Hanya di Bali orang menyambut tahun baru dengan menyepi di rumah.”

“Benar.”

“Apa pendapatmu mengenai Nyepi?”

“Ya, berdiam diri di rumah selama 24 jam seperti yang biasa kita lakukan.”

“Maksudku, maknanya, menurutmu.”

“Ya, gitu-gitu aja sih.”

“Gimana?”

“Nyepi itu semacam alegori pembelajaran tentang pencarian atau pencerahan manusia Bali.”

Waiters kembali dengan gelas di tangan. Dia sudah beberapa kali bolak-balik, pergi dengan membawa gelas kosong kemudian datang menyerahkan dua gelas yang telah diisi ulang.

Suck Cafe cukup lengang. Sesekali ada pesanan delivery lewat Gojek. Bulan mati di langit. Malam agak murung di bawah mendung yang menggantung.

“Pencerahan? Dengan Nyepi kita kemudian tercerahkan?”

“Tidak begitu. Nyepi itu ya ritual, tradisi, sama seperti ritual lainnya, ada makna tersiratnya, semacam skenario seperti yang aku bilang.”

“Skenario ngarang-ngarang dan cocoklogi a la Nang Kocong? Hahaha…” Pan Gobyah tergelak, sisa minuman muncrat dari mulutnya. “Menurutku, itu hanya cara khas kita dalam menyambut Tahun Baru Saka, dengan menghening, tanpa hura-hura. Beda dengan Tahun Baru Masehi yang disambut dengan riang gembira.”

“Ya, memang begitu,” sahut Nang Kocong, “Hanya saja ada skenario di baliknya dan itu adalah tentang ajaran hidup yang pantas direnungkan.”

“Rentetan Nyepi sudah jelas dimulai dengan Upacara Melasti, kemudian Pangerupukan, lalu Nyepi dan terakhir Ngembak Geni. Kukira itu rangkaian upacara keagamaan saja.”

“Melasti itu simbol, begitu juga Pangerupukan, Nyepi dan Ngembak Geni. Semua itu simbol. Simbol tentang diri kita.”

“Bisa diuraikan maksudnya?” desak Pan Gobyah.

“Melasti atau mencari air suci di laut, atau ngamet sarining amerta ring telenging segara. Laut itu simbol embang, spirit, kedalaman rohani, sunia, suatu “wilayah” tanpa mata angin, inti tapak dara, pusat yang netral dari perempatan. Secara spiritual ini simbol pusat kehidupan, sumber pengetahuan. Ingat kisah Dewa Ruci saat Bima mencari tirta kamandalu di samudera? Itulah simbol diri mencari Sang Diri Sejati, mencari pengetahuan sejati. Begitulah kira-kira antara lain pesan dari Upacara Melasti. Ini wilayah spiritmu yang harus kamu kelola sebagai manusia Bali.”

“Ruwet, Cong.”

“Kemudian Pangerupukan. Ini untuk mengingatkan pada hidup keseharian kita yang terikat hukum ruang dan waktu, pada hukum Panca Maha Buta, pada energi dasar yang menggerakkan kehidupan yang secara tradisi dikenal dengan nama Butakala. Butakala inilah juga sumber musuh dalam diri yang disebut Sad Ripu. Upacara Pangerupukan yang berlangsung sehari sebelum Nyepi itu dimaksudkan sebagai pengingat terhadap keberadaan Sad Ripu dalam dirimu.”

“Kalau Sad Ripu aku tahu Cong. Itu enam musuh dalam diri, yaitu kama, sifat yang dikuasai nafsu. Lobha, sifat serakah. Krodha, sifat kejam atau pemarah. Mada, sifat mabuk atau kegilaan. Moha, bingung, angkuh. Matsarya, dengki. Begitu kan?

“Ya, begitu katanya. Sad Ripu itu yang harus kamu somia dengan pengetahuan. Kemudian kita memasuki Hari Nyepi. Ini waktu merenung, meditasi, menjalankan Catur Brata Penyepian.”

“Catur Brata Penyepian, amati geni, tidak menyalakan api. Amati karya, tidak bekerja. Amati lelanguan, tidak mencari hiburan. Amati lelungaan, tidak bepergian. Aku hafal di luar kepala, Cong.”

“Amati geni. Geni atau api itu simbol pikiran atau kecerdasan. Ini maknanya kamu diminta mengistirahatkan sejenak pikiranmu dan mulai merenungkan apakah selama ini pikiranmu telah dikuasai Sad Ripu? Ini yang harus kamu hayati. Amati karya, kamu diminta menghentikan sejenak aktivitas kerjamu, kewajiban profesimu, dan mulai merenungkan apakah selama ini kerjamu itu dikuasai oleh sifat Sad Ripu? Amati lelanguan, kamu diminta merenung apakah kesenangan-kesenangan yang kamu lakukan ternyata sesuatu yang hanya didorong oleh sifat Sad Ripumu? Terakhir, amati lelungaan. Ini bukan hanya bermakna tidak bepergian, tetapi bagaimana interaksimu dengan orang di luar dirimu. Kamu diminta merenungkan apakah selama ini interaksimu, hubunganmu, kerja samamu dengan orang lain atau masyarakat luas telah digerakkan oleh motif yang dikuasai sifat Sad Ripu? Saat menyepi, dalam keheningan batin, kita akan lebih mudah melihat cahaya diri.”

“Itu namanya lidah tak bertulang, Cong.”

“Inilah yang mesti kamu hayati saat Nyepi. Jika kamu dapat mengenali sifat-sifat Sad Ripu-mu maka kini saatnya kamu netralisir dengan pengetahuan spiritualmu, pengetahuan cinta kasih, pengetahuan kebenaran, atau juga dikenal dengan istilah tapa, brata, yoga, yakni sifat suci, setia, teguh dan berkesadaran dewata.”

“Tapi saat Ngembak Geni tetap saja kita pesta dan minum-minum, pergi ke Pasar Majelangu, bersenang-senang, sebagai tanda berhasil menjalankan Nyepi.”

“Ngembak Geni itu maknanya tercerahkan. Setelah melasti atau menghayati pengetahuan kebenaran atau cinta kasih, dan menyadari keberadaan Butakala atau Sad Ripu dalam diri, lalu menetralisirnya dan meneguhkan atau menginternalisasikan pengetahuan dan nilai-nilai kedewataan dalam diri maka itulah namanya kamu Ngembak Geni menjadi seorang yang tercerahkan, tidak dikuasai sifat Sad Ripu, dan siap menjalani kehidupan di Tahun Baru.”

“Ya deh, terserah kamu, Cong. Sekarang kita bayar dulu minumannya lalu pulang sebelum Satgas Covid ke sini” [T]

Tags: Hari Raya Nyepirenungan
Previous Post

Tanpa Wisatawan, Ritual Nyepi (Kembali) Hanya Dipertontonkan kepada Dewata

Next Post

Akar Pohon Keheningan | Renungan Nyepi

Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

Next Post
Akar Pohon Keheningan | Renungan Nyepi

Akar Pohon Keheningan | Renungan Nyepi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co